Senin 24 Jumadil Ula 1446 - 25 November 2024
Indonesian

Hasad Adalah Akhlak Tercela dan Tabi’at Hina, Tidak Mengubah Sesuatu Yang Telah Ditakdirkan Oleh Allah ‘Azza wa Jalla

Pertanyaan

Apakah hasad ini akan mengubah apa yang di dalam rahim, maksudnya bahwa jika bayi yang lahir laki-laki, maka sifat hasad bisa mengubahnya menjadi perempuan ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Hasad adalah membenci nikmat Allah kepada seseorang dan ingin menghilangkannya, hal itu merupakan akhlak yang tercela dan tabi’at hina dan termasuk dosa besar.

“Orang yang hasad adalah musuh keberkahan, dan ini keburukan dari diri pelaku hasad dan tabiatnya, bukan sesuatu yang dia dapatkan dari selainnya, bahkan termasuk bagian dari kebusukan dan keburukannya, berbeda dengan sihir yang akan mendapatkan masalah lain dan meminta pertolongan pada arwah syetan”(Bada’i Al Fawaid: 2/458).

Kedua:

Hasad tidak mengubah takdir Allah Ta’ala apapun. Tidak ada yang bisa mengubah qadha’ (takdir) kecuali doa. Barang siapa yang khawatir akan hasadnya orang hasad, maka memungkinkan baginya menjaga diri dari keburukannya dengan doa, dan jalan yang  baik kepada Allah, dan bertawakkal kepada-Nya.

Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata:

“Hasad ini termasuk akhlak yahudi, dan termasuk dosa besar dan tidak bisa mengubah sesuatu dari takdir Allah -‘Azza wa Jalla- bahkan bentuk kerugian bagi pelaku hasad, dan mengangkat derajat orang yang ia hasad padanya, apalagi jika pelaku hasad ini berlebihan, maka Allah Ta’ala akan membalas orang dzalim” (Fatawa Nur ‘Ala Darb: 2/24).

Hasad tidak menolak takdir Allah, dan barang siapa yang khawatir dari sesuatu darinya, maka hendaknya meminta pertolongan kepada Allah dengan doa, dan itulah yang akan menolak takdir seperti apa yang telah kami sebutkan arti dari hal itu.

Ketiga:

Keburukan pelaku hasad bisa dihindari dengan 10 sebab:

  1. Berlindung kepada Allah Ta’ala dari keburukannya
  2. Bertaqwa kepada Allah, menjaga perintah dan menjauhi larangan-Nya; barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah menjamin penjagaan kepada-Nya, dan tidak mewakilkan kepada selain-Nya.
  3. Bersabar terhadap musuhnya, dan tidak memeranginya, dan mengeluhkannya, dan tidak membisiki dirinya untuk menyakitinya sama sekali, maka ia tidak akan menang dari pelaku hasad dan musuhnya dengan bersabar atasnya dan bertawakkal kepada Allah.
  4. Bertawakkal kepada Allah , barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia (Allah) akan mencukupkannya.  Tawakkal sebab paling kuat yang akan mendorong seorang hamba untuk memikul apa yang tidak mampu ia pikul dari gangguan makhluk, kedzaliman dan permusuhan mereka. Hal itu merupakan sebab paling kuat akan perkara tersebut.
  5. Tidak memperdulikan dan memikirkannya, tidak menoleh dan tidak takut kepadanya.  Tidak mengisi hatinya dengan memikirkannya. Inilah obat paling bermanfaat dan sebab paling kuat untuk menghindari keburukannya.
  6. Kembali kepada Allah dan ikhlas beramal untuk-Nya.
  7. Totalitas dalam bertaubat kepada Allah dari dosa yang telah menjadikan syaitan menguasai dirinya.
  8. Bersedekah dan berbuat baik sebisa mungkin, karena hal itu akan memberikan dampak menakjubkan untuk menolak bala’ dan menolak penyakit ‘ain, serta keburukan pelaku hasad.
  9. Inilah sebab paling sulit bagi jiwa dan hal yang paling rumit. Tidaklah seseorang dimudahkan untuk melakukannya kecuali orang yang diberikan karunia untuk itu oleh Allah, yakni dengan memadamkan api pelaku hasad, pelaku aniaya, orang yang menyakitinya dengan berlaku baik kepadanya. Setiap kali gangguan, keburukan, bughot dan hasadnya bertambah, maka ia semakin berbuat baik kepadanya, menasehatinya dan merasa kasihan kepadanya.
  10. Berikut merupakan gabungan dari semua hal tersebut dan menjadi inti sebab-sebabnya: yaitu totalitas dalam bertauhid, menyerahkan sebab-sebabnya kepada Pemilik sebab tersebut Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dan mengetahui bahwa hal ini merupakan alat seperti geraknya arah angin, dan semua itu berada di tangan penggeraknya, pencipta dan pembuatnya. Tidak akan memberi bahaya, dan tidak bermanfaat kecuali dengan izin-Nya.

(Bada’i Al Fawaid: 2/463 – 469) dengan sedikit ringkasan.

Baca jawaban soal nomor: 105471 .

Wallahu Ta’ala A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam