Senin 24 Jumadil Ula 1446 - 25 November 2024
Indonesian

Dialog Dengan Orang Kristen Seputar Aqidah Menebus Dosa Menurut Orang Kristen

Pertanyaan

Kenapa orang-orang Islam bersikukuh mengingkari bahwa Al-Masih (Krestus) telah datang dengan penuh keikhlasan untuk menebus dosa kita?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

            Kayakinan tentang penebusan (dosa) dikalangan orang Kristen termasuk dasar keyakinan yang dibangun di atasnya. Yaitu perkataan mereka bahwa Al-Masih alaihis salam telah disalib. Di antara akidah dasar menurut orang Kristen. Bahkan mereka berani bertaruh dengan semua agama kalau sekiranya akidah ini tidak benar.

Kardinal Mining mengatakan dalam kitabnya ‘Kahnut Al-Abadiyah’, “Tidak tersembunyi lagi urgensi pembahasan ini yang menjadikan keheranan. Kalau sekiranya Al-Masih itu tidak wafat secara nyata (hakekat), maka waktu itu maka membangun keyakinan gereja telah hancur dari pondasi dasarnya. Karena kalau Al-Masih (Krestus) tidak mati disalib, maka tidak ada yang disembelih dan tidak ada keselamatan, dan juga tidak ada trinitas. Maka Paulus dan para penolong dan semua gereja mengklaim hal ini. Maksudnya bahwa kalau A-Masih (Krestus) tidak mati, maka tidak akan ada kiamat juga.”

Dan inilah yang diputuskan oleh Paulus: Dan jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah imanmu (Korintus 1:14-15).

Sebagaim kerancuan mereka tentang konse trinitas  dan bagaiaman pemahamannya serta bagaimana memahaminya dengan konsep monoteisme (ketauhidan) yang ditetapkan oleh Perjanjian Lama? Silahkan merujuk soal no. (12628) dan sebagaimana juga kerancuan mereka  tentang semua yang terkait dengan penyaliban secara terperinci, yaitu asal dari perkatan mereka dengan tebusan yang merupakan sebab adanya penyaliban ini. (silahkan merujuk juga soal no. 12615. Maka kita katakan, begitu juga kerancuan mereka dengan konsep penebusan dosa  akibat mereka menyimpang dari cahaya yang Allah turunkan.

Apakah penebusan adalah keselamatan bagi semua manusia, seperti yang dikatakan Yohanes: Yesus Kristus yang berbakti, adalah perantara dengan Bapa, yang menjadi penebusan dosa kita, tidak hanya untuk dosa kita, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. (Risalah Yohanes pertama 2/2). Atau khusus bagi mereka yang percaya dan dibaptis: Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, dan siapa yang tidak percaya akan dihukum [Markus 16/16]

Siapa yang memperhatikan perjalanan Krestus (Al-Masih) dan ucapan-ucapannya, dia akan melihat dengan jelas bahwa dakwa Al-Masih (Krestus) dahulu hanya untuk Bani Isroil. Dan bahwa selama tahun-tahun dakwahnya, dia melarang murid-muridnya memanggil (mendakwahi) orang lain, dan karenanya, keselamatan juga harus khusus untuk mereka, dan inilah yang kita lihat dalam kisah wanita Kanaan yang memberitahunya: {Kasihanilah aku, ya Guru, Putra Daud. Putriku sangat marah, tetapi dia tidak menjawabnya sepatah kata pun. Kemudian murid-muridnya datang kepadanya dan memintanya, berkata, "Suruh dia pergi, karena dia menangis mengejar kita." Dan dia menjawab dan berkata, "Aku dikirim hanya untuk domba yang hilang dari rumah Israel." Kemudian dia datang dan menyembah dia, berkata, "Tuhan, tolong aku." Dia menjawab dan berkata, "Tidak benar mengambil roti anak lalu diberikan ke seekor anjing (Matius 15:22-26)

Kristus tidak menyembuhkan anak perempuan Kana’an, dan dia mampu melakukannya, jadi bagaimana dia bisa menebus seluruh umat manusia?

Apakah penyelamatan ini dari kesalahan Adam yang pertama saja atau dia umum untuk semua dosa-dosa kita?

Tidak ada yang menanggung dosa orang lain, juga tidak menebusnya sendiri sebagaimana Firman Allah ta’aa di Kitab-Nya yang mulia:

 وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

سورة فاطر: 18

“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu).” (QS. Fatir: 18)

Dan inilah yang diputuskan oleh teks Kitab Suci Anda: Jiwa yang berdosa akan mati, anak laki-laki tidak akan menanggung dosa ayahnya, dan ayah tidak akan menanggung dosa anaknya. Kebenaran orang benar akan tertanggung atasnya, dan kejahatan orang fasik akan tertanggung atasnya [Yehezkiel 18/20-21]

Maka disana tidak ada dosa warisan, Seandainya Aku tidak datang dan berbicara kepada mereka, mereka tidak akan berbuat dosa, tetapi sekarang mereka tidak memiliki alasan untuk dosa mereka. . Seandainya Aku tidak melakukan perbuatan di antara mereka yang tidak dilakukan orang lain, mereka tidak akan berdosa, tetapi sekarang mereka telah melihat, namun mereka membenci Aku dan Bapa-Ku [Yohanes 15/22-24].

Ketika disana ada kesalahan, baik yang dilakukan oleh seorang hamba, atau diwarisi dari Adam atau dibawahnya dari kalangan para bapak (!??) kenapa tidak dapat dihapuskan kesalahan ini dengan bertaubat?!!

Sesungguhnya kesenangan penduduk langit dengan orang yang bertaubat seperti kesenengan penggembala kambing ketika menemukan kambingnya yang hilang dan kesenangan wanita ketika menemukan dirhamnya yang hilang  dan seorang ayah ketika menemukan anaknya yang lari kembali lagi. Begitulah kesenangan penduduk langit ketika ada satu orang bersalah yang bertaubat. Lebih banyak dari kesenangan 99 orang baik tidak membutuhkan taubat. (Luqos 15/1-31)

Sungguh Allah telah menjanjikan orang-orang yang bertaubat akan diterima (taubatnya), Jika orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya, dan berpegang pada segala ketetapan-Ku, serta melakukan apa yang benar dan adil, maka dia akan hidup untuk hidup, ia tidak akan mati, dan segala pelanggaran yang dilakukannya tidak akan dihukum. teringat terhadapnya. Kebenarannya dia yang bekerja akan hidup [Yehezkiel 18/21-23], dan silahkan melihat [Yesaya 55/7].

Ketergantungan pada garis keturunan tanpa pertobatan dan perbuatan baik adalah delusi, siapa yang lambat amalannya, maka tidak bisa mempercepat nasabnya. Sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam dan para saudaranya dari para utusan (Shahih Muslim, 2699). Demikianlah Yohanes Pembaptis mengajar kamu (Yahya alaihis salam): Wahai keturunan ular, siapa yang mengajarimu untuk lari dari murka yang akan datang, menghasilkan buah yang membuktikan pertobatanmu, dan jangan berkata pada dirimu sendiri: Kami adalah anak-anak Ibrahim, aku berkata kepadamu: Tuhan sanggup menjadikan batu-batu ini anak-anak dari Abraham; Inilah kapak pada akar pohon: setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api [Matius 3:7-11].

Pengampunan dosa melalui pertobatan orang yang melakukannya adalah yang pantas bagi Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang, bukan pembantaian, salib, dan penumpahan darah.Inilah yang diputuskan oleh Kitab Suci:

Saya menginginkan belas kasihan, bukan pengorbanan, karena saya datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa untuk bertobat (Matius 9:13).

Oleh karena itu Paulus mengatakan, “Berbahagialah orang yang diampuni kesalahannya dan yang dosanya ditutupi. Berbahagialah orang yang dosanya tidak diperhitungkan Tuhan [Roma 4/7-8].

Padahal keimanan kita kepada Allah ta’ala kalau sebagian hambanya diperintahkan untuk membunuh dirinya sebagai taubat dari kesalahan mereka. Tidak banyak dibebankan kepada mereka. Hal itu juga tidak meniadakan akan kebaikan-Nya subahanahu dan rahmat-Nya. Hal itu pernah diperintahkan kepada Bani Isroil ketika mereka meminta untuk melihat Allah secara terang-terangan. Akan tetapi waktu itu seseorang tidak membunuh yang lainnya. Akan tetapi seseorang membunuh atas dosa dirinya bukan atas dosa-dosa orang lain. dan itu karena desakan dan belenggu yang Tuhan tempatkan pada bangsa yang dirahmati ini.

Di antara yang membatalkan teori dosa warisan adalah nash-nash yang menunjukkan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas amalannya. Sebagaimana Firman Allah ta’ala di kitab-Nya yang Mulia:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ

سورة فصلت: 46

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” QS. Fusilat: 46

Dan firman-Nya:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

سورة المدثر: 38

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,” QS. Al-Mudatsir: 38

Begitu juga dalam kitab kalian yang suci:

Jangan menilai, jangan sampai Anda dihakimi, karena saat Anda menilai, Anda akan dihakimi, dan saat Anda mengukur, itu akan diukurkan kepada Anda [Matius 7/1-2]

Karena Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapanya bersama para malaikatnya, dan kemudian dia akan membalas setiap orang sesuai dengan pekerjaannya (Matius 16/27).

Isa (Al-Masih) juga menguatkan akan pentingnya amal shoeh dan kebaikan. Maka ia mengatakan kepada murid-muridnya: Tidak semua orang yang mengatakan: Beri saya, ya Tuhan, ya Tuhan, akan masuk kerajaan langit. Sebaliknya, dia yang melakukan kehendak Bapaku yang di langit, banyak yang akan berkata kepadaku pada hari itu: Ya Tuhan, ya Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan demi namamu mengusir setan, dan demi namamu? Namamu melakukan banyak perbuatan hebat?Lalu aku menyatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenalmu. Enyahlah dariku, hai para pembuat kejahatan [Matius 7/20-21].

Dan ucapan semisalnya: Anak Manusia mengirimkan malaikat-malaikat-Nya, dan mereka mengumpulkan di kerajaan-Nya semua batu sandungan dan orang berdosa, dan melemparkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala [Matius 13/41-42]

Dia tidak memberitahu mereka tentang penebusan dimana mereka akan diselamatkan dari penghakiman.

Orang-orang yang melakukan amal sholeh saja yang akan selamat pada hari kiamat dari penghakiman. Sementara orang yang melakukan amalan maksiat akan dibawa ke neraka jahim. Tanpa ada yang selamat dengan masih (krestus) atau lainnya.

Suatu saat nanti akan datang di mana semua orang di kuburan akan mendengar suaranya, dan mereka yang melakukan perbuatan baik akan keluar untuk kebangkitan hidup, dan mereka yang melakukan perbuatan jahat untuk kebangkitan penghakiman [Yohanes 5/28-29] .

Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, dan semua malaikat dan orang kudus bersama-Nya, maka Dia akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya. . . Kemudian dia juga berkata kepada mereka yang di sebelah kiri: Pergilah dariku, kamu terkutuk, ke dalam api abadi yang disiapkan untuk iblis dan malaikatnya [Matius 25/31-42].

Kristus berkata kepada mereka: Hai ular, keturunan ular, bagaimana kamu bisa lolos dari penghakiman Neraka (Matius 23/33)

Adolf Hernak mencatat bahwa surat-surat para murid tidak mengandung kepercayaan akan keselamatan melalui penebusan. Sebaliknya, mereka melakukan keselamatan melalui perbuatan, seperti yang dinyatakan dalam surat Yakobus. Apa gunanya, saudara-saudaraku, jika seseorang berkata: Ia memiliki iman, tetapi dia tidak memiliki perbuatan, dapatkah iman menyelamatkannya? Iman juga, jika tidak memiliki perbuatan, mati dengan sendirinya. . Iman tanpa perbuatan adalah mati [Yakub 2/14-20 dan lihat: 1/22, 1/27]

Dan Petrus berkata: Saya melihat bahwa Tuhan tidak lebih memilih siapa pun daripada yang lain dalam kenyataan, jadi siapa pun yang takut akan Dia dari bangsa mana pun, dan berbuat baik, dapat diterima oleh-Nya [Kisah Para Rasul 10/34-35]. Dan begitu banyak dalam kata-kata Kristus dan para Penolongnya (hawariy)

Maha benar Allah yang Maha Agung dalam firman-Nya:

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

سورة الحجرات: 13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Sungguh mengherankan bahwa Paulus sendiri, yang mengumumkan pelanggaran hukum dan kesia-siaan perbuatan, dan bahwa keselamatan hanya dapat dicapai dengan iman, dirinya sendiri menekankan pentingnya perbuatan baik pada kesempatan lain, termasuk perkataannya: {Apa yang ditabur orang , dia juga menuai. . . Jangan putus asa dalam berbuat baik, karena pada waktunya kita akan menuainya (Galatia 6:7).

Dan dia berkata: Setiap orang akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya (1 Korintus 3/8).

(Silahkan melihat seputar permasalah ini secara luas: Dr. Mundir As-Saqqar ‘Hal Iftadana Al-Masih ‘Alas Solib’ (Apakah Krestus Berkorban untuk Kita dengan disalib)

Dan begitulah, di depan anda tidak ada lagi tipuan dengan ada kontradiksi ini kecuali anda hilangkan pemahaman dan akal anda yang menyebabkan diri anda hanya sekedar angan-angan dusta terhadap apa yang telah anda lakukan tentang keyakinan trinitas dan tauhid. Dan seperti apa yang dinasehatkan kepada anda : R . Stott" dalam bukunya "A-Masihiyyah Al-Asliyyah (Original Christianity)": (Saya tidak berani membahas topik ini, sebelum dengan jujur ​​mengakui bahwa sebagian besar akan tetap menjadi rahasia tersembunyi... Sungguh mengherankan bagaimana pikiran kita yang lemah tidak sepenuhnya memahaminya, dan akan tiba saatnya ketika itu membuka tabir, memecahkan semua misteri, dan melihat Kristus sebagaimana adanya!!

Jadi bagaimana bisa Tuhan menjadi penghuni di dalam Kristus, sementara menjadikan Kristus menanggung dosa bagi kita? Inilah yang tidak dapat saya jawab, tetapi Rasul sendiri menempatkan kedua fakta ini secara berdampingan, dan saya menerima gagasan itu sepenuhnya, sebagaimana saya menerima bahwa Yesus dari Nazaret adalah manusia dan Tuhan dalam satu pribadi. . . Dan jika kita tidak dapat menyelesaikan kontradiksi ini, atau menguraikan misteri ini, maka kita harus menerima kebenaran yang diungkapkan oleh Kristus dan para murid-Nya, bahwa Dia menanggung dosa-dosa kita.

(Al-Masihiyyah Al-Asliyah hal. 110, 121 dinukil dari Dr. Saud Al-Khalaf: Al-Yahudiyah wan Nasroniyah hal. 238).

Ya, kita akan melihat bahwa kami dan anda semua, bahwa Al-Masih (krestus) seperti itu. Dia hanyalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang mendekatkan diri kepada (Allah) dan termasuk para Nabi dan para Rasul. Dan pada hari ini ketika tabir dibuka, dia mengingkari orang yang mengambilnya sebagai tuhan selain Tuhan, atau menghubungkannya dengan apa yang tidak dia katakan, sehingga Anda akan tahu pada saat itu bahwa tidak ada teka-teki atau rahasia:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ .  مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنْ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ .  إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ .  قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ . لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

(سورة المائدة: 117-119)

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar." Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah: 116-120)

Apakah ada kesempatan merenung sebelum terlambat, dan kembali ke kalimat yang sama tanpa teka-teki atau selubung?

 قُلْ يا أهل الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

(سورة آل عمران: 64)

“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali Imron: 64)

Wallahua’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam