Kamis 25 Jumadits Tsani 1446 - 26 Desember 2024
Indonesian

Para Malaikat Penjaga dan Hikmah Keberadaan Mereka

Pertanyaan

Saya telah membaca sebuah syair yang maknanya:

“Ya Allah, pada saat Engkau lebih dekat kepadaku dari pada urat nadi, maka kenapa para Malaikat di kedua pundak kami senantiasa menghitung kami !”.

Ungkapan ini nampaknya bagi saya seakan-akan menjawab garis-garis besar dan takdir Allah, mohon penjelasan dengan menyertakan pendapat para ulama.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Malaikat Raqib & Atid merupakan sifat dari para malaikat yang diberi tugas untuk mencatat semua perbuatan bani Adam, baik amal yang baik maupun amal yang buruk, keduanya adalah sifat yang jujur bagi masing-masing dari keduanya, maka malaikat yang berada pada sisi kanan sifatnya adalah Raqib dan Atid dan malaikat yang berada pada sisi kiri sifatnya adalah Raqib dan Atid.

Allah –‘Azza wa Jalla- berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ . إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ 

سورة ق/16-18.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 16-18)

Kedua:

Sungguh Allah –Ta’ala- adalah Maha Penentu dan Maha Adil, Maha Lembut dan Maha Mengetahui, dan termasuk ke-Mahaadilan Allah –subhanah- dengan memberikan saks-saksi yang bermacam-macam kepada para hamba-Nya.

Allah –Ta’ala- adalah Saksi Yang Maha Agung, sebagaimana di dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

سورة الحج/17 

“Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Hajj: 17)

Dan Allah –‘Azza wa Jalla- telah menjadikan para malaikat sebagai saksi.

Dan Allah telah menjadikan manusia menjadi saksi untuk dirinya:

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (23) يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ (25) .

 سورة النور /23-25 

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)”. (QS. An Nur: 23-25)

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (19) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (20) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (21) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23) فَإِنْ يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَا هُمْ مِنَ الْمُعْتَبِينَ (24). 

سورة فصلت/19-24 

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Jika mereka bersabar (menderita azab) maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya”. (QS. Fusshilat: 19-24)

Dari Anas bin Malik berkata:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَحِكَ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُونَ مِمَّ أَضْحَكُ؟ قَالَ قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: " مِنْ مُخَاطَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ، يَقُولُ: يَا رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِي مِنَ الظُّلْمِ؟ قَالَ: يَقُولُ: بَلَى، قَالَ: فَيَقُولُ: فَإِنِّي لَا أُجِيزُ عَلَى نَفْسِي إِلَّا شَاهِدًا مِنِّي، قَالَ: فَيَقُولُ: كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ شَهِيدًا، وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا، قَالَ: فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ، فَيُقَالُ لِأَرْكَانِهِ: انْطِقِي، قَالَ: فَتَنْطِقُ بِأَعْمَالِهِ، قَالَ: ثُمَّ يُخَلَّى بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَلَامِ، قَالَ فَيَقُولُ: بُعْدًا لَكُنَّ وَسُحْقًا، فَعَنْكُنَّ كُنْتُ أُنَاضِلُ " 

رواه مسلم 2969 

“Kami pernah bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya beliau tertawa, lalu beliau bersabda: “Apakah kalian tahu kenapa saya tertawa ?”, ia berkata: “Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya Yang Maha Mengetahui”, beliau bersabda: “Terkait dengan komunikasi seorang hamba kepada Rabbnya, ia berkata: “Wahai Rabb, tidakkah Engkau menjauhkanku dari kezhaliman ?”, Dia menjawab: “Ya”. Ia berkata: “Sungguh aku tidak membolehkan bagi diriku, kecuali ada saksi dari diriku”. Dia berfirman: “Cukuplah pada hari ini dirimu menjadi saksi atas dirimu sendiri dan dengan para malaikat pencatat menjadi saksi”. Dia berfirman: “Maka mulutnya dikunci, lalu dikatakan kepada anggota tubuh lainnya: “Bicaralah !”. “Maka ia berkata dengan semua perbuatannya, lalu diberikan jarak antara dia dengan ucapannya, ia berkata: “Celaka, padahal karena kalian aku membela”. (HR. Muslim: 2969)

Al Wazir bin Hubairah –rahimahullah- berkata:

“Di dalam hadits ada kandungan fikih, yaitu; Allah menampakkan kepada hamba-Nya bentuk keadilan-Nya, di antara bentuk keadilan-Nya adalah bahwa Dia tidak menjaga penetapan hak di sisi-Nya; Satu masalah dari semua permasalahan yang ada diputuskan dengan adanya saksi yang adil, kemudian Allah tidak menampakkannya di depan khalayak kedustaan orang yang mengingkarinya tersebut dan kebohongannya.

Maka Allah menjadikan anggota tubuh manusia berbicara dengan apa yang ia ingkari sebagai pensucian (pembelaan) bagi para saksi.

Kalau sekiranya pada orang yang celaka ini mendapatkan taufik, maka mulutnya akan berbicara. Dan hal itu dia mampu (melakukannya). Mengakui (dihadapan) Allah Azza Wajalla. Sehingga dia mengumpulkan diantara perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan pengingkaran kepada Allah. Juga ketidak tahuan dia bahwa Allah mampu untuk memperlihatkan yang tersembunyi. Sehingga orang yang celaka ini terkumpul kemaksiatan, kebohongan dan ketidak tahuan terhadap Tuhannya.

Al Arkan artinya anggota tubuh.

Unadhilu artinya aku membela dan mempunyai alasan.

Adapun sabdanya:

  كفى بنفسك اليوم عليك شهيدًا وبالكرام الكاتبين شهودًا 

“Cukuplah pada hari ini bagi dirimu menjadi saksi atas dirimu sendiri dan dengan para malaikat pencatat”.

Bahwa di situ Allah telah menjadikan anggota tubuhnya berbicara untuk mensucikan (membersihkan) para saksi, bukan justru meragukan mereka juga tidak untuk menyempurnakan persaksian mereka”. (Al Ifshah ‘an Ma’ani as Shihah: 5/401)

Kesimpulan:

Bahwa Allah –Jalla Jalaaluhu- Maha Menentukan dan Maha Adil, tidak memutuskan kepada hamba-Nya dengan apa yang Dia ketahui darinya, baik dalam hal kekufuran dan keimanan, akan tetapi Dia menghitung amal para hamba-Nya, dan menjadikan para malaikat yang mulia menjadi saksi, dan Dia menulis semua yang mereka kerjakan, berupa amal yang baik maupun amal yang buruk di dalam catatan amal mereka, dan Dia memberikan buku catatan amal mereka pada hari kiamat untuk menjadi saksi atas mereka, dan para malaikat pencatat yang mulia memberikan nilai sebagai saksi atas para hamba-Nya dengan amal perbuatan mereka; untuk menjadi alasan dari para makhluk-Nya, hujjah-Nya menjadi sempurna kepada mereka, sampai tidak seorang pun yang tersisa alasannya di hadapan Rabb sekalian alam.

Allah –Ta’ala- berfirman:

  وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

الشورى/16

“Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras”. (QS. As Syuro: 16)

Baca juga untuk tambahan pada soal nomor: 148026, 147161, dan 98673.

Wallahu A’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam