Alhamdulillah.
- Allah subhanahu wata’ala mewajibkan kita untuk menaati Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala:
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَٱحۡذَرُواْۚ فَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا ٱلۡبَلَـٰغُ ٱلۡمُبِينُ
(Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul [Nya] dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan [amanat Allah] dengan terang. QS. Al-Ma'idah/92 .
- Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa ketaatan kepada Nabi salallahu alaihi wasallam adalah bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظً۬ا
Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling [dari keta’atan itu], maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. QS. An-Nisa/80.
- Allah subhanahu wata’ala memperingatkan agar tidak meninggalkan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala, hal ini bisa menjadi fitnah bagi seorang muslim, yaitu fitnah perbuatan syirik.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
لَّا تَجۡعَلُواْ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيۡنَڪُمۡ كَدُعَآءِ بَعۡضِكُم بَعۡضً۬اۚ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذً۬اۚ فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦۤ أَن تُصِيبَہُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَہُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian [yang lain]. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung [kepada kawannya], maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. QS. An-Nur/63.
Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa kedudukan kenabian yang diberikan kepada Nabi-Nya salallahu alaihi wasallam mengharuskan orang-orang yang beriman untuk menghormati dan memuliakan Nabi salallahu alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدً۬ا وَمُبَشِّرً۬ا وَنَذِيرً۬ا لِّتُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُڪۡرَةً۬ وَأَصِيلاً
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan [agama] Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. QS. Al-Fath/8-9.
- Belum sempurna keimanan seorang muslim sebelum ia mencintai Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam, bahkan cintanya kepada Nabi Muhammad salallahu alaihi lebih dari cintanya pada bapaknya, anaknya, dirinya sendiri, dan semua orang.
Dari Anas berkata: Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam bersabda: (Belum sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh umat manusia.) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (15) dan Muslim (44).
Dari Abdullah bin Hisyam dia berkata: Kami bersama Nabi Muhammad salallahu alalihi wasallam ketika dia sedang memegang tangan Umar bin Al-Khattab, dan Umar berkata kepadanya: Ya Rasulullah, kamu lebih aku cintai dari segalanya, kecuali diriku sendiri. Nabi Muhammad salallahu alalihi wasallam bersabda: (Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku lebih dicintai olehmu daripada dirimu sendiri.) Kemudian Umar berkata kepadanya: Sekarang, demi Tuhan, kamu lebih kucintai daripada diriku sendiri. Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam bersabda: “Sekarang wahai Umar.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6257).
Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Adapun alasan perlunya mencintainya (Rasulullah) salallahu alaihi wasallam, dan memuliakannya lebih dari orang lain, adalah karena segala puncak Kebaikan di dunia dan di akhirat hanya bisa terwujud melalui tangan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengimani dan mengikutinya. dan itu karena tidak ada seorang pun yang selamat dari siksa Allah, tidak mendapatkan rahmat Allah kecuali melalui Rasul-Nya; Dengan mengimaninya, mencintainya, setia kepadanya, dan menaatinya. Dan karena itulah maka Allah menyelamatkannya dari siksa dunia dan akhirat, yang kemudian mengantarkan pada kebaikan dunia dan akhirat. Nikmat yang paling besar dan bermanfaat adalah nikmat keimanan, dan tidak mungkin tercapai tanpanya, dan dia lebih tepat dan bermanfaat bagi setiap orang daripada jiwa dan hartanya. karenanya (Rasulullah) Allah menuntun (hamba-Nya) dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang. Tidak ada jalan lain selain melaluinya. Adapun dirinya dan keluarganya maka tidak ada gunanya baginya di hadapan Allah..) Al Majmu' al-Fatawa 27/246.
Sebagian ulama berkata: Jika seorang hamba merenungkan manfaat yang diterimanya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang dengannya Tuhan mengeluarkannya dari kegelapan kekafiran menuju cahaya iman, maka dia akan mengetahui bahwa itulah yang membuatnya bertahan dan selalu berada dalam kebahagiaan abadi. dengan demikian dia tahu bahwa manfaatnya lebih besar dari semua bentuk manfaat lainnya. Oleh karena itu, dia (Rasulullah) berhak mendapatkan bagian cintanya yang lebih besar daripada orang lain. Hanya saja rasa cinta dalam hal ini berbeda-beda kadarnya antara satu orang dengan lainya sesuai dengan kesadaran dan kelalaian mereka akan hal itu, dan setiap orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan keimanan sejati maka tidak akan lepas dari kecintaan yang besar. Meski demikian mereka berbeda-beda, Di antara mereka ada yang mengambil tingkatan atau besaran cintanya dengan keberuntungan yang lebih baik, dan di antara mereka ada yang mengambilnya dengan nasib yang kurang beruntung, sebagaimana seseorang yang sering tenggelam dalam nafsu dan dikaburkan oleh kecerobohan disebagaian besar waktu yang dimilikinya. walaupun demikian banyak di antara mereka yang ketika disebutkan tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam timbul kerinduan yang mendalam untuk bisa melihatnya, sehingga berdampak pada keluarganya, anak-anaknya, hartanya, dan orang tuanya, namun hal itu (kerinduan) akan cepat hilang karena datangnya kelalaian yang berturut-turut. Wallahu al-musta’an. Lihat Fath al-Bari 1/59.
Firman Allah subhanahu wata’ala dalam hal ini disebutkan:
ٱلنَّبِىُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِہِمۡۖ
Nabi itu [hendaknya] lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri mereka sendiri . QS. al-Ahzab/6.
Ibnu katsir rahimahullah berkata: (Dia mengetahui rasa sayang Rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam atas umatnya dan nasihatnya kepada mereka. hal itulah yang menjadikanya (Rasulullah) lebih utama dan berharga bagi mereka daripada diri mereka sendiri dan ajaran-ajaranya lebih diutamakan dari pada pilihan-pilihan mereka sendiri).
Syekh Ibn Saadi rahimahullah berkata:
(Allah subhanahu wata’ala menyampaikan berita kepada orang-orang beriman yang dengannya mereka mengetahui keadaan dan kedudukan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam; maka mereka memperlakukannya sesuai dengan kondisi itu. dan Dia berkata: (Nabi lebih berhak kepada orang-orang yang beriman daripada diri mereka sendiri), Yang paling dekat dengan manusia, dan yang paling dekat dengannya adalah jiwanya sendiri, maka Rasulullah lebih berhak atas dirinya daripada dirinya sendiri, karena dia Shallallahu 'alaihi wa sallam yang memberi mereka nasihat, kasih sayang, dan kelembutan, beliau adalah orang yang paling penyayang dan lembut, karena Rasulullah adalah orang yang paling besar kebaikannya kepada mereka di antara semua orang, karena kebaikannya tidak seberat atom pun yang tercapai dan tidak ada keburukan yang sekecil atom pun yang dapat dihindarkan dari mereka kecuali karenanya dan melalui tangannya. Oleh karena itu wajib baginya jika keinginan jiwa, atau keinginan suatu kaum, bertentangan dengan keinginan dari Rasul, agar ia mendahulukan keinginan Rasul, dan agar ucapan Rasul tidak bertentangan dengan ucapan siapa pun, dan agar mereka berkorban dengan nyawa, harta, dan anak-anak mereka, dan hendaknya mereka mendahulukan cintanya di atas cinta seluruh makhluk, dan tidak mengatakan sampai dia berkata.
Kesimpulan dari apa yang disebutkan para ulama dalam menjelaskan hal ini adalah bahwa murka Allah dan siksa api neraka merupakan ketakutan yang paling besar bagi seorang hamba; Tidak ada keselamatan darinya kecuali lewat tangan Rasulullah salallahu alaihi wa sallam. dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala dan surga-Nya adalah hal yang paling diidamkannya, tidak ada kemenangan bagi mereka kecuali di tangan Rasulullah salallahu alaihi wasallam.
Nabi Muhammad SAW merujuk pada hal yang pertama dengan bersabda:
مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِي
"Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, lalu mulailah belalang-belalang dan laron berjatuhan ke dalam api itu, sedangkan orang itu selalu berusaha mengusirnya dari api itu. Dan aku memegang ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku." Muslim 2285 dari hadits Jabir, dan serupa dalam Al-Bukhari 3427 dari hadits Abu Hurairah. .
Al-faraasyu, menurut al-khalil adalah sesuatu yang terbang seperti nyamuk
Al-janadib bentuk jamak dari jundub adalah serangga yang mirip dengan belalang
Al-hujaz bentuk jamak dari hujzah yang merupakan pengikat pakaian dan celana
Maksud dari hadis tersebut, beliau sallallahu alaihi wa sallam mengibaratkan terjerumusnya orang-orang jahil dan orang-orang yang melampaui batas karena dosa dan hawa nafsunya ke dalam api neraka, serta hasrat yang menjerumuskan mereka ke dalam kehinaan. padahal beliau menghalangi mereka, dan menahan mereka dari tempat-tempat yang dilarang seperti jatuhnya laron ke dalam api yang menyala, karena gairah dan lemahnya daya pengamatan, dimana mereka terjerumus dalam kehancuran dan tergelincir didalamnya karena kebodohan mereka. Penjelasan Muslim, oleh Al-Nawawi.
Adapun yang kedua, sebagaimana dimaksud dengan sabdanya sallallahu alaihi wasallam:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
"Setiap umatku masuk surga keculai yang enggan, " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku, masuk surga dan siapa yang membangkang aku berarti ia enggan." (Al-Bukhari 7280 dari hadits Abu Hurairah).
Semoga Allah memberikan taufiq.