Jum'ah 19 Jumadits Tsani 1446 - 20 Desember 2024
Indonesian

Pertanyaan Penting Tentang Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Dalam Masalah Nama dan Sifat Allah

155478

Tanggal Tayang : 25-11-2012

Penampilan-penampilan : 48224

Pertanyaan

Apakah sifat Allah seluruhnya serupa ataukah berbeda-beda. Apakah satu sifat berbeda dengan sifat lainnya? Demikian pula dengan nama-nama Allah, Apakah seluruhnya memiliki makna yang sama atau serupa atau setiap nama menunjukkan sebuah makna yang berbeda satu sama lain? Bolehkan kita mengatakan bahwa sifat Allah tidak terhingga, demikian pula nama Allah, tidak terhitung, ataukah ia ada batasannya dan Allah telah mengetahui dan menetapkannya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Tidak diragukan lagi bahwa sifat-sifat Allah berbeda satu sama lain dari segi maknanya. Sifat 'qudrah' (kuasa) bukanlah sifat 'izzah' (mulia) dan bukan sifat 'al-ilmu' (Ilmu). Seorang berakal tidak mungkin mengatakan bahwa kesemuanya serupa dari segi maknanya. Berikutnya akan diuraikan penjelasannya.

Kedua:

Di antara keyakinan ahlussunnah wal jamaah tentang nama-nama Allah Ta'ala adalah bahwa dia sama dalam hal menunjukkan kepada Dzat Allah Ta'ala, namun berbeda dari segi maknanya.

Untuk menjelaskan hal tersebut, kita katakan, bahwa nama-nama Allah Ta'ala 'Al-Qadir' 'Al-Aliim' 'Al-Aziz' 'Al-Hakim' misalnya, semuanya menunjukkan dzat yang satu, yaitu dzat Allah yang Maha Suci. Dari sisi ini, maka sifat-sifat itu sama, tidak berbeda.

Dan pada saat yang bersamaan, sifat 'Al-Qudrah', 'Al-Ilmu' 'Al-Izzah' 'Al-Hikmah' adalah berbeda satu sama lain. Maka dari sisi ini, sifat-sifat tersebut berbeda. Maka dengan demikian, nama-nama Allah yang mulia adalah; Nama untuk dzat yang sama dengan sifat-sifat berbeda.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala telah memberitahukan kepada kita bahwa Dia mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengampuni, mengasihi serta nama-nama dan sifat-sifat lainnya. Kita memahami makna semua itu dan dapat membedakan antara mengetahui dan berkuasa, antara kasih sayang dengan mendengar dan melihat. Kita ketahui, bahwa seluruh nama-nama tersebut sepakat menunjukkan Dzat Allah Ta'ala walaupun maknanya berbeda-beda. Dia pada hakekatnya sama dari sisi dzatnya, namun berbeda dari sisi sifatnya. (Majmu Fatawa, 3/59)

Syekh Muhamad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah, "Nama-nama Allah Ta'ala adalah menunjukkan nama dan sifat. Dikatakan nama karena menunjukkan pada dzat, dikatakan sifat karena menunjukkan makna yang terkandung di dalamnya. Dari sisi pertama, nama-nama tersebut adalah sama karena menunjukkan sesuatu yang satu, yaitu Allah Azza wa Jalla. Sedangkan dari sisi kedua, dia berbeda-beda, karena menunjukkan, karena setiap sifat menunjukkan makna khusus.

Maka 'Al-Hayyu', 'Al-Aliimu', 'Al-Qadiiru', 'As-Sami', 'Al-Bashiir', 'Ar-Rahman', 'Ar-Rahim', 'Al-Aziz', 'Al-Hakim' seluruhnya adalah nama yang menunjukkan satu, yaitu Allah Ta'ala. Akan tetapi makna 'Al-Hayyu' (hidup) tidak sama dengan makna 'Al-Alim' (mengetahui), 'Al-Alim' tidak sama maknanya dengan 'Al-Qadir' (berkuasa). Demikian seterusnya.

Kita nyatakan bahwa nama-nama tersebut mengandung nama dan sifat, adalah karena petunjuk Al-Quran. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

 وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  (سورة يونس: 107)

"Dan dia adalah Maha Pengampun dan Maha penyayang." (QS. Yunus: 107)

وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ  (سورة الكهف: 58)

"Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat." (QS. Al-Kahfi: 58)

Sesungguhnya ayat kedua menunjukkan bahwa 'Ar-Rahim' adalah yang memiliki sifat rahmah (kasih sayang). Dan menurut kesepakatan ahli bahasa dan budaya, bahwa sesuatu tidak dikatakan 'Al-Alim' kecuali jika dia memiliki ilmu, dan tidak dikatakan 'sami' (mendengar) kecuali jika dia mendengar, tidak dikatakan 'bashir' kecuali jika dia melihat. Perkara ini sudah sangat jelas, tidak lagi membutuhkan dalil.

(Al-Qawaid Al-Mutsla Fi Sifatillahi wa Asma'ihil Husna, hal. 8)

Demikian pula hal sama dikatakan terhadap nama-nama Al-Quran dan nama-nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam serta nama-nama hari akhir. Semuanya sama dari sisi menunjukkan perkara yang satu, yaitu Al-Quran, Rasul, atau hari akhir, tapi pada saat bersamaan dia berbeda-beda dari sisi bahwa setiap nama memiliki sifat yang berbeda dengan nama yang lain. Maka, nama-nama tersebut dari sisi makna namanya berbeda-beda.

Ketiga:

Termasuk keyakinan Ahlussunnah wal jamaah terhadap nama-nama Allah yang mulia, berdasarkan pendapat yang kuat dan shahih, bahwa dia tidak terbatas dalam jumlah tertentu. Begitu pula pendapat tentang sifat-sifat Allah Ta'ala. Karena sesungguhnya Allah memiliki nama-nama yang Dia simpan dalam ilma gaib yang pada pada-Nya, dan setiap nama-nama tersebut memiliki sifat-sifat. Maka dengan demikian, nama-namanya dan sifat-sifatnya tidak terbatas dalam jumlah tertentu.

Di antara perkara yang dapat dijadikan dalil di atas keyakinan ini adalah;

1. Dari Abdullah bin Masud, dia berkata, "Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seseorang ditimpa sesuatu berupa gundah dan sedih, lalu dia membaca,

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي "

"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubun-Ku ada di tangan-Mu, ketetapan-Mu bagiku telah berlaku, ketentuanku terhadapku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan semua nama yang telah Engkau tetapkan atas diri-Mu, atau yang telah Engkau ajarkan terhadap salah seorang makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu gaib yang ada di sisimu. Semoga Engkau jadikan Al-Quran sebagai pelipu laraku, cahaya di dadaku dan penghapus duka dan gundahku."

Niscaya akan dihilangkan darinya kegundahan dan kesedihannya dan diganti dengan jalan keluar." Ada seseoragn yang bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kita boleh mempelajarinya?" Beliau bersabda, "Ya, selayaknya bagi yang telah mendengarnya untuk mempelajarinya." (HR. Ahmad, no. 3704, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Silsilah Shahihah, no. 199)

Ibnu Qayim rahimahullah berkata,

"Asmaul Husna, jumlahnya tidak terbatas dan tidak terhitung. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang Dia simpan dalam ilmu gaib yang ada pada sisi-Nya, tidak ada yang mengetahuinya walaupun malaikat yang dekat kepadanya atau rasul yang Dia utus. Sebagaiman terdapat dalam hadits, " Aku mohon kepada-Mu dengan semua nama yang telah Engkau tetapkan atas diri-Mu, atau yang telah Engkau ajarkan terhadap salah seorang makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu gaib yang ada di sisimu."

Maka dia menjadikan nama-nama-Nya menjadi tiga bagian;

- Nama yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya, lalu dia tampakkan kepada siapa yang Dia kehendaki dari kalangan malaikat atau selainnya, akan tetapi tidak dia turunkan dalam Kitab-Nya.

- Nama yang Dia turunkan dalam kitab-Nya, sehingga dapat diketahui oleh hamba-hamba-Nya.

- Nama yang Dia turunkan dalam ilmu gaibnya dan tidak ada satupun dari makhluk-Nya yang dapat mengetahuinya. Karena itu beliau mengatakan, "Yang Engkau simpan", berarti hanya Dia yang mengetahuinya, bukan hanya Dia yang memiliki nama seperti itu. Karena hal tersebut terdapat dalam nama-nama yang telah Allah turunkan dalam kitabnya. 

(Bada'iul Fawaid, 1/174-176)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Hendaknya diketahui bahwa Asmaul Husna tidak terbatas berjumlah sembilan puluh sembilan." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/328)

Sebagai tambahan hendaknya melihat Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyah, 22/482-486.

2. Dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, "Aku tidak mendapatkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada suatu malam di ranjang. Lalu aku mencari-carinya hingga akhirnya tanganku menyentuh telapak kakinya sedang ditegakkan, dan beliau berada di dalam masjid. Ketika itu beliau membaca,

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ  (رواه مسلم،  486)

"Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan kemaafan-Mu dari azab-Mu. Aku berlindung kepada-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian atas-Mu. Engkau adalah sebagaiman yang Engkau puji terhadap diri-Mu." (HR. Muslim, no. 486)

Adapun sifat-sifat, sebagaiman telah kami sebutkan, mengikuti nama-nama. Semua nama yang telah nyata milik Allah Ta'ala, maka di dalamnya terdapat sifat yang sesuai dengan kemuliaan-Nya Azza wa Jalla.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, rahimahullah berkata, "Beliau mengabarkan bahwa dia tidak dapat menghitung pujian kepada-Nya, seandainya dia dapat menghitung nama-nama-Nya, niscaya beliau dapat menghitung sifat-sifat-Nya, maka beliau akan dapat menghitung pujian terhadap-Nya. Karena sifat-sifat-Nya pada hakekatnya merupakan uraian dari nama-nama-Nya." (Dar'u Ta'aarudhil Aql wan-Naql, 3/332-333)

Sebagian orang menganggpa bahwa nama-nama Allah berjumlah terbatas, yaitu 99 nama! Imam Nawawi rahimahullah mengutip kesepatakan para ulama bahwa nama-nama Allah Taala tidak terbatas dalam jumlah tersebut. Telah dijelaskan jawabannya pada soal no. 41003 tentang dalil yang menyangkal batasan tersebut dengan menyebutkan pendapat-pendapat para ulama yang membantah pendapat bahwa nama-nama Allah memiliki jumlah tertentu.

Kesimpulannya dalam masalah ini adalah bahwa nama-nama Allah Ta'ala dan sifat-sifat-Nya tidak terbatas. Perkara ini tidak diragukan lagi bagi mereka yang mengkaji Al-Quran dan Sunah serta berpedoman pada keyakinan Ahlussunnah wal jamaah  dan menerapkan prinsip-prinsip yang tepat dalam masalah nama dan sifat Allah yang mulia.

Wallahua'lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam