Senin 24 Jumadil Ula 1446 - 25 November 2024
Indonesian

Seorang Pemuda Mempunyai Beberapa Permasalahan Yang Mempengaruhi Kehidupannya Dan Bertanya Solusinya

239409

Tanggal Tayang : 08-12-2018

Penampilan-penampilan : 9719

Pertanyaan

Saya seorang pemuda berumur 20 tahun. Saya mempunyai beberapa permasalahan.

Pertama:

Saya dari keluarga sufi yang mana banyak melakukan (amalan) pembatal Islam sepuluh. Saya beraqidah salafi, saya pura-pura bersama mereka. Ketika saya berumur 20 tahun, (ketika) saya menjelaskan manhajku sebagai sebuah pemikiran bukan pelaksanaan. Saya diancam diputus nafkah dan dikucilkan. Sementara ayahku fanatik di sufi dan sangat mencintaiku. Beliau sangat terpukul kalau saya menolak kembali ke pemikiranku. Saya khawatir hal itu hukuman dari Allah, apa kewajibanku terhadap keluarga terutama kepada ayahku?

Permasalahan Kedua:

Saya sembunyikan masalah keluargaku dari teman dan orang-orang, saya khawatir kehilangan mereka. Di sisi lain saya khawatir keluargaku mendapat  celaan dari mereka. Saya berbohong untuk menyembunyikan hal itu. Sampai kebohongan menjadi kebiasaan pada diriku, dan hal itu telah diketahui semua teman-temanku. Hal itu menjadi preseden jelek sekali pada diriku. Saya berusaha untuk melepaskannya, akan tetapi tidak ada gunanya. Saya telah banyak berbuat dosa dan saya bertaubat darinya kecuali berbohong saya belum mampu. Saya seringkali bergurau baik kepada orang yang saya kenal maupun tidak. Sampai hilang wibawaku di hadapan semua. Sampai mereka tidak memperdulikanku. Sehingga ada image teman-teman kepada diriku. Bahwa diriku baik, naif, pembohong, tidak pecus. Tidak ada seorangpun yang ingin menjadikan saya teman. Meskipun mereka mencintaiku. Sehingga kudapatkan diriku sebagai pribadi yang tidak berguna. Apa solusi yang harus saya lakukan untuk hal ini?

Permasalahan ketiga:

Saya hafal Al-Qur’an, Allah telah memberikan kepadaku kemampuan luar biasa. Saya merasa mulai berkurang. Saya mencintai orang baik, prestasiku di sekolah tidak pernah tertinggal (tetap) unggul. Sekarang saya belajar di kuliah kedokteran. Saya berkeinginan meninggalkan semua urusan tadi dan ingin belajar agama. Allah telah memberikan kepadaku pemahaman yang bagus. Sekarang saya tidak percaya diri lagi. Hatiku sibuk terus dengan celaan dan cemoohan dari teman-temanku. Saya tidak bisa fokus dalam shalat juga studiku. Saya mohon bantuan dari anda.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Seharusnya posisi anda terhadap keluarga anda, menggabungkan antara bakti dan nasehat untuk mereka. Karena berbakti kepada kedua orang tua tu suatu keharusan. Bagaimanapun kondisi kedua orang tua, sampai ketika kedua orang tuanya memerintahkan untuk berbuat syirik kepada Allah, dimana Allah mengharamkan untuk mentaatinya. Hal itu tidak menggugurkan seorang anak untuk berbakti kepada keduanya. Allah Ta’ala berfirman:

  وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

العنكبوت/8 .

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Al-Ankabut: 8

Dan firman-Nya:

 وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ * وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

 لقمان/14-15

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Luqman: 14-15.

Silahkan melihat jawaban soal no. 27105, no. 112006, no. 214559.

Kedua:

Sementara perangai berbohong adalah kejelekan yang anda jatuh di dalamnya. Termasuk akhlak tercela bagi seorang hamba. Semoga Allah mengampuni anda dengan nikmat dan kemulyaan-Nya. Seharusnya anda melepaskan semuanya. Seorang muslim tidak layak sedikitpun. Baik dalam keseriusan maupun dalam gurauan. Bahkan seharusnya berhenti dari semua (kebohongan). Dan anda harus jujur dalam semua urusan. Allah Ta’ala berfirman:

  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

التوبة/119

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” QS. Taubah: 119.

Berikut ini yang dapat membantu anda bertaubat dari dosa besar dan melepaskan diri dari prilaku buruk ini adalah:

Pertama: memohon bantuan kepada Allah Ta’ala. Telah ada dalam hadits:

 وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ

متفق عليه

“Siapa yang merasa cukup, maka Allah akan cukupkan baginya.” HR. Muttafaq alaihi

Allah Ta’ala berfirman:

  إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ * اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

سورة الفاتحة/5-7 .

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” QS. Al-Fatihah: 5-7.

Beribadah kepada Allah dengan jujur dan semua cabang keimanan adalah jalan menuju hidayah. Seorang hamba tidak akan selamat kecuali dengan meminta bantuan kepada Allah ta’ala. Karena tidak ada daya dan kekuatan kita melainkan dari Allah. Maksudnya, bahwa kita tidak berubah dari suatu kondisi ke kondisi lainnya dan dari suatu prilaku ke prilaku lainnya melainkan kekuatan dari Allah yang Maha Besar dan Tinggi.

Kedua:

Beribadah kepada Allah dengan nama-Nya (Yang Maha Mendengar). Itu termasuk salah satu nama Allah nan indah yang Tinggi lagi Mulya. Allah Ta’ala berfirman menyinggung hamba-Nya dengan memakai kata tanya pengingkaran yang indah:

  أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ

الزخرف/80 .

“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” QS. Zukhruf: 80

Allah mendengar yang tersembunyi maupun yang jelas dan terang-terangan. Sementara para MalaikatNya menulis apa yang terucap dalam dua kondisi seraya berfirman:

  وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ * إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

 ق/16-18

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.. QS. Qaf: 16-18.

Ketiga:

Memikirkan akibat kejujuran. Pada dasarnya ia akan menunjukkan kepada semua kebaikan. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا ، وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

رواه البخاري (6094) ، ومسلم (2607).

“Sesungguhnya kejujuran menuju kebaikan. Dan kebaikan menuju ke surga. Seseorang akan jujur sampai menjadi orang jujur. Dan sesungguhnya bohong menuju pada keburukan. Dan keburukan menuju ke neraka. Dan seseorang berbohong sampai dicatat disisi Allah sebagai pembohong. HR. Bukhori, 6094 dan Muslim, 2607.

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan dalam ‘Syarkh Muslim, 16/160, “Para ulama mengatakan artinya adalah bahwa jujur menuju kepada amal kebaikan yang bersih dari semua keburukan. Dan kata ‘Bir’ adalah kata yang mencakup semua kebaikan. Dikatakan ‘Bir’ adalah surga. Dan dapat mencakup amal kebaikan dan surga.

Sementara bohong menghantarkan kepada keburukan. Yaitu melenceng dari istiqomah. Dikatakan sumber menuju kepada kemaksiatan.” Selesai  

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan, “Para ulama mengatakan, ‘Dalam hadits ini anjuran untuk menjaga kejujuran. Yaitu maksud dan menjaganya. Dan ancaman dari kebohongan dan menggampangkannya. Karena kalau terlalu merehkan akan sering melakukannya dan dikenal dengannya. Dan ditulis Allah dengan kata berlebihan (maksudnya dalam kejujuran) orang yang senantiasa jujur menjadi kebiasaannya. Atau pembohong dan menjadi kebiasaannya. Selesai

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ ، وَمَنْ يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطَهُ ، وَمَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوقَهُ

رواه الخطيب البغدادي في " تاريخ بغداد (9/127)  وصححه الألباني في " السلسلة الصحيحة (342)

“Sesungguhnya ilmu didapatkan dengan belajar, dan kelembutan didapatkan dengan belajar lembut. Siapa yang mencari kebaikan akan diberikan. Dan siapa yang menjaga kejelekan akan dijaga. Diriwayatkan Khotib Bagdadi di Tarikh Bagdad, (9/127) dinyatakan shoheh oleh Albani di ‘Silsilah Shohehah, (342).

Wahai Hamba Allah, jangan mendekati kemurkaan Tuhan manusia. Perbaikilah diri anda, jangan keinginan anda mencari keredoan mereka untuk diri anda dan keluarga anda. karena mereka tidak akan bermanfaat sedikitpun disisi Allah.

Dari Aisyah radhiallahu anha sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ : رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ ، سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

رواه ابن حبان (276) وصححه الألباني في " الصحيحة (2311)

“Siapa mencari keredaan Allah dengan kemarahan manusia, Maka Allah akan reda kepadanya. Dan orang-orang akan reda menerimanya. Dan siapa yang mencari keredaan orang dengan kemarahan Allah. Maka Allah akan marah kepadanya dan orang-orang akan marah kepadanya.” HR. Ibnu Hibban, (276) dan dinyatakan shoheh oleh Albani di Shohehah, 2311.

Ketiga:

Wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan kenikmatan kepada anda dengan bersungguh-sungguh menghafal Qur’an dan mencintai orang berilmu dan beragama. Kondisi ini sendiri sebagai faktor yang kuat untuk beradab dengan adab keluarga Qur’an. Dimana mereka adalah keluarga Allah yang khusus. diantara adabnya adalah anda orang yang tenang dan terhormat. Dengan taat kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Hal ini tidak kontradiksi dengan bercanda, tersenyum dan kasih sayang dengan teman-teman anda. bahkan Rasulullah sallallahu alahi wa sallam orang yang sering tersenyum.

Dari Abdullah bin Harits berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ تَبَسُّمًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 رواه الترمذي (3641) ، وصححه الألباني .

“Saya tidak melihat orang yang sering tersenyum dibanding Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.” Tirmizi, 3611. Dinyatakan shoheh oleh Albani.

Sementara canda yang dilarang, maka Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para ulama mengatakan, “Canda yang dilarang adalah yang berlebih-lebihan dan terus menerus sehingga melahirkan ketawa dan kekerasan hati. Menyibukkan dari mengingat Allah dan memikirkan urusan agama yang penting. Sehingga banyak memakan waktu sampai menyikiti (orang), mewariskan dengki, hilang kewibawaan dan kehormatan. Kalau tidak ada hal-hal ini, maka itu mubah. Dimana Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melakukannya. Beliau sallallahu alaihi wa sallam jarang melakukannya kecuali pada kondisi untuk kebaikan dan menghibur hati orang yang diajak bicara. Hal ini tidak ada larangan. Bahkan ini termasuk sunah yang dianjurkan kalau dengan cara seperti ini. Maka jadikan landasan apa yang kami nukilkan dari para ulama dan kami teliti dari hadits-hadits ini dan penjelasan hukumnya. Karena ini seringkali dibutuhkan. Wabillahit taufiq. Selesai dari ‘Al-Adzkar, 521.

Keempat:

Belajar kedokteran termasuk fardu kifayah bagi seluruh umat Islam. Kalau ada sebagian orang yang telah menunaikan, maka gugur pada yang lainnya. Begitu –juga- tema agung diantara tema dakwah. Diantara sebab terbesar penerimaan orang-orang. Karena mengandung ilmu agama. Karena sudah menjadi kebiasan orang, mengikat antara pikiran dan jiwa. Antara keunggulan pengobatan badan dan keunggulan pengobatan agama. Ketika anda menjadi seorang dokter, hal itu menjadi kredibilatas tersendiri bagi anda dalam berdakwah dalam perkataan anda. Hal ini sudah terkenal tidak tersembunyi lagi. Kemudian diantara kejelekan bagi seorang hamba dalam karirnya untuk kebaikan agama dan dunianya adalah ketika dia memulai suatu urusan yang baik atau mubah. Padahal termasuk urusan yang baik dan dibutuhkannya kemudian sebelum selesai dia hentikan dan berpaling ke yang lainnya.

Dari sini, kami memberikan nasehat kepada saudaraku yang mulia, agar dapat menggabungkan antara  obat badan dan obat agama dalam pelajaran anda. Pikiran anda jangan sampai melepas belajar kedokteran hanya menghususkan untuk belajar ilmu agama. Panahlah setiap gonimah (barang rampasan) dengan busur (fokus setiap pekerjaan agar tercapai).

Hati-hati meninggalkan apa yang anda lakukan sekarang. Karena lintasan pikiran anda. Atau kilatan pandangan anda. Berapa banyak para pemuda melakukan hal seperti ini. Mereka meninggalkan studi dunianya –meskipun dia berprestasi atau layak – dengan harapan fokus untuk mempelajari ilmu agama. Sehingga labil kondisi agama dan dunianya tidak mendapatkan apa-apa di akhir urusannya. Ternyata di akhir perjalanannya terkuak, bahwa ini adalah pelarian dari realita dan kesulitan jalan yang ditempuhnya.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan anda sesuai apa yang dicintai dan diridoi. Semoga Allah meneguhkan kami dan anda dalam Kitab dan Sunah dan jalan orang mukmin dari kalangan ulama salaf umat ini.

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam