Alhamdulillah.
Pertama:
Allah perintahkan bertakwa dan memberitahukan bahwa ketakwaan itu adalah asas kemenangan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Maka Allah azza wajalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
آل عمران/ 102
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imron: 102)
Dan Allah azza wajallah juga berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
النور/ 52
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur: 52)
Dan Allah memberitahukan bahwa Dia bersama orang-orang yang bertakwa seraya berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
النحل/ 128
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl: 128)
Dia adalah pelindungnya, dalam firman-Nya:
وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ
الجاثية/ 19
“dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” QS. Al-Jatsiyah: 19
Kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa, dalam firman-Nya:
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
الأعراف/ 128
“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." QS. AL-A’raf: 128.
Mereka adalah pemilik keselamatan dan kemenangan di dunia dan akhirat. Dalam firman-Nya:
وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
فصلت/ 18
“Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Fusilat: 18)
Dan Allah berfirman:
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا
مريم/ 72
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 72)
Dan Allah berfirman:
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا
النبأ/ 31
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,” (QS. An-Naba: 31)
Dan orang-orang yang bertakwa itu dari kalangan orang-orang mukmin mereka adalah wali (penolong) Allah, dalam firman-Nya:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ، الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
يونس/62، 63
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Ayat-ayat tentang hal itu banyak sekali.
Kedua:
Takwa adalah melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apa yang Dia larang.
Di antara yang dapat membantu seorang hamba dalam hal itu adalah merenungi hakekat dunia dan akhirat dan mengenal kadarnya masing-masing. Hal ini akan membuat seseorang mendapatkan keselamatan di akhirat dengan nikmat surga, dan selamat dari neraka. Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada kita tentang surga bahwa ia :
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
آل عمران/133
“disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali Imron: 133)
Di antara yang dapat menambah ketakwaan dalam hati adalah kesungguhan seseorang dalam ketaatan kepada Allah ta’ala. Maka Allah akan membalasnya dengan menambahkan hidayah dan ketakwaan, sehingga hal itu akan membantunya menunaikan apa yang diperintahkan Allah kepadanya dan membuka baginya pintu-pntu kebaikan dan ketaatan serta memudahkan apa yang sebelumnya tidak mudah baginya, Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْواهُمْ
محمد/17
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
Di antara yang dapat menghantarkan seseorang kepada ketakwaan adalah berusaha untuk berpuasa dan memperbanyaknya. Karena Allah ta’ala menjadikannya memiliki keistimewaan yang dapat membantu seorang hamba dalam ketaatan dan mencintai kepadanya. Oleh karena itu Allah ta’ala mewajibkan berpuasa dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
البقرة/183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 183)
Oleh karena itu Nabi mewasiatkan hal itu dan menguatkan wasiatnya serta memberitahukan bahwa hal itu tidak ada bandingannya.
Dari Abu Umamah berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, mohon perintahkan kepadaku suatu amal.’ Maka beliau bersabda,”
عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا عِدْلَ لَهُ (رواه أحمد، رقم 22149، والنسائي، 4/165 وغيرهما، وصححه الألباني)
“Hendaknya engkau puasa karena dia tidak ada bandingannya.” (HR. Ahmad, no. 22149 dan Nasa’i, 4/165 dan selain dari keduanya, dishahihkan oleh Al-Albani)
Di antara hal itu juga berakhlak dengan akhlak dan sifat orang-orang yang bertakwa yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya. Allah ta’ala berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُتَّقُونَ
البقرة / 177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Dan Firman Allah ta’ala:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ * وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ * أُوْلَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
آل عمران/133-136
“Dan segeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imron: 133- 136)
Di antaranya juga adalah berpegang teguh dengan petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan menjauhi bid’ah dalam agama. Allah ta’ala berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الأنعام/ 153
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153)
Di antara juga adalah menjauh dari apa-apa yang diharamkan Allah. Allah ta’ala berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
البقرة/ 187
“Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS. A-Baqarah: 187)
Di antaranya juga, memikirkan ayat-ayat Allah baik ayat syar’iyyah maupun kauniyah, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
يونس/ 6
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.” (QS. Yunus: 6)
Allah subhanhu juga berfirman:
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا
طه/ 113
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Toha: 113)
Di antara hal itu juga:
- Memperbanyak zikir kepada Allah dan membaca AL-Qur’an
- Bergaul dengn orang baik yang menasehati dan mengingatkan serta menjauhi orang-orang buruk dan ahli bid’ah.
- Membaca biografi orang-orang bertakwa, dari kalangan orang-orang mukmin dan orang-orang sholeh, dari kalangan ulama, zuhud dan ahli ibadah.
Sebagai tambahan silahkan lihat jawaban soal no. (14041)
Kedua:
Selayaknya orang yang berakal mempersiapkan pertemuan dengan Allah dalam setiap kesempatannya. Karena dia tidak mengetahui kapan kematian akan datang. Saat dia tidak mungkin kembali lagi baginya memperbaiki kelalaian yang telah dilakukan, maka saat itu dia akan menyesal di saat tidak bermanfaat lagi penyesalan.
Setiap orang nanti akan ditanya pada hari kiamat:
عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ رواه الترمذي (2416) ، وصححه الألباني
“Tentang umurnya dihabiskan untuk apa? Tentang masa mudanya digunakan untuk apa.” (HR. Tirmizi, no. 2416, dishahihkan oleh Al-Albani)
Kesehatan dan keluangan waktu termasuk di antara nikmat Allah ta’ala yang tidak diketahui kadarnya oleh kebanyakan orang kecuali ketika telah lewat dan hilang darinya. Oleh karena itu Nabi sallallahu alaihi h wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ رواه البخاري (6412
“Dua nikmat yang banyak dilalaikan orang; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari, no. 6412)
Kata ‘والغبن adalah kerugian dalam perdagangan. Arti ‘gubn’ disini adalah bahwa dia tidak memanfaatkan dari nikmat tersebut, justeru dia rugi dalam masalah Kesehatan dan waktu luang, karena digunakan sesuatu yang tidak bermanfaat, baik dunia maupun akhirat. Dan kerugiannya lebih besar dibanding kerugian pedagang dari dagangannya.
Orang yang berakal jika mengetahui bahwa dia akan menghadapi masalah besar, maka dia harus mempersiapkannya.
Semua kelelahan dalam ketaatan kepada Allah di dunia akan mendapatkan rehat di akhirat. Oleh karena itu sebagian ulama salaf bersemangat dalam ketaatan kepada Allah, dan ketika ada orang yang berkata kepadanya agar rehat sejenak, dia menjawab, “Aku ingin rehat di sana (akhirat).” (Al-Fawaid, hal. 42)
Semua kenyamanan dan kenikmatan dalam rangka bermaksiat kepada Allah di dunia, maka dia akan mendapatkan penyesalan dan siksaan, jikalau dia tidak mendapatkan ampunan Allah nanti pada hari kiamat.
Wallahua’alam