Sabtu 9 Rabi'uts Tsani 1446 - 12 Oktober 2024
Indonesian

Akankah seseorang keluar dari surga atau dari neraka setelah memasukinya? Apa balasan atas amalan-amalan baik yang dilakukan orang kafir?

Pertanyaan

Dengan segala hormat kepada yang menjawab soal no. 21365 tentang dua ayat (no. 106, 107) dari Surah Hood dimana Anda menyatakan bahwa penghuni neraka akan kekal di dalamnya selama-lamanya dan tidak akan keluar darinya. Sementara, saya membaca dalam Shahih al-Bukhari (Buku 2, 12, 72) bahwa Allah berbelas kasihan kepada sebagian penghuni neraka dan akan memasukkan mereka ke surga karena di dalam hati ada keimanan kepada-Nya. Manakah yang lebih benar di antara keduanya ?, dan jika keduanya benar, bagaimana kita bisa mendamaikan keduanya ?, Berdasarkan hal tersebut, apakah ayat-ayat dalam Surah Hood menunjukkan bahwa sebagian orang yang beramal shaleh akan berada di surga selama jangka waktu yang sama, akan tetapi pada akhirnya akan masuk neraka? Dan Jika tidak demikian halnya, lalu bagaimana orang-orang kafir yang menghabiskan masa hidup mereka untuk kegiatan kemanusiaan, kemudian meninggal di negara-negara non-muslim – seperti Bunda Teresa – akan diberi balasan pahala ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Kami ucapkan terima kasih kepada penanya untuk menindaklanjuti jawaban yang telah kami publikasikan  di website kami, dan kami juga berterima kasih atas pertimbangannya yang cermat. Dan apa yang ditanyakan yang tampaknya bertentangan (kontradiktif), menunjukkan kecintaannya pada manfaat dan usahanya untuk mengambil manfaat dari apa yang dibacanya, Insya Allah.

Kedua:

Tidak ada pertentangan (kontradiksi) antara apa yang diungkapkan dalam jawaban dari pertanyaan yang dimaksud, dengan hadis-hadis yang disinggung dalam pertanyaan tersebut.

Penjelasannya sebagai berikut: ada dua golongan penghuni neraka

  1. Golongan monoteis (yang mengesakan Allah) yang mencampur antara amalan baik dan amalan buruk, Allah ta’ala memasukkan mereka kedalam neraka karena dosa-dosa yang mereka perbuat, dan Allah menghendaki mereka disiksa di dalamnya.

Golongan ini mendapat siksa di neraka dalam jangka waktu tertentu menurut kehendak dan ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala, kemudian Dia (Allah)akan mengeluarkan mereka dari neraka dan menetapkan bahwa mereka akan kekal di surga.

Golongan inilah yang dimaksud oleh hadis-hadis yang disebutkan dalam pertanyaan tersebut, yang menjelaskan bahwa mereka akan dikeluarkan dari neraka karena ada keyakinan tauhid (keesaan Allah) pada diri mereka.

Mereka adalah golongan penghuni neraka dari umat Islam.

  1. Golongan orang-orang kafir, dan munafik, yang tidak beriman kepada Tauhid dan meninggal dalam keadaan kafir, syirik (politeisme), ateisme dan kemunafikan.

Golongan ini akan disiksa di neraka selamanya, Tuhan telah memberikan peringatan keras kepada mereka bahwa mereka akan kekal di neraka jika mereka tidak menjalankan apa yang Allah perintahkan kepada mereka untuk meneguhkan tauhid dan ikhlas hanya menyembah-Nya, mereka memilih sendiri kekufuran dan memilih kekal di neraka.

Golongan inilah yang dimaksud dalam Surat Hud yang disebutkan di awal pertanyaan Anda.

Ketiga:

Dari yang kami jelaskan diatas anda bisa melihat bahwa tidak hanya satu golongan yang masuk neraka, akan tetapi ada dua golongan: satu golongan akan keluar dari neraka, yaitu golongan monoteis (yang mengesakan Allah), dan berbuat dosa sehingga mereka layak masuk neraka; dan satu golongan lain yang tidak akan keluar dari neraka, yaitu golongan orang-orang kafir dan mati dalam keadaan kafir. 

Adapun surga: tidak masuk ke dalamnya kecuali satu golongan, yaitu kaum monotheis (yang beriman pada Tauhid). Ketika seorang hamba memasukinya, dia tidak akan pernah keluar darinya; sebaliknya dia akan diberi kenikmatan apa yang ada di surga, dia tidak akan pernah sedih atau putus asa, tidak akan pernah mati atau jatuh sakit, tidak akan pernah menjadi tua atau kehilangan kenikmatan itu setelah dia merasakannya.

Jika anda sudah memahami bahwa ada dua golongan manusia;  yaitu golongan orang-orang  yang beriman dan golongan orang-orang  yang kafir, golongan orang yang bahagia dan golongan orang yang sengsara, maka anda bisa mengerti apa yang disebutkan dalam Kitab Allah Subhanahu wa ta’ala tentang hukum tidak keluar dari Neraka, dan yang dimaksud disini  adalah orang-orang kafir yang kekal di Neraka, sebagaimana firman Allah ta’ala:

كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِين مِنَ النَّارِ  

البقرة / 167

”Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Mereka sungguh tidak akan keluar dari neraka. (Al-Baqarah: 167)

Dan firman Allah ta’ala:

يُرِيدُونَ أَنْ يَخْرُجُوا مِنَ النَّارِ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنْهَا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ

المائدة/ 37

“Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Bagi mereka azab yang kekal..” (Al-Ma’idah: 37).

Adapun orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang beriman: Allah Subhanahu wa ta’ala telah menetapkan bahwa mereka tidak akan keluar dari surga, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala:

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ لا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

الحجر/ 48

“Kami mencabut segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka. Mereka bersaudara (dan) duduk berhadap-hadapan di atas dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan tidak akan dikeluarkan darinya.” Al-Hijr/47-48.

Untuk keterangan lebih lanjut, lihat jawaban pertanyaan: (31174), (26792) dan (45804).

Keempat:

Jika hal itu sudah jelas, maka perlu dimengerti  bahwa jika orang kafir itu melakukan sesuatu yang layak baginya balasan kebaikan (pahala), maka dia akan mendapatkanya (pahala) di dunia, dan bukan di akhirat. Kekafiran yang dipilihnya menjadi penghalang untuk amalanya diterima dan bermanfaat di akhirat. Karena salah satu syarat diterimanya amal adalah memilih Islam.

At-Thabari rahimahullah berkata:

Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh tanpa ketakwaan, artinya: dari golongan kaum musyrik – maka dia akan diberi balasan pahala di dunia: diantara contoh amalan kebaikanya, seperti menjaga silaturahmi, memberi kepada orang yang meminta-minta, mengasihi orang yang susah, maka Allah akan menyegerakan balasan kebaikan (pahala) atas amal baiknya di dunia ini, Allah akan mudahkan dan luaskan rizkinya, Dia anugerahkan kegembiraan atas pemberian-Nya, Dia melindunginya dari kesulitan-kesulitan dunia, dan lain sebagainya, akan tetapi dia tidak akan mendapat balasan kebaikan (pahala) apapun di akhirat.

Tafsir at-Thabari, 15/265.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah:

Al-Qadhi 'Iyaad berkata: Ada konsensus ulama (ijma’) bahwa amalan-amalan orang-orang kafir (di dunia) tidak akan bermanfaat bagi mereka (di akhirat), dan  mereka tidak akan diberi balasan pahala yang menyenangkan, dan tidak juga akan diringankan  siksanya, meskipun  sebagian dari mereka siksaannya lebih berat dari sebagian yang lain.

Al-Fath, 9/48

Dan ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala  tidak akan menghilangkan  bagi mereka (orang-orang kafir) pahala atas  amal mereka yang bermanfaat bagi manusia, hanya saja balasan kebaikan (pahala) diberikan di dunia saja dan bukan di akhirat, sedangkan bagi orang yang beriman, maka sesungguhnya baginya balasan pahala atas amal baiknya di dunia dan akhirat.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, ia langsung diberi balasan yang ia rasakan di dunia. Sedangkan bagi orang mukmin, sesungguhnya Allah ta’ala menyimpan kebaikan-kebaikannya untuk di akhirat, dan ia dikaruniai rezeki di dunia karena ketaatannya.” Diriwayatkan oleh Muslim (2808)

Dalam riwayat lain disebutkan,

"Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi kebaikan bagi orang mukmin. Ia diberi karunia di dunia karena kebaikannya, dan kebaikan itu masih dibalas lagi kelak di akhirat. Adapun orang kafir, ia mendapatkan karunia di dunia karena kebaikan-kebaikan yang ia kerjakan tidak karena Allah ta’ala. Sehingga apabila ia pulang ke akhirat, maka ia tidak akan memperoleh balasan apa-apa atas kebaikan yang ia kerjakan itu." 

Dan ketahuilah, bahwa pahala di dunia ini tidak pasti, melainkan tergantung pada kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala, Dia berfirman:

مَّن كَانَ يُرِيدُ العاجلة عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ

الإسراء/ 18

“Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki.” Al-Isra’ /18.

Al-Shanqeeti rahimahullah berkata:

Dan perlu diketahu, bahwa dalil-dalil dari kitab dan sunnah yang kita sebutkan menyatakan  bahwa orang kafir memperoleh manfaat di dunia dari amal shalehnya; menghormati kedua orang tua, menjaga silaturahim, memuliakan tamu dan tetangga, menghibur orang yang ditimpa kesulitan dan lain sebagainya, kesemuanya itu tergantung pada kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: 

مَّن كَانَ يُرِيدُ العاجلة عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ

الإسراء/18

 “Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki.” Al-Isra’ /18.

Ayat ini terikat (muqayyad) dengan apa yang disebutkan dalam ayat dan hadis, sebagaimana dalam kaidah ushul yang menyatakan bahwa muqayyad membatasi yang mutlak, apalagi jika hukum dan sebab hukumnya satu seperti dalam kasus ini.  Adwa' al-Bayaan, 3/450.

Apa yang telah kami jelaskan bahwa tentang Allah Subhanahu wa ta’ala memberi pahala kepada siapa pun yang Dia kehendaki di antara orang-orang kafir, tidak berlaku bagi Bunda Teresa yang nama aslinya  Anjeze Gonxhe Bojaxhiu, asal dari Makedonia dan meninggal pada tahun 1997 M. ia adalah seorang biarawati misionaris yang fokus pekerjaannya adalah membantu orang miskin, orang terlantar, orang sakit, dengan tujuan untuk mencoba mengubah mereka menjadi penganut agama Kristen. Tindakan semacam  ini tidak bisa disebut “baik” dan rezeki apa pun yang dia dapatkan di dunia ini tidak disebut sebagai balasan pahala karena amal-amalnya; melainkan rezeki yang ditetapkan oleh Allah, dan bagi mereka yang kafir  maka akan disiksa karenanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

البقرة/ 126 .

(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” Al-Baqarah /126.

Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa amalan orang kafir di dunia dibagi menjadi dua:

  1. Amal baik yang bersifat duniawi (urusan dunia), yaitu amalan yang tidak disyaratkan niat mendekatkan diri (taqarrub), seperti; menjaga silaturahim, menghormati tamu dan sejenisnya, dan inilah yang dimaksud dalam Hadist yang menyatakan bahwa jika Allah berkehendak, orang kafir akan diberi balasan pahala di dunia.

An-Nawawi rahimahullah berkata:

Dengan tegas dinyatakan dalam Hadist bahwa (orang kafir) akan diberi rizki di dunia karena amal baiknya, yaitu amal yang ia lakukan sebagai pendekatkan diri (taqarub) kepada Tuhan yang keabsahannya tidak tergantung pada adanya niat, seperti menjaga silaturahim, bersedekah, memerdekakan budak, memuliakan tamu, memfasilitasi amal shaleh, dan lain sebagainya.

Sharh Muslim (17/150).

  1. Amalan-amalan duniawi yang disengaja (ada niat) dilakukan untuk menyebarkan agamanya dan menyesatkan umat islam dari ajaran agamanya, maka yang seperti ini tidak masuk dalam maksud Hadist, bahkan pelakunya diancam dengan ancaman yang berat, karena dengan itu ia menjauhkan umat dari agama Allah, dan mengeksploitasi kebutuhan, kemiskinan, dan penyakit manusia semata-mata untuk tujuan jahat, hal ini seperti yang dilakukan oleh Bunda Teresa dan para misionaris lainya serta para penyokong kebatilan.

Adapun amalan keagamaan yang di dalamnya ada syarat niat untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub), seperti ibadah haji, ibadah umrah, dan do'a, maka dalam perkara ini orang kafir tidak akan diberi pahala baik di dunia maupun di akhirat, karena amalanya tidak sah (batal), karena syaratnya tidak terpenuhi, yaitu harus beragama Islam, ikhlas hanya kepada Allah, dan mengikuti tuntunan (Sunnah). demikianlah, kekafiran (kufr) itu merusak amal, sehingga orang (kafir) yang mengerjakannya tidak akan mendapat manfaat sedikit pun di Hari Kiamat.

Wallahu ‘alam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam