Kamis 18 Ramadhan 1445 - 28 Maret 2024
Indonesian

Hikmah Mendirikan Shalat Dengan Tata Cara Yang Diketahui

Pertanyaan

Saya mempunyai satu keraguan, saya tidak mendapatkan tafsir yang sesuai…, kenapa kita shalat dengan cara seperti itu, ada takbir, sujud dan berdiri ?, tidakkah cukup dengan kita duduk dan membaca Al Qur’an dan berdoa kepada Allah sebagai ganti dari semua itu ?, kenapa shalat tersebut dilakukan dengan cara dan bentuk seperti itu ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Ketahuilah –semoga Allah memberikan hidayah kepada anda- bahwa bangunan agama kita yang lurus adalah kewajiban mendengar dan taat, dan tidak memberikan usulan kepada Allah, dan sebagaimana kita percara kepada ucapan seorang dokter dan tidak menentangnya, bahkan mendengar dan mentaatinya, jika ia berkata: “Obat ini diinum setelah isya’”, kita tidak berkata: “Kenapa tidak sebelum isya’ ?”.

Atau dia berkata: “Tujuh tetes”, kita tidak berkata: “Kenapa tidak lima tetes saja ?”, kita hanya mengiyakan ucapannnya, meskipun ada sesuatu yang tidak kita sukai, karena pahitnya obat, atau mahalnya harga obat, dan lain sebagainya, padahal dokter tersebut manusia juga yang tidak memiliki kesembuhan, ia bisa salah bisa benar, dan bisa jadi kesalahannya lebih banyak dari pada kebenarannya.

Yang menjadi kewajiban kita adalah kepasrahan kita kepada syari’at harusnya lebih kuat; karena ia diturunkan dari Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji,

لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ         الأنبياء/23 .

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai”. (QS. Al Anbiya’: 23)

Sungguh keimanan itu tidak menetap kecuali dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا   النساء/65

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An Nisa’: 65)

Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ     النور/51

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nur: 51)

Allah Ta’ala juga berfirman:

 آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ   البقرة/285

“Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al Baqarah: 285)

As Sa’di berkata:

“Inilah komitmen orang-orang yang beriman, secara umum bagi semua apa yang dibawa oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dari Al Qur’an dan Sunnah, dan bahwa mereka mendengar dengan menerima, tunduk dan terikat”. (Tafsir As Sa’di: 961)

Barang siapa yang mentadabburi ayat-ayat ini maka ia mengetahui bahwa bangunan agama itu berserah diri, tunduk, dan terikat dengan Allah Tuhan sekalian alam, dan bagaimana mungkin tidak berserah diri kepada-Nya dalam segala hal dari urusan agama dan dunianya, orang yang beriman kepada Allah sebagai Pemelihara, Pencipta, Pemberi hidayah, Pemberi rizeki dan Pengatur ?!.

Dan bagaimana mungkin tidak berserah diri kepada Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- orang yang telah beriman kepada beliau sebagai Nabi yang diutus dari Rabbnya ?!

Dan jika seseorang meniti manhaj ini dalam bertanya maka tidak jauh akan berakhir dengan kekufuran; karena anda berkata: “Kenapa shalat tidak cukup dengan membaca Al Qur’an dan berdoa ?”, maka orang kedua berkata: “Apa gunanya berdoa, tidakkah cukup hanya dengan Al Qur’an ?”, dan orang ketiga akan berkata: “Kenapa harus dengan shalat ?, kenapa tidak cukup hanya dengan ucapan La ilaha Illallah, dan katakanlah seperti itu dalam hal  zakat, puasa, haji dan semua hukum-hukum syar’i. Maka yang demikian itu akan berakhir kepapada pengingkaran kepada hukum-hukum syar’i dan kekufuran.

Ketiga:

Shalat itu telah diwajibkan dengan tata cara seperti itu yang merupakan sebaik-baik dan bentuk paling sempurna sehingga penghambaan dan kehinaan di hadapan Allah akan terealisasi, menikmati munajat kepada-Nya, seraya seseorang menghadap kiblat, ia bersimpuh dengan hina di hadapan Allah dengan kepala tertunduk, kemudian ruku’ kepada Allah dengan berserah kepada-Nya, kemudian bertambah hina kepada Allah dengan sujud.

Lihatlah tata cara shalat secara rinci dari mulai takbir sampai salam disertai tadabbur pada semua gerakan dan ucapannya yang tidak ada tambahan apapun, karya Ibnul Qayyim –rahimahullah- di dalam bukunya “Ash Shalatu”.

Dan kita mohon kepada Allah agar Dia memberikan ilham kepada kita dengan mendapatkan petunjuk, dan menjadikan shalat sebagai penyejuk mata kita.

Wallahu A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam