Jum'ah 19 Jumadits Tsani 1446 - 20 Desember 2024
Indonesian

Kekufuran Dan Macam-macamnya

Pertanyaan

Saya telah membaca pertanyaan no. 12811 bahwa kekufuran yang besar itu dapat mengeluarkan dari agama itu ada banyak macamnya. Saya mohon kepada anda menjelaskannya disertai dengan contoh-contohnya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pembicaraan tentang hakekat kekufuran dan macam-macamnya sangat panjang pembahasannya. Akan tetepi kita akan jadikan pembahasan ini dengan point-point berikut:

Pertama:

Urgensi memahaminya dan mengenal macam-macamnya

Teks dalam Kitab dan sunnah telah menunjukkan bahwa keimanan itu tidak sah dan tidak diterima kecuali dengan dua perkara. Keduanya itulah makna dari syahadah  لا إله إلا الله. Keduanya adalah menyerahkan diri sepenuhkan kepada Allah dengan bertauhid dan berlepas diri dari kekufuran dan kemusyrikan dengan semua bentuk dan macamnya.

Dan seseorang tidak mungkin berlepas diri dari sesuaatu dan berhati-hati darinya kecuali dia telah mengenal dan jelas hekekatnya. Dari sini maka dapat kita pahami keharusan mengenal tauhid, mengamalkan dan merealisasikannya. Juga mengenal kekufuran dan kesyirikan agar berhati-hati dan menjauhinya.

Kedua:

Pengertian kufur

Al-Kufru dari sisi bahasa adalah menutupi sesuatu.

Sementara dalam istilah syar’i kekufuran adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik diserta dengan mendusatakannya atau tidak disertai sikap mendustakan, tapi sekedar ragu atau berpaling dari keimanan dalam kondisi hasad (dengki) atau kesombongan atau mengikuti sebagian hawa nafsu yang memalingkan dari mengikuti Risalah.

Maka kekufuran adalah sifat dari semua orang yang mengingkari sesuatu dimana Allah telah mewajibkan untuk beriman dengannya. Setelah disampaikan kepadanya hal itu, baik dia mengingkari dengan hatinya bukan lisannya atau dengan lisannya bukan dengan hatinya. Atau dengan keduanya. Atau mengamalkan suatu amalan yang mengeluarkan hal itu dari nama keimanan. Silahkan melihat (Majmu’ Fataw Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, 12/335. Al-Ihkam Fi Usul Ahkam, karangan Ibnu Hazm, 1/45).

Ibnu Hazm mengatakan dalam kitabnya al-faslu, “Bahkan mengingkari sesuatu yang buktinya sudah nyata bahwa tidak dikatakan beriman kecuali membenarkannya, dan mengucapkan sesuatu pada perkara yang sudah nyata buktinya bahwa jika dia mengucapkan hal itu adalah kekufuran, maka itu adalah kekufuran. Dan melakukan sesuatu yang buktinya telah kuat bahwa mengamalkan seperti itu kekufuran, adalah kekufuran.

Ketiga:

Macam-macam Kekufuran besar yang mengeluarkan dari agama

Para ulama membagi kekufuran menjadi beberapa bagan, dibawahnya banyak gambaran kesyirikan dan macam-macamnya, yaitu:

  1. Kekufuran pembangkangan dan pendustaaan, kekufuran ini terkadang pendustaan di hati – kekufuran ini sedikit sekali pada orang-orang kafir. Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Terkadang pembohongan dengan lisan atau anggota tubuh, hal itu dengan menyembunyikan kebenaran dan tidak merealisasikannya secara nyata padahal dia mempunyai ilmunya dan pengetahuan secara batin. Seperti kekufuran orang Yahudi kepada Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam. Dimana Allah ta’ala berfirman tentang mereka:

فلما جاءهم ما عرفوا كفروا به

سورة البقرة: 89

“maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya.” (QS. Al-Baqarah: 89)

Allah juga berfirman:

وإن فريقا منهم ليكتمون الحق وهم يعلمون

سورة البقرة :146

“Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 146)

Hal itu karena pembohongan tidak terealisasi kecuali orang yang mengetahui kebenaran dan ditolaknya. Oleh karena itu Allah meniadakan pembohongan orang-orang kafir kepada Rasullahh sallallahu’alaihi wa sallam akan sebenarnya (hakekatnya) dan batinnya. Akan tetapi Cuma dengan lisannya saja. Seraya berfirman:

فَإِنَّهُمْ لا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

سورة الأنعام: 33

“(janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33)

Allah berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْماً وَعُلُوّاً

سورة النمل: 14

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. An-Naml: 14)

Dimasukkan dalam kekufuran ini adalah kekufuran karena menghalalkan yang haram. Maka siapa yang menghalalkan apa yang diketahui dari syariat akan keharamannya, maka dia telah membohongi Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dari apa yang dibawanya. Begitu juga orang yang mengharamkan apa yang telah diketahui syariat menghalalkannya.

  1. Kekufuran berpaling dan kesombongan. Seperti kekufuran Iblis ketika Allah mengatakan tentangnya:

إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

سورة البقرة: 34

  • maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. A-Baqarah: 34)

Sebagaimana firman Allah ta’ala:                                                                                               

وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ

سورة النور: 47

“Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 47)

Maka ditiadakan keimanan bagi orang yang berpaling dari beramal. Meskipun dia mengatakan keimanan. Maka terlihat nyata bahwa kekufuran pembangkangan adalah meninggalkan kebenaran tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya baik berupa perkataan atau perbuatan atau keyakinan. Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

سورة الأحقاف: 3

“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqof: 3)

Maka siapa yang berpaling dari apa yang dibawa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dengan perkataan seperti orang yang mengatakan, “Saya tidak mengikutinya. Atau dengan perbuatan seperti orang yang berpaling dan lari dari mendengarkan kebenaran yang dibawanya. Atau meletakkan jemarinya di telinganya agar dia tidak mendengarkan. Atau dia mendengarkan akan tetapi hatinya berpaling dari keimanan dan anggota tubuhnya berpaling dari beramal, maka dia telah melakukan kekufuran berpaling.

  1. Kekufuran nifaq yaitu dengan tidak membenarkan dalam hati dan perbuatannya, padahal dia melakukan secara zahir karena riya’ (ingin dilihat) orang, seperti kekufurannya Ibnu Salul dan seluruh orang-orang munafiq, yang mana Allah berfirman tentang mereka:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ .يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ .. الخ الآيات

سورة البقرة: 18–20

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Sampai akhir ayat 20 QS. A-Baqarah: 8-20)

  1. Kekufuran keraguan yaitu ragu-ragu dalam mengikuti kebenaran atau ragu-ragu bahwa itu adalah kebenaran. Karena yang diharapkan adalah keyakinan bahwa apa yang dibawa Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam itu benar tidak diragukan lagi. Siapa yang memperbolehkan bahwa apa yang dibawanya itu bukan suatu kebenaran maka dia telah kufur. Kekufuran keraguan atau persangkaan. Sebagaimana Firman Allah ta’ala:

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَداً . وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْراً مِنْهَا مُنْقَلَباً . قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلاً . لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَداً

سورة الكهف: 35-38

  • Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu." Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (Al-Kahfi: 35-38)

Maka dapat kita simpulkan bahwa kekufuran – yaitu lawan dari keimanan – terkadang berbentuk mendustakan dengan hati, yaitu bertentangan dengan ucapan hati. Kadang kekufuran berbentuk perbuatan hati seperti benci kepada Allah atau ayat-ayat-Nya. Atau kepada Rasul-Nya sallalahua alaihi wa sallam.

Hal ini bertentangan dengan kecintaan keimanan, padahal dia merupakan amal hati paling penting. Kekufuran pun kadang berupa ucapan yang nampak seperti menghina Allah ta’ala. Terkadang berupa amalan yang nyata seperti sujud kepada patung. Menyembelih untuk selain Allah. sebagaiman keimanan terkadang dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Begitu juga kekufuran terkadang dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Kita memohon kepada Allah agar dilindungi dari kekufuran dan cabang-cabangnya. Dan dihiasi dengan hiasan iman. Dan menjadikan kita sebagai petunjuk kearah hidayah aminn wallahu ta’ala a’lam

(Silahkan lihat I’lamus sunnah Al-Mansuroh, 177 dan Nawaqidul Iman Al-Qouliyah wal amaliyah karangan syekh Abdul Aziz Ali Abdul Latif, 36-46 dan Dhowabit At-Takfir karangan Syekh Abdullah Al-Qorni, 183 – 196).

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid