Rabu 17 Jumadits Tsani 1446 - 18 Desember 2024
Indonesian

Yang ghaib dan bagian-bagianya

Pertanyaan

Temanku bertanya kepadaku tentang ilmu ghaib sebagai berikut: kita mengetahui dengan pasti bahwa Allah mengetahui apa yang telah lalu, dan yang akan datang. Apa yang belum terjadi, dan bagaimana terjadinya. dan ilmu-Nya ada di kitab yang telah terjaga sebelum permulaan segala penciptaan. Apakah kalau sekiranya saya menyetel alarm di Handphone pada waktu tertentu, dan saya mengatakan kepada orang-orang di sekitarku bahwa Handphone akan berdering pada waktu yang telah saya tentukan sebelumnya. apakah bisa dikatakan saya mengetahui yang ghaib ? Tentu jawabannya tidak, pertanyaannya sekarang: bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Allah itu mengetahui yang ghaib padahal Dia (Allah) telah menuliskan setiap pergerakan di alam semesta ini sebelum penciptaanya ? Dan itu sesuai dengan apa yang disebutkan  sebagai contoh mengenai waktu alarm ?

Ringkasan Jawaban

kedudukan suratan takdir merupakan salah satu tingkatan keimanan terhadap qadha dan qadar

Alhamdulillah.

Jenis-jenis hal Ghaib

Ada dua jenis hal ghaib:

  1. Ghaib mutlak, yaitu hal ghaib yang tidak diketahui siapapun kecuali Allah. Seperti mengetahui tentang waktu hari kiamat, turunnya hujan dan lain sebagainya.
  2. Ghaib nisbi, yaitu sesuatu yang tidak diketahui oleh sebagian orang, dan ada sebagian orang lain mengetahuinya. Hal ini dinamakan ghaib bagi orang yang tidak mengetahuinya (jahil), dan bukan termasuk ghaib bagi orang yang mengetahuinya.

Yang dimaksud dengan ghaib dalam Islam adalah: segala sesuatu yang luput dari akal manusia, baik itu rahasia yang tersembunyi sehingga manusia tidak mampu memahaminya, dan hanya yang Maha lemah lembut dan berilmu yang mengetahuinya, atau yang diketahui manusia melalui keterangan tertentu (kabar) dari Tuhan dan Rasul-Nya sallallahu’alaihi wa sallam.

Terkadang Seseorang mungkin mengetahui beberapa hal ghaib melalui analisis intelektual, atau cara serupa. Hal ini berlaku pada beberapa hal yang dapat dicapai melalui sarana yang membantu memperluas jangkauan indera, seperti teropong dan perangkat lainnya, dan ini adalah sesuatu yang relatif tidak terlihat (ghaib nisbi), seperti yang akan kita lihat.

Pentingnya beriman pada hal ghaib:

Kepercayaan terhadap hal gaib merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hal ini karena hewan sama dengan manusia dalam memahami hal-hal yang nyata, tetapi mengenai hal-hal yang tidak terlihat (ghaib), hanya manusia yang berhak untuk mempercayainya, tidak seperti hewan. Oleh karena itu, kepercayaan terhadap hal ghaib merupakan pilar dasar keimanan dalam semua agama samawi. Hukum-hukum (syariat) itu datang dengan berbagai hal ghaib yang tidak dapat diketahui oleh manusia kecuali melalui wahyu yang dibuktikan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, seperti berbicara tentang Tuhan Yang Maha Esa beserta sifat-sifat dan perbuatan-Nya, dan tentang tujuh langit dan apa yang ada di dalamnya, dan tentang malaikat dan nabi, dan surga dan neraka, dan setan dan jin, dan kebenaran-kebenaran iman lainnya yang ghaib, yang tidak ada cara untuk memahami dan mengetahuinya kecuali melalui berita-berita yang benar dari Allah dan Rasul-Nya.

Pembagian Ghaib:

  1. Ghaib mutlak, yaitu sesuatu yang seseorang tidak dapat mengetahuinya melalui alat persepsi atau indranya dan ini ada dua macam. Yang pertama adalah apa yang Allah beritahukan kepada manusia atau sebagiannya melalui wahyu kepada para rasul yang menyampaikannya kepada manusia. Contohnya antara lain: syetan dan jin dan kabar yang datang tentang mereka seperti dalam firman-Nya:

قل أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا * يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

الجن: 1, 2.

“Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan. (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami.” QS. Jin: 1,2.

Yang kedua adalah Apa yang dirahasiakan Allah SWT dalam ilmu-Nya, dan belum pernah dilihat oleh seorang pun di antara makhluk-Nya, baik nabi yang diutus maupun malaikat yang dekat. Hal itu yang dimaksudkan dengan firman Allah ta’ala:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

 الانعام: 59

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,” QS. Al-An’am: 59.

Diantara contohnya adalah pengetahuan tentang waktu terjadinya hari kiamat. Dan kematian dari sisi waktu, tempat dan sebabnya. Dan sebagian dari apa yang disebut oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

لقمان : 34

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” QS. Luqman: 34.

Dan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam pada sebagian doanya:

اللهم إني أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو علمته أحداً من خلقك أو استأثرت به في علم الغيب عندك

“Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau beri nama pada diri-Mu atau Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau Engkau sembunyikan di ilmu goib di sisi-Mu.

  1. Hal ghaib yang terbatas dan bersifat relatif (Ghaib muqayyad nisbi) yaitu apa yang ghaib menurut sebagian orang seperti peristiwa sejarah, maka ia termasuk hal ghaib bagi orang yang tidak mengetahuinya. Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman kepada Nabi sallallahu’alaihi wa sallam setelah disebutkan kisah keluarga Imron:

مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

أل عمران: 44

“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” QS. Ali Imron: 44.

  1. Hal ghaib yang terbatas tapi tidak relatif (Goib muqayyad ghairu nisbi), yaitu semua hal yang ghaib dari indera disebabkan ruang waktu (masa depan), atau tempat atau selain dari hal itu, sampai terungkap tabir  penutup ruang atau waktu itu. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

سبأ: 14

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” QS. Saba’: 14.

Peristiwa tersebut terkait dengan kematian Nabi kita Sulaiman alaihis salam

Contoh hal-hal yang ghaib:

  1. Jiwa atau Roh, Allah berfirman:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

 الاسراء : 85

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." QS. Al-Isro’: 85.

  1. Tanda-tanda kiamat kecil dan besar yang dikisahkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Jibril :

وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاة يتطاولون في البنيان

“Anda melihat orang yang tidak memakai sandal, tidak berpakaian, miskin dan penggembala kambing saling berlomba membangun bangunan..

Ini adalah salah satu perkara ghaib yang telah dikabarkan oleh Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan telah terjadi. Diantara tanda-tanda kiamat besar adalah hadits tentang Masih Dajjal bahwa dia akan keluar di akhir zaman, dan hadits tentang hewan melata, bahwa ia akan keluar di akhir zaman. dari kitab ‘Al-Aqidah dari kementerian wakaf dan urusan keislaman, disadur dari Syamilah. 

Maka jelas bagi anda, bahwa apa yang dilakukan  teman anda adalah sesuatu yang relatif tidak terlihat, bukan sesuatu yang mutlak tidak terlihat. maka tidak ada masalah dalam mengenalnya dan urusan yang semisal itu yang mempunyai sebab-sebab material yang nyata dan terjamah.

Hal ini, meskipun faktanya tidak tersembunyi dari orang yang berakal sehat bahwa tak terhitung banyaknya hal-hal ini yang tidak terpikirkan oleh orang yang mengucapkannya, dan pengetahuan dunia tentang hal-hal tersebut; Berapa banyak di antara mereka yang memastikan bahwa kereta api akan tiba tepat waktu, atau pesawat terbang tepat waktu, tetapi semua itu gagal, atau dia memutuskan bahwa janin akan lahir, berdasarkan apa yang dia ketahui dari peralatan-peralatan canggih itu, dan itu tidak berjalan sempurna untuknya, dan Anda menghentikan jam sebelum berdentang, tapi itu tidak terjadi karena baterainya habis jadi tidak berdetak. Dan masalah seperti ini terjadinya  kekeliruan dan kesalahannya tidak bisa disembunyikan, dan jawabannya tidak terbentuk, dan itu tidak lain hanyalah karena godaan setan yang menduduki hati yang kosong, dengan sesuatu yang tidak ada hakekat kebenarannya dan tidak ada bobotnya, dan karena kepura-puraan, dan keasyikan godaan setan terhadap anak Adam.

Kedua: kedudukan suratan takdir merupakan salah satu tingkatan keimanan terhadap qadha dan qadar

Sementara tulisan, tidak ada hubungan sama sekali dengan apa yang disebutkan, sungguh kami sangat heran dengan pertanyaan semacam ini. Sesungguhnya pertanyaan semacam itu ditujukan kalau sekiranya Allah mewahyukan kepada kita dalam kitab-Nya.bahwa jam tidak akan berbunyi, kemudian berbunyi, disini berbeda antara kabar dengan realitanya.

Sementara apa yang diketahui oleh seorang hamba dengan sesuatu baik itu urusan masa lalu atau sekarang atau masa datang yang belum terjadi, maka dia mengetahuinya melalui jalannya (ilmu), Lalu apa masalahnya dengan menuliskan segala sesuatu yang ada sampai hari kiamat kelak di lauhul mahfud ?

Bagaimana pun tingkatan tulisannya merupakan salah satu tingkatan keimanan terhadap qadha dan qadar, yaitu: keyakinan (iman) bahwa Allah menulis semua itu dalam Lauhul mahfudz lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.

Di antara syarat sahnya iman terhadap takdir adalah beriman: Bahwa hamba itu mempunyai kehendak dan pilihan yang dengannya perbuatannya terlaksana,

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

لمن شاء منكم أن يستقيم 

التكوير/28

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.” QS. At-Takwr: 28

Dan firman-Nya:

لا يكلف الله نفساً إلا وسعها

البقرة: 286

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” QS. AL-Baqarah: 286.

Dan bahwa kehendak dan kesanggupan seorang hamba itu tidak berada di luar kekuasaan dan kehendak Allah, sebab Dialah yang mengaruniakan hal itu kepada hamba itu dan menjadikannya mampu untuk menilai dan memilih,  Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين

التكوير/29

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” QS. At-Takwir: 29

Silahkan melihat jawaban terperinci soal  (49004 ).

Jadi, karena Anda menyetel jam beker Anda dan mengetahui bahwa jam itu akan berbunyi, jika berbunyi, maka inilah yang telah Allah takdirkan dan ciptakan, dan Anda mengharapkan hal itu terjadi. Jika tidak, mungkin akan terjadi suatu hambatan yang membuatnya (alarm) tidak berfungsi seperti yang anda harapkan, dan semua ini adalah apa yang telah Allah tetapkan dan takdirkan.

Ketahuilah bahwa suratan takdir (catatan) itu ada dua jenis:

Yang pertama adalah suratan takdir yang tidak akan berganti dan tidak akan berubah yaitu apa yang sudah tertulis di lauhul mahfud.

Yang kedua adalah suratan takdir yang bisa berubah dan berganti yaitu suratan yang ada di tangan para Malaikat, dan apa yang telah tetap urusannya yang terakhir pada  mereka adalah yang telah dituliskan dan ditetapkan di lauhil mahfud. inilah salah satu makna dari firman Allah subhanahu wata’ala:

يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

لرعد / 39

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).” QS. Ar-Ra’du: 39.

Dari sini kita dapat memahami apa yang disebutkan dalam Sunnah shahih bahwa memelihara tali silaturahmi akan memperpanjang umur dan  melapangkan rizki seseorang, atau yang dikatakan  bahwa do’a bisa mengubah suatu ketetapan (qadha).  Maka di dalam ilmu Allah ta’ala bahwa hamba-Nya yang menyambung tali silaturahmi dan berdoa kepada-Nya, maka Dia menulis untuknya di Lauhil mahfudz kelapangan  rezeki  dan dipanjangkan umurnya.

Wallahu a’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam