Selasa 7 Syawal 1445 - 16 April 2024
Indonesian

Tinggal Bersama Sekelompok Mahasiswa Yang Melakukan Sejumlah Kemunkaran

Pertanyaan

Dahulu saya hidup di Turkey dengan tujuan belajar. Saya hidup bersama 4 teman dalam satu rumah. Saya ingin petunjuk dari anda tentang metode berinteraksi dengan mereka. Mereka menyaksikan film-film porno dan banyak waktu mendengarkan musik. Ketika waktu shalat, mereka pura-pura tidak tahu meskipun saya shalat di depan mereka atau saya kasih tahu bahwa saya pergi ke masjid, agar mereka tidak beralasan tidak tahu. Kadang saya ajak mereka menonton pengajian-pengajian atau cuplikan-cuplikan islami. Akan tetapi mereka tetap menonton film karton agar saya tidak mengganggunya atau mengingkarinya dengan menonto tv. Bagaimana saya menolong mereka karena saya merasa berdosa membiarkan mereka dan saya ingin membantunya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Teman yang baik termasuk anjuran agama. Hendaknya orang muslim sangat perlu menjaganya. Karena hal itu termasuk di antara sebab-sebab selamat dari fitnah. Dari Abu Said Al-Khudri dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا ، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ  (رواه الترمذي، 2395، وأبو داود، رقم 4832، وحسنه الألباني)

“Jangan berteman kecuali dengan orang beriman, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Tirmizi, no. 2395, Abu Daud, no. 4832, dihasankan oleh Al-Albani)

Al-Khatabi rahimahullah mengatakan, “Ini terkait dalam undangan makan, bukan makanan yang diberikan karena ada tuntutan. Karena Allah ta’ala berfirman:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. AL-Insan: 8)

Telah diketahui bahwa tawanan mereka itu adalah orang-orang kafir bukan orang beriman juga bukan orang-orang yang bertaqwa.

Adanya peringatan ajar jangan berteman dengan bukan orang bertakwa dan bersenda gurau dan berkumpul serta makan bersamanya, karena dengan makan bersama bisa menambatkan hati dan kasih sayang dalam hati. Dikatakan, “Jangan tambatkan hatimu dengan orang yang tidak punya ketakwaan dan tidak ada waro’. Dan jangan jadikan dia sebagai teman dekat, kamu makan makan-makan bersamanya dan akhirnya menyesal  (berteman) dengannya.” (Ma’alimus Sunan, 4/115)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ ، فَحَامِلُ المِسْكِ : إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الكِيرِ : إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً  (رواه البخاري، رقم 5534، ومسلم، رقم 2628)

“Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pekerja pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan kepadamu atau anda bisa membeli darinya (paling tidak) engkau dapatkan bau wangi darinya. Sementara peniup perapian (pandai besi), bisa jadi membakar pakaianmu atau engkau dapatkan bau yang busuk.” (HR. Bukhari, no. 5534 dan Muslim, no. 2628).

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits terdapat keutamaan berteman dengan orang-orang saleh, suka berbuat kebaikan, menjaga kehpormatan diri (muru’ah), akhlak yang mulia, wara (menjaga dari yang dilarang agama), berilmu dan beradab. Dan larangan berteman dengan orang yang suka berbuat keburukan, ahli bid’ah, banyak menggunjing orang atau banyak keburukan dan penganggurannya dan semacamnya dari berbagai akhlak tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 16/178)

Oleh karena itu hendaknya engkau wahai saudaraku yang mulia bersungguh-sungguhlah mencari teman baik dan tinggal bersamanya jika anda mampu mendapatkan hal itu.

Kedua:

Jikalau anda tidak menemukan tempat tinggal kecuali yang anda tinggali sekarang, maka tidak mengapa anda tinggal bersama mereka, kalau anda bertakwa kepada Allah. Caranya  jangan ikut duduk bersama mereka saat mereka dalam kemunkaran. Jika anda lihat sesuatu kemunkaran pada mereka, hendaknya anda larang dan anda ingatkan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ، وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَيْءٍ وَلَكِن ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

سورة الأنعام : 69 - 68

“Dan apabila kamu lihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.” (QS. Al-An’am: 68-69)

Syekh As-Sa’dy rahimahullah mengatakan, “Larangan dan pengharaman ini, bagi orang yang duduk bersama mereka tanpa menghadirkan ketakwaan. Dengan ikut serta dalam perkataan dan perbuatan yang diharamkan atau diam bersama mereka tanpa mengingkarinya. Jika dia mempergunakan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, dengan cara memerintahkan mereka melakukan kebaikan dan melarang keburukan dan perkataan buruk yang keluar dari mereka sehingga berdampak dengan hilangnya kemunkaran atau lebih ringan (kemunkarannnya), maka hal ini tidak mengapa dan tidak berdosa. Oleh karena itu dikatakan setelahnya,

وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.” (QS. Al-An’am: 69)

Maksudnya agar mengingatkan mereka dan memberi nasehat kepada mereka agar mereka bertakwa kepada Allah Ta’ala. (Tafsir As-Sa’di, hal. 260)

Akan tetapi apa hukumnya kalau mereka tidak menerima nasehat anda?

Dalam kondisi seperti ini, maka hendaknya anda melanjutkan mengingatkan mereka setiap kali ada kesempatan yang tepat untuk itu, tapi jangan terlalu banyak sehingga mereka akan bosan dan tidak menyukai perkataan anda.

Perbanyak berdoa untuk mereka agar mereka mendapatkan hidayah. Kalau anda telah melakukan hal itu, maka anda telah menunaikan (kewajiban) anda dan anda tidak berdosa. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ، فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

سورة الأعراف: 164 – 165

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raaf: 164-165)

Kalau mereka masih dalam kondisi seperti itu, maka jangan ikut duduk-duduk bersama mereka kecuali hanya sekedar kebutuhan saja, tetapi habiskan hari-hari anda dengan sesuatu bermanfaat untuk belajar dan mengulang pelajaran di kampus dan di perpustakaan. Karena ini adalah tujuan anda safar,  adapun rumah hanya sekedar untuk beristirahat saja.

Kami berharap anda menambah pesan yang diberikan dalam soal no. 47425 , no. 50745

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam