Alhamdulillah.
Pertama:
Menurut Sebagian ulama bahwa urutan kejadian pada hari kiamat adalah sebagai berikut:
- Pada saat manusia dibangkitkan dan bangkit dari kuburnya, mereka akan pergi ke padang masyhar, dan kemudian mereka akan berdiri dalam waktu yang lama di padang masyhar, yang membuat mereka dalam keadaan sangat susah dan haus, dan mereka akan merasakan ketakutan luar biasa di dalamnya; karena lamanya menunggu, dan menanti kepastian hisab mereka, dan apa yang akan Allah azza wa jalla putuskan (lakukan) terhadap mereka.
- Jika masa tinggalnya diperpanjang, Allah azza wa jalla pertama-tama akan memunculkan untuk Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telaganya yang akan didatangi (umat), telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan menjadi pusat yang didatangi orang di hari kiamat, karena terasa semakin berat dan susah saat mereka berdiri di depan Tuhan semesta alam, pada hari yang lamanya lima puluh ribu tahun.
Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengikuti sunnah Nabi, tanpa mengubah, menambahkan dan menggantinya, maka dia akan diperlihatkan telaga Nabi dan diberi minum darinya. Dan sebagai tanda pertama bahwa dia akan selamat adalah dia akan diberi minum dari telaga Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam, Kemudian setelah itu akan dikeluarkan untuk setiap Nabi telaganya masing-masing, dan orang-orang shaleh di antara para pengikutnya akan diberi minum dari telaga tersebut.
- Kemudian orang-orang akan berdiri dalam waktu yang sangat lama, lalu datanglah syafaat yang agung – syafaat Nabi shallallhu ‘alaihi wasallam, yang memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, agar mensegerakan perhitungan bagi semua orang (umatnya). dalam hadis yang panjang dan terkenal disebutkan: mereka akan bertanya kepada Adam, lalu Nuh, lalu Ibrahim, dan seterusnya. Kemudian mereka mendatangi Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam dan berkata, Wahai Muhammad! Dan mereka akan menjelaskan keadaannya kepadanya, memohon kepadanya untuk memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, untuk meringankan kesulitan orang-orang dengan memberikan mereka hisab yang cepat. Setelah mereka bertanya kepadanya, Syafaatlah kami di hadapan Tuhanmu, Nabi Sallalahu’alaihi wa sallam bersabda: “Saya mampu untuk itu, saya mampu untuk itu.” Kemudian dia akan datang ke hadapan Arsy, lalu sujud dan memuji Allah Subhanahu wata’ala, dengan kata-kata pujian yang dengannya Allah Subhanahu wata’ala akan mengabulkannya. Kemudian akan dikatakan: “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu; mintalah, niscaya kamu akan diberi, dan bersyafaatlah, syafaatmu akan diterima.” Dan demikianlah syafaatnya yang besar (diberikan) agar hisab disegerakan.
- Setelah itu tiba waktunya pemeriksaan catatan semua amalan
- Setelah dibuka semua catatan maka selanjutnya adalah penghitungan amalan (hisab)
- Setelah hisab pertama, catatan-catatan amal akan bertebaran. Hisab yang pertama merupakan bagian dari pemeriksaan, karena didalamnya terjadi pengungkapan argumentasi dan alasan. Kemudian setelah itu catatan-catatan amal akan tersebar [kepada manusia]. Orang-orang dari golongan kanan akan menerima catatannya di tangan kanannya, dan orang-orang dari golongan kiri akan menerima catatannya di tangan kirinya. Kemudian akan dilakukan pembacaan buku catatan (kitab).
- Setelah pembacaan buku catatan: maka dilakukanlah kembali perhitungan (hisab) agar tidak ada ruang untuk berdalih dan menetapkan pembuktian dengan membacakan apa-apa yang termaktub dalam buku catatan.
- kemudian tahapan selanjutnya adalah penimbangan (mizan), maka akan ditimbang semua yang telah kami sebutkan (semua amalan yang ada dalam buku catatan).
- Setelah penimbangan (mizan), manusia akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan berpasangan (teman sejawat); berpasangan (teman sejawat) artinya masing-masing bentuk dengan bentuk-nya (kategori), kemudian akan didirikan panji-panji (panji para Nabi): ada panji Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, panji Nabi Ibrahim, panji Nabi Musa dan seterusnya, dan di bawah setiap panji-panji itu akan terdapat berbagai jenis orang, sesuai dengan kategorinya, masing-masing bentuk akan dikelompokan bersama dengan bentuk (kategori) yang sejenis.
Demikian juga Orang-orang dzalim dan kafir, mereka akan dikumpulkan berpasangan, artinya orang-orang yang serupa akan dikumpulkan dalam satu golongan yang sejenis, sebagaimana firman-Nya:
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ * مِنْ دُونِ اللَّهِ
الصافات/22-23
“(Lalu, diperintahkan kepada para malaikat,) “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah. selain Allah. Lalu, tunjukkanlah kepada mereka jalan ke (neraka) Jahim.” As-saffat /22-23.
Yang dimaksud dengan “teman sejawat” adalah mereka yang sejenis dan semisal. Maka ulama kaum musyrik akan dikumpulkan dengan ulama kaum musyrik, orang-orang yang zalim akan dikumpulkan dengan orang-orang yang zalim, orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan akan dikumpulkan dengan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan, dan seterusnya.
- kemudian setelah itu, Allah Subhanahu wa ta’ala akan menutup cahaya sehingga yang ada hanya kegelapan sesaat sebelum manusia mencapai Neraka – kita berlindung kepada Allah, Manusia akan berjalan mengikuti cahaya (pelita) yang diberikan, dan ketika ummat berjalan, termasuk didalamnya ada orang-orang munafik, dan ketika mereka (orang-orang munafik) ikut berjalan maka dipasang diantara mereka dinding (pemisah) sebagaiman diterangkan dalam firman-Nya:
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ * يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى..
الحديد/13-14
“Lalu, di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di luarnya ada azab. Orang-orang (munafik) memanggil mereka (orang-orang beriman), “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar,..” Al-Hadid /13-14.
Ayat diatas menjelelaskan: adapun bagi orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wata’ala akan memberikan cahaya penerang sehingga mereka bisa melihat dan melewati sirath, sementara untuk orang-orang munafik maka Allah tidak akan memberi mereka cahaya penerang, sebaliknya mereka akan berdesak-desakan dengan orang-orang kafir, mereka akan berjalan (tanpa cahaya penerang) dan didepan mereka adalah neraka jahannam.(kita berlindung kepada Allah) .
- Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang terlebih dahulu dan berdiri di atas sirath sambil berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala untuk dia dan umatnya, lalu berkata: “Ya Allah, karuniai keamanan; Ya Allah, berilah keselamatan.” Kemudian dia shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan melintasi sirath, demikian juga umatnya, (keadaan) masing-masing saat melewati sesuai dengan amalnya, dan masing-masing akan diberi cahaya penerang (yang terangnya) sesuai dengan amalnya. Orang-orang yang mendapat ampunan Allah Subhahanu wa ta’ala, akan terus berjalan sampai mereka melewati sirath, dan sebagian orang dari golongan ahli tauhid atas kehendak Allah akan jatuh ke dalam Neraka dan mendapatkan siksa-Nya. Kemudian apabila teleh selesai melewati api neraka, maka mereka akan berkumpul di pelataran surga, maksudnya di hamparan-hamparan yang telah disediakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, agar orang-orang mukmin dapat saling membalas (melaksanakan qishas) diantara mereka untuk menghilangkan permusuhan (dendam) diantara mereka, sehingga mereka dapat masuk surga tanpa ada sedikitpun rasa dendam di hati mereka.
- Dan golongan yang pertama masuk surga setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang miskin dari kaum Muhajirin, kemudian orang-orang misikin dan kaum Anshar, kemudian orang-orang miskin dari kalangan ummat. Adapun golongan orang-orang kaya maka akan tertunda, karena masih ada perhitungan (hisab) antara mereka dengan orang lain, dan permintaan pertanggung jawaban atas kekayaan mereka . ”Sharh al-Tahawiyyah” (hlm. 542) dengan penomoran As-Shamilah / Oleh Syekh Saleh Ali-Sheikh, dengan sedikit editan.
Kedua:
Kita tidak mengetahui adanya hadits shahih (satupun) yang menyatakan bahwa ketika seseorang akan meninggal, datang dua setan yang menyerupai kedua orang tuanya dan menyuruhnya untuk menganut agama Yahudi atau Kristen. Adapun apa yang dikatakan al-Qurtubi dalam at-Tadhkirah (hlm. 185): diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “bahwa ketika seseorang sedang sekarat, dua setan duduk bersamanya, satu di atas tubuhnya. kanan dan satu lagi di kirinya. Yang di sebelah kanannya mirip dengan ayahnya dan berkata kepadanya: Wahai anakku, aku berbelas kasih kepadamu dan aku mencintaimu, tetapi kamu harus mati dengan mengikuti agama Nasrani, karena itu adalah agama yang paling baik. Dan orang yang di sebelah kirinya menyerupai ibunya dan berkata kepadanya: Wahai anakku, rahimku adalah bejana bagimu, buah dadaku memberimu minum dan kamu berdiri di atas pahaku, tetapi kamu harus mati mengikuti agama Yahudi, karena itulah agama yang paling baik” – hal ini disebutkan oleh Abu'l-Hasan al-Qabisi dalam Sharh Risalat Ibnu Abi Zayd , dan hal serupa disebutkan oleh Abu Hamid dalam Kashf 'Ulum al-Akhirah .
Mengenai hal ini, Kami tidak mengetahui dasar apa pun, sehingga tidak dapat dikutip sebagai dalil yang menguatkan (hujjah).
Namun bisa saja setan mendatangi anak Adam ketika dia sedang sekarat, dan dia bisa muncul dalam wujud ini atau lainnya, untuk menyesatkannya.
Abu Dawud (1552) dan an-Nasa'i [5531] meriwayatkan dari Abu'l-Yasar radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW biasa berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدْمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ ، وَالْحَرَقِ، وَالْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa reruntuhan dan aku berlindung kepada-Mu dari terjatuh dari tempat tinggi, aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam, terbakar dan dari pikun, aku berlindungkepada-Mu agar jangan sampai setan menggelincirkanku ketika aku akan mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati di jalan-Mu dalam keadaan lari dari medan pertempuran, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat binatang.” Dan digolongkan sahih oleh al-Albani dalam Sahih Abi Daud .
Al-Khattabi rahimahullah berkata:
Berlindung kepada Allah dari pengaruh setan menjelang ajal: yaitu bahwa menjelang ajal kematian, setan akan menguasai dirinya dan menjerumuskannya kedalam kesesatan,setan akan menghalanginya untuk bertaubat, dan menghalanginya untuk memperbaiki keadaannya. dan meninggalkan kezaliman yang dilakukannya terhadap orang lain, atau membuatnya berputus asa dari rahmat Allah, atau membuatnya membenci kematian dan bersedih jika meninggalkan kehidupan dunia, sehingga ia tidak akan rela dan ikhlas dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa ta’ala tetapkan baginya berupa kematian dan perjalanan ke akhirat, sehingga semua itu menyebabkan dia mendapat akhir yang buruk (su’ul khatimah) dan bertemu Allah dalam keadaan Dia murka padanya.
Dan diriwayatkan bahwa Setan tidak pernah memberikan godaan yang lebih besar pada anak Adam daripada pada saat menjelang ajal kematian, setan berkata kepada para pembantunya: Ini salahmu, jika kamu melewatkan hari ini, kamu tidak akan pernah menangkapnya.”( Ma'alim as-Sunan 1/296). Lihat juga: at-Tadhkirah (hlm. 185).
Shalih ibnu Al-Imam Ahmad mengatakan: pada saat ayahku sedang sekarat, aku duduk disampingnya, dan ditangaku ada selembar kain, untuk mengikat kedua rahangnya (setelah dia meninggal). Dia mulai berkeringat, dan sulit bernapas, namun dia membuka matanya sembari memberi isyarat dengan tangannya seperti ini, (untuk mengatakan): Belum, belum – sampai tiga kali. Aku berkata: Wahai ayahku, apa yang baru saja kamu ucapkan? Beliau bertanya: Wahai anakku, apakah kamu tidak mengetahui? Aku berkata tidak. Dia berkata: Iblis – semoga Allah melaknatnya – berdiri di sampingku, sambil menggigit ujung jarinya dan berkata: Wahai Ahmad, aku kehilanganmu (tak sanggup menyesatkanmu)! Dan aku berkata: Tidak, tidak sampai aku mati!” ( Tabaqat al-Hanabilah 1/175).
Aku mendengar syekh kami, Imam Abu'l-'Abbas Ahmad ibn 'Umar al-Qurtubi berkata, di pos perbatasan Alexandria: Aku bersama saudara syekh kami, Abu Ja'far Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Qurtubi di Cordoba, saat dia sekarat. Dikatakan kepadanya: Ucapkan La ilaha illa Allah, dan dia berkata: “Tidak, tidak,”
Ketika dia sadar, kami memberitahunya tentang hal itu, maka dia berkata: Dua setan datang kepadaku, satu di sebelah kanan dan satu lagi di sebelah kiriku. Salah satu dari mereka berkata: “Matilah sebagai seorang Yahudi, karena itu adalah agama yang terbaik.” Dan yang lain berkata: “Matilah sebagai seorang Kristen, karena itu adalah agama yang terbaik.” Dan saya berkata kepada mereka berdua: “Tidak, tidak.”, Saya yang menjawab ucapan mereka berdua (dua setan), bukan menjawab ucapan Anda.
Dan Aku mengatakan: “Hal-hal seperti itu sering terjadi pada orang-orang shalih, dan jawaban mereka adalah (ditujukan) kepada setan, bukan kepada orang-orang yang mendorongnya untuk mengucapkan syahadat (talqin).” (A t-Tadhkirah hal . 187).
Wallahu a’lam.