Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Apakah Kehidupan Sosial (Kerjasama) Merupakan Ikhtiar Manusia Atau Ketetapan (Qadha) Dari Allah

1804

Tanggal Tayang : 09-04-2002

Penampilan-penampilan : 13477

Pertanyaan

Apakah Kehidupan Sosial (Kerjasama) merupakan Ikhtiar Manusia atau Ketetapan (Qadha) dari Allah?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

, segala puji bagi Allah.Pertama, wajib kita ketahui bahwa tidak ada pertentangan antara keimanan kita kepada takdir Allah terhadap segala sesuatu dengan keimanan bahwa Allah Subhana wa Ta'ala memberikan kehendak kepada kita atau keinginan yang menyebabkan kita melakukan segala sesuatu. Allah berfirman, menetapkan adanya kehendak manusia,

"Bagi orang-orang yang berkehendak untuk lurus."

Kehendak dan keinginan kita merupakan bagian dari kehendak Allah yang tidak mungkin keluar dari kehendak Allah.

Sebagaimana firman Allah,

"Dan tidaklah kalian berkehendak kecuali bila dikehendaki oleh Allah."

Oleh karena itu, maka tidak benar mempertentangkan dua hal tadi dan tidak boleh pula memungkiri salah satu dari keduanya karena Allah menetapkkan keduanya sekaligus. Dia menetapkan adanya kemampuan dan ikhtiar bagi hamba dan menetapkan adanya kehendak bagi Allah yang di mana segala sesuatu tidak bisa keluar dari kehendak-Nya. Kalau kita terapkan hal ini ke dalam masalah yang ditanyakan, maka kita beriman bahwa manusia mempunyai kehendak yang memungkinkan dia memilih wanita yang dikehendaki untuk dinikahi dan apapun yang dicapai oleh ikhtiar manusia maka hal itu telah dicatat di sisi Allah. Keinginan, ikhtiar, dan kehendak manusia merupakan sebab tercapainya apa yang dimaksud dan terwujudnya apa yang dicari yang memungkinkan dia meraih apa yang diinginkan. Kadang-kadang ada kendala yang menghalangi antara seseorang dengan maksud yang ingin dicapainya, maka dia harus tahu bahwa Allah tidak mentakdirkan baginya apa yang diinginkannya. Karena ada hikmah tertentu yang Allah ketahui, dan semua perbuatan Allah adalah baik. Sedangkan manusia tidak mengetahui hal ghaib dan akhir dari segala urusan, kadang dia kecewa terhadap lepasnya sesuatu dari dirinya, padahal kebaikan ada dalam hal lepasnya sesuatu tersebut. Terkadang dia benci terjadinya sesuatu padahal kebaikan ada di dalamnya.
Sebagaimana firman Allah:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal hal itu baik untukmu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal dia jelek untukmu. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak." (Q.S. Al-Baqarah: 215-216)

Dan semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi kita Muhammad.

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid