Senin 24 Jumadil Ula 1446 - 25 November 2024
Indonesian

Siapa Yang Terjerumus Dosa Kemudian Bertaubat Dengan Taubat Nasuha. Maka Kondisi Setelah Taubat Itu Lebih Utama Dibanding Sebelum Berdosa

Pertanyaan

Pernah terjerumus dalam dosa waktu masa muda kemudian bertaubat, berharap kepada Allah semoga taubat nasuha karena hatinya sedih dan pilu. Akan tetapi seringkali terlintas pertanyaan apakah mungkin Allah itu menyamakan dengan orang yang tidak pernah melakukan dosa besar selama hidupnya. Dimana dia merasa lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan orang lain.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Allah menciptakan makhluk dalam rangka untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Serta melarang melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Dan memerintahkan kalau salah seorang terjerumus dalam kemaksiatan agar bersegera bertaubat kepada Allah dan jangan putus asa dari rahmat Allah. Dan (Allah) menjanjikan orang yang bertaubat balasan yang mulia.

Sebesar apapun seorang hamba terjerumus dalam dosa dan mengakui dosanya. Kemudian bertaubat kepada Allah dengan jujur, serta melakukan ketaaan kepada Allah. maka Allah akan menerima taubatnya, menghapus dosa-dosanya. Mengangkat derajatnya. Mengganti kejelekan dengan kebaikan, sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih mulia dibandingnya dengan sebelum melakukan dosa. Karena taubat dapat menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.

Allah Ta’ala berfirman:

  وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً . إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً

الفرقان/ 68 – 70

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al-Furqon: 68-70

Dari Anas radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

  لله أشد فرحا بتوبة عبده من أحدكم إذا استيقظ على بعيره قد أضله بأرض فلاة

رواه البخاري (5950) ومسلم (2747).

“Sungguh Allah lebih bergembira ketika hamba-Nya bertaubat dibanding dengan salah seorang hamba ketika menemukan untanya yang telah hilang di padang pasir.” HR. Bukhori, (5950) dan Muslim, (2747).

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Kegembiraan Allah dengan taubat hamba-Nya – padahal tidak pernah ada ketaatan semisalnya –hal itu menunjukkan akan agung dan keutamaan taubat di sisi Allah. Dan beribadah dengannya termasuk diantara ibadah yang sangat mulia. Hal ini menunjukkan bahwa pelakuknya akan kembali lebih sempurna dibandingkan dengan sebelumnya.” Selesai dari ‘Toriqul Hijrain, Hal. 244.

Mereka para shahabat Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam. Hatinya paling bersih di umat ini, lebih dalam ilmunya, lebih tepat petunjuknya dan lebih baik kondisinya. Dahulu mereka dalam kekufuran dan kesyirikan. Diantara mereka ada orang yang paling besar permusuhan dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Meskipun begitu ketika Allah memberikan keimanan kepada mereka, bertaubat kepada-Nya dan menemani nabi-Nya, maka mereka menjadi makhluk terbaik diantara manusia. Dan lebih baik dibandingkan dengan generasi setelahnya meskipun tidak pernah melakukan kesyirikan.

Tidak diragukan lagi kalau kesyirikan dan kekufuran termasuk dosa yang paling besar. Dengan bertaubat, beriman dan beramal sholeh, Allah akan mengampuni dosa, menghilangkan kejelekan dan mengangkat derajatnya.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dosa dapat mengurangi keimanan. Kalau seoerang hamba bertaubat, maka Allah akan mencintainya. Terkadang dapat meninggikan derajat dengan bertaubat. Siapa yang telah melakukan taubat, maka dia seperti ucapan Said bin Jubair, “Sesungguhnya ada seorang hamba melakukan kebaikan kemudian dia masuk neraka dengan kebaikannya. Dan seoerang hamba melakukan kejelekan, maka dia masuk surga dengan kejelekannya. Hal itu karena dia melakukan kebaikan, akan tetapi dalam pandangannya bangga (sombong). Dan dia melakukan kejelekan, tapi dalam pandangannya dia memohon ampunan kepada Allah sehingga Allah menerima taubatnya. “ selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (10/45).

Beliau juga mengatakan, “Taubat nasuha yang diterima Allah, dapat mengangkat pelakuknya menjadi lebih agung dari sebelumnya. Sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf, “Kalau bukan karena taubat yang lebih dia cintai, maka makhluk yang paling mulia tidak akan diuji dengan dosa. Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (10/293).

Beliau juga mengatakan, “Adam bertaubat dan kembali (kepada Allah). Allah berfirman terkait dengan Adam dan istrinya:

 رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ 

“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” QS. Al-A’raf: 23

Maka Allah menerima taubatnya, maka Allah pilih, dan dibimbing serta diturunkan ke bumi agar melakukan ketaatan kepada-Nya. Maka Allah mengangkat derajatnya dengan melakukan itu. Sehingga masuknya dia ke surga nanti kondisinya lebih sempurna dari pada sebelumnya. Maka diantara anak keturunan Adam yang melakukan dosa dengan mengikuti nenek moyang Adam dalam bertaubat, maka berhagialah dia. Ketika dia bertaubat, beriman dan melakukan amalan sholeh, maka Allah akan menggantikan kejelekannya menjadi kebaikan. Sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih baik daripada sebelum melakukan kesalahan. Sebagaimana kekasih-kekasih Allah yang berakwa.” Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (7/383).

Diriwayatkan Muslim (190) dari Abu Dzar berkata, Rasulullah sallallahu alaihiwa sallam bersabda:

( إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا الْجَنَّةَ، وَآخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا، رَجُلٌ يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ: اعْرِضُوا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوبِهِ، وَارْفَعُوا عَنْهُ كِبَارَهَا، فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ صِغَارُ ذُنُوبِهِ، فَيُقَالُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا، وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: نَعَمْ، لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُنْكِرَ وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ كِبَارِ ذُنُوبِهِ أَنْ تُعْرَضَ عَلَيْهِ، فَيُقَالُ لَهُ: فَإِنَّ لَكَ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً، فَيَقُولُ: رَبِّ، قَدْ عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَا هُنَا ) فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ .

“Sesungguhnya saya mengetahui orang yang terakhir kali masuk surga. Dan penduduk neraka yang terakhir kali keluar darinya. Seseorang didatangkan pada hari kiamat. Dikatakan kepadanya, “Perlihatkan kepadanya dosa-dosa kecilnya. Dan simpan dosa besarnya. Ketika dinampakkan dosa kecilnya dikatakan,”Apakah kamu melakukan ini pada hari ini dan itu. Dan kamu melakukan ini pada hari ini dan itu. Maka dia menjawab, “Ya, dia tidak bisa memungkirinya dan khawatir kalau dosa besarnya akan diperlihatnya. Maka dikatakan kepadanya, “Bagimu pengganti setiap kejelakan suatu kebaikan. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, saya telah melakukan suatu (dosa), tapi saya tidak melihatnya di sini? Sungguh saya melihat Rasulullah sallallahu alahi wa sallam tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya.

Syeikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Ketika melihat kejelekannya diganti dengan kebaikan, dia meminta untuk melihat dosa-dosa besar dimana yang di khawatirkan sebelum terlihat. Diketahui bahwa kondisinya dia seperti ini dengan digantikan (kejelakan dengan kebaikan) itu lebih agung dibandingkan kalau tidak terjerumus pada kejelekan dan tidak digantikannya. Selesai dari ‘Majmu Fatawa, (10/293).

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Saya mendengar Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar bahwa diantara orang yang bertaubat tidak kembali ke posisi semula –maksudnya sebelum berdosa- diantara mereka ada yang kembali (ke posisi semula) dan diantara mereka ada yang kembali ke posisi lebih tinggi darinya. Sehingga dia lebih mulia dibandingkan sebelum berdosa.

Beliau berkata,”Hal ini sesuai dengan kondisi orang yang bertaubat setelah taubatnya. Dari sisi kesungguhan dan kuat niatannya, barhati-hati dan bersegera. Kalau hal itu lebih kuat dari sebelum berdosa, maka dia akan kembali lebih baik dari sebelumnya, bahkan lebih tinggi derajatnya. Kalau sama, maka kondisinya sama seperti dahulu. Kalau kondisinya kurang, maka dia kembali dalam kondisi lebih rendah lagi. Dan apa yang beliau sebutkan merupakan keputusan yang tepat dalam perbedaan dalam masalah ini.” Selesai dari kitab ‘Madarijus Salikin, (1/302).

Beliau juga mengatakan, “Seorang hamba setelah bertaubat nasuha, itu kondisinya lebih baik daripada sebelum berdosa.” Selesai dari ‘Syifaul ‘Alil, hal. 118.

Sykeh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan, “Tidak ada dosa yang lebih berat dibandingkan dengan syirik. Orang musyrik ketika dia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya dan mengampuni dosanya. Maka hendaknya anda bertaubat dari apa yang telah anda lakukan. Setelah taubat, maka akan selesai segalanya.” Selesai dari ‘Fatawa Nurun ‘Alad Darbi, (4/40).

Siapa yang terjerumus pada dosa besar, kemudian dia benar-benar bertaubat, menyesal apa yang telah dilakukannya, menghadap kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, berteman dengan orang baik, meninggalkan teman jelek, kemudian tetap dalam kondisi seperti itu sampai meninggal dunia, maka Allah akan mengampuni dengan rahmat dan keutamaan-Nya. Meninggikan derajatnya, mengganti kejelekan dengan kebaikan, dan kondisi setelah berdosa dan bertaubat itu lebih mulia dan lebih sempurna dibandingkan dengan sebelumnya. Bahkan dia lebih mulia dibandingkan dengan orang yang tidak terjerumus dalam dosa besar. Ketika dia tidak bersegera dalam ketaatan sebagaimana semangatnya orang yang bertaubat ini. Hatinya tidak seperti orang yang bertaubat ini dari sisi berbagai macam ibadah setelah taubat, dari penyesalan, senang melakukan ketaatan, benci dengan kemaksiatan, takut kepada Allah dan mengharapkan maaf dan ampunan-Nya.

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam