Alhamdulillah.
Ini sekumpulan ringkasan diantara hukum terkait pakaian untuk lelaki dan kita memohon kepada Allah semoga cukup dan bermanfaat:
1.Asal semua apa yang dipakai itu halal diperbolehkan. Kecuali ada nash akan pengharamannya seperti sutera untuk lelaki berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
( إِنَّ هَذَيْنِ حَرَامٌ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي حِلٌّ لإِنَاثِهِمْ ) رواه ابن ماجة (3640)
“Sesungguhnya dua hal ini (sutera dan emas) diharamkan untuk lelaki dari umatku dan dihalalkan untuk wanita.” HR. Ibnu Majah, (3640). Dinyatakan shoheh oleh Albany di shoheh Ibnu Majah.
Begitu juga tidak diperbolehkan memakai pakaian kulit bangkai kecuali telah disamak. Sementara kalau pakaian yang terbuat dari suf (rambut biri-biri) atau rambut atau wol itu bersih dan halal. Untuk menambah pengetahuan tentang hukum memakai kulit bangkai setelah disamak silahkan merujuk soal no. 1695 dan 9022.
2.Tidak diperbolehkan memakai pakaian transparan yang tidak menutupi aurat.
3. Diharamkan menyerupai musyrik dan kafir dalam pakaian mereka. Maka tidak diperbolehkan memakai pakaian yang khusus untuk orang kafir. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhu berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melihat diriku memakai dua baju kuning. maka beliau bersabda, Sesungguhnya hal ini termasuk baju orang kafir, maka jangan engkau memakainya. “ HR. Muslim, (2077).
4. Diharamkan wanita menyerupai lelaki dan lelaki menyerupai wanita dalam berpakaian. Karena Nabi sallallahu alaihi wa sallam melaknat kalangan lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” HR. Bukhori, (5546).
5. Sesuai sunah kalau seorang muslim memulai memakai baju dari kanan. Dan mengucapkan ‘Bismillah’ dan memulai melepas dari kiri.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إذا لبستم وإذا توضأتم فابدءوا بأيامنكم " . رواه أبو داود ( 4141 ) وصححه الشيخ الألباني في " صحيح الجامع " ( 787
“Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kalau kamu semua memakai baju dan berwudhu, maka mulailah dengan kanan.” HR. Abu Dawud, (4141) dan dinyatakan shoheh oleh Syekh Albani di ‘Shoheh Al-Jami’, (787).
6. Dianjurkan bagi yang memakai baju baru, bersyukur kepada Allah Azza Wajallah dan berdoa.
عن أبي سعيد قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استجد ثوبا سماه باسمه عمامة أو قميصا أو رداء ثم يقول : اللهم لك الحمد أنت كسوتنيه أسألك خيره وخير ما صنع له وأعوذ بك من شره وشر ما صنع له . رواه الترمذي (1767) و أبو داود (4020)، وصححه الشيخ الألباني في " صحيح الجامع " ( 4664 .
“Dari Abi Said radhiallahu anhu berkata, Biasanya Rasulullah sallallahu aliahi wa sallam ketika mendapatkan baju baru, memberikan nama kepadanya baik itu surban, kemeja atau selendang kemudian berdoa, “Ya Allah, hanya kepada-Mu segala pujian. Engkau yang telah memakaian baju. Saya memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang diproduknya. Dan saya berlindung kepada-Mu darinya dan dari apa yang diproduknya.” HR. Abu Dawud, 4020 dinyatakan shoheh oleh Syekh Albani di ‘Shoheh Jami’, (4664).
7. Sesuai sunah, perhatian terhadap kebersihan baju tanpa sombong dan berlebihan.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
" لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر ، قال رجل : إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنة ، قال : إن الله جميل يحب الجمال ، الكبر بطر الحق وغمط الناس . رواه مسلم ( 91 ) .
“Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada seberat biji dzarroh dari kesombongan. Seseorang berkata, “Sesungguhnya seseorang senang pakaiannya baik dan sandalnya bagus. Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah suka dengan keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang.” HR. Muslim, 91.
8. Anjuran memakai baju putih. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
" البسوا من ثيابكم البياض فإنها من خير ثيابكم وكفنوا فيها موتاكم " . رواه الترمذي ( 994 ) حسن صحيح وهو الذي يستحبه أهل العلم ، وأبو داود ( 4061 ) وابن ماجه ( 1472 ) .
“Pakailah baju putih diantara kamu semua. Karena ia baju terbaik dan buatlah kafan untuk orang yang meninggal diantara kamu semua. HR. Tirmizi, 994. Hasan shoheh dan itu yang disenangi oleh ahli ilmu. Abu Dawud, 4061. Ibnu Majah, 1472.
9.Bagi orang muslim diharamkan isbal (memakai baju melebihi mata kaki) pada semua bentuk baju. Batasan pakaian adalah sampai dua mata kaki. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار . رواه البخاري ( 5450 ) .
“Apa yang melebihi dari dua mata kaki, maka dia di neraka.” HR. Bukhori, 5450.
Dari Abu Dzar dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
" ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم ، قال : فقرأها رسول الله صلى الله عليه وسلم ثلاث مرار ، قال أبو ذر : خابوا وخسروا من هم يا رسول الله ؟ قال : المسبل ، والمنَّان ، والمنفق سلعته بالحلف الكاذب . رواه مسلم. (106)
“Tiga golonga dimana Allah tidak akan berbicara, tidak melihat dan tidak merekomendasikannya pada hari kiamat serta dia akan mendapatkan siksaan yang pedih. Berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam mengulangi bacaan sampai tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka rugi, siapa mereka itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda, “Orang isbal (menjulurkan pakaian melebihi mata kaki), orang yang mengungkit kebaikan dan menjual barangnya dengan sumpah palsu.” HR. Muslim.
10. Diharamkan memakai pakaian agar terkenal (syuhroh). Yaitu memakai pakaian berbeda dengan pakaian orang lain agar orang-orang melihat kepadanya, diketahui dan menjadi terkenal. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَن لبس ثوب شهرة ألبسه الله يوم القيامة ثوباً مثله
“Siapa yang memakai pakaian agar terkenal, maka Allah akan memakaian pakaian semisalnya di hari kiamat.
Dalam redaksi lain ada tambahan, “Kemudian dibakar di neraka. Dalam redaksi lainnya lagi, “Pakaian kehinaan. HR. Abu Dawud, 4029. Ibnu Majah, 3606, 3607. Dan hadist dinyatakan Hasan oleh Syekh Albani di ‘Shoheh Targib, (2089).
Saudara penanya dapat melihat di wesite ini bab ‘Pakaian’ di dalamnya ada tambahan ilmu baginya.
Wallahu a’lam .