Ahad 21 Jumadits Tsani 1446 - 22 Desember 2024
Indonesian

Takut Menikah Karena Mendengar Kesulitan Mendidik Anak

Pertanyaan

Masalah saya adalah masalah pernikahan, usia saya sekarang sudah mendekati 29 tahun namun belum juga menikah. Padahal saya seorang pegawai, saya mampu untuk menikah, akan tetapi wahai syeikh pada saat saya mendengar permasalahan rumah tangga, sulitnya pendidikan anak, pada saat saya mendengar dan membaca kisah tentang anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tua dan banyaknya permasalahan terkait dengan mereka, lalu saya mengurungkan diri untuk menikah. Untuk diketahui bahwa saya in sya Allah termasuk anak yang patuh kepada kedua orang tua, saya tahu bahwa hal ini juga karena doa kedua orang tua kepada saya, dan ucapan kedua orang tua yang mengatakan: “Kami ridho kepadamu, dan Alhamdulillah, Allah telah memberikan rezki kepada kami seorang anak sepertimu”. Kedua orang tua saya meminta saya untuk segera menikah namun pada saat saya ingin maju untuk menikah saya merasa takut sekali, kondisi lajang saya tanpa menikah merasa nyaman, akan tetapi saya juga memikirkan kedua orang tua saya dan saya ingin mereka bahagia karena saya. Saya tidak menyukai dunia kecuali hanya pertama: bagaimana saya bisa shalat tepat waktu  dan yang kedua: bagaimana saya termasuk mereka yang paling taat kepada kedua orang tua.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Di antara bentuk ketergelinciran yang dihembuskan syetan kepada sebagian manusia adalah dengan menjadikannya meninggalkan kebenaran karena khawatir terjerumus kepada kebatilan, tidak banyak melakukan hal yang utama untuk menjaga diri dari yang hina, menjauhi kebaikan agar tidak terjatuh kepada keburukan, hal ini merupakan bagian dari bisikan syetan yang menghambat manusia untuk bisa menaiki tangganya orang-orang yang berjalan menuju kemuliaan, dengan klaim banyaknya mereka yang gugur. Allah –‘azza wa jalla- telah memerintahkan kepada kita untuk bertawakkal kepada-Nya, maju dalam amal dan ijtihad di dalamnya. Dia-lah Allah yang akan menerima amal kita dan mengampuni kekurangan kita.

Nasehat bagi anda, jangan melihat kepada contoh yang gagal dalam mendidik anak agar persepsi semacam itu tidak menguasai diri anda sehingga sulit untuk melepaskan diri darinya. Akan tetapi hadapi kehidupan anda dengan jiwa yang tenang dan optimis, karena Nabi –shalallallahu ‘alaihi wa sallam- kagum dengan optimisme, beliau suka memberi kabar gembira untuk mendapatkan kebaikan di dunia ini, petunjuk Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah petunjuk yang paling sempurna dan yang terbaik, beliau telah menikah, dikarunia anak-anak, beliau hadapi beban rumah tangga dan pendidikan anak. Hal itu lebih baik bagi manusia dan lebih banyak pahalanya dari pada enggan untuk menikah. Maka janganlah berpaling dari petunjuk Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Hendaknya anda berusaha untuk bersungguh-sungguh dalam pendidikan yang benar, mempelajari metodologi pendidikan, banyak membaca tentang pendidikan sehingga anda benar-benar memahami urusan anda, jika anda sudah berhasil membangun keluarga yang baik dan generasi terpelajar berakhlak dengan akhlak kenabian, maka anda telah mendapatkan kesuksesan yang besar. Dan  mendapatkan pahala shadaqah jariyah yang akan anda nikmati sepeninggal anda, dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berkata:

دخلت امرأة معها ابنتان لها تسأل ، فلم تجد عندي شيئاً غير تمرةٍ ، فأعطيتها إياها ، فقسمتها بين ابنتيها ، ولم تأكل منها ، ثم قامت ، فخرجت ، فدخل النبي صلى الله عليه وسلم علينا ، فأخبرته ، فقال : ( مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

رواه البخاري (1418) ، ومسلم (2629(

“Seorang wanita bersama dua orang putrinya masuk dan meminta: “Saya tidak mempunyai apa-apa kecuali sebutir kurma, lalu aku memberikannya kepadanya”. Ia pun membaginya untuk kedua putrinya, sementara ia tidak makan, lalu berdiri dan keluar. Setelah itu Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- masuk dan aku menceritakan kejadian tersebut kepada beliau, beliau pun bersabda: “Barang siapa yang diuji dengan keberadaan anak-anak perempuan dengan sesuatu, maka mereka akan menjadi penghalang dari api neraka”. (HR. Bukhori: 1418 dan Muslim: 2629)

Dari Uqbah bin ‘Amir –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ ، وَأَطْعَمَهُنَّ ، وَسَقَاهُنَّ ،  وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ ، كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

رواه ابن ماجه (3669) ، وصححه الألباني في " صحيح ابن ماجه " .

“Barang siapa yang mempunyai tiga orang anak perempuan, lalu ia bersabar dengan mereka, memberi makan dan minum kepada mereka, memberi sandang dari hartanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka pada hari kiamat”. (HR. Ibnu Majah: 3669 dan dinyatakan shoheh oleh Albani di dalam Shahih Ibnu Majah)

Al ‘Iraqi –rahimahullah- berkata:

“Maksud dari berbuat baik kepada mereka dengan menjaga mereka, bertanggung jawab untuk kebaikan mereka dari mulai nafkah, pakaian dan lain sebagainya. Melihat keadaan apa yang paling bermanfaat bagi mereka, mengajarkan kepada mereka apa yang wajib diajarkan kepada mereka, melarang mereka dari apa saja yang tidak layak buat mereka, semua itu termasuk perbuatan ihsan kepada mereka, meskipun dengan membentak atau memukul jika diperlukan. Sebaiknya bagi manusia agar membersihkan niatnya pada masalah tersebut, bertujuan hanya untuk Allah –Ta’ala- semata. Semua amal itu bergantung dengan niatnya, yang termasuk ihsan yang paling sempurna tidak menampakkan di hadapan mereka sikap berat, risau, benci dan merasa terbebani; karena semua itu mendangkalkan perlakuan baik kepada mereka.

Sabda beliau: “Mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka”, yakni; mereka akan menjadi penyebab bagi Allah untuk menjauhkan dan melindunginya dari neraka, dan tidak diragukan bahwa barang siapa yang tidak masuk neraka akan masuk surga, karena tidak ada tempat tinggal selain dari keduanya, dan riwayat yang kami rilis dari Imam Muslim tersebut menunjukkan bahwa Allah telah mewajibkan baginya surga.

Disebutkan secara khusus untuk anak-anak perempuan saja; karena lemahnya kekuatan mereka, sedikitnya kreatifitas mereka, mereka tidak merdeka, mereka juga membutuhkan penjagaan dan tambahan nafkah bagi mereka, merasa terbebani dengan keberadaan mereka, banyak orang yang membenci mereka, berbeda dengan anak laki-laki, karena mereka berbeda dengan anak-anak perempuan dengan semua hal tersebut.

Ada kemungkinan juga bahwa hal ini terjadi pada kejadian tertentu, maka tidak mengandung makna kontekstual, maka anak laki-laki juga sama posisinya dengan anak perempuan”. (Thorhu At Tatsriib: 7/67)

Untuk tambahan referensi bisa dibaca jawaban soal nomor: 82968 dan jawaban soal nomor: 146150.

Wallahu A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam