Adapun mengenai nasib saudara Anda, maka itu adalah urusan Allah. Jika Dia menghendaki, Dia akan mengazabnya, dan jika Dia menghendaki, Dia akan mengampuninya. Kita tidak bisa memastikan secara mutlak tentang keadaan seseorang yang telah meninggal.
Namun, kita bisa menjelaskan masalah ini secara umum.
Adapun permasalahan apakah azab kubur itu bersifat terus-menerus ataukah terputus, Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah berkata mengenai permasalahan ini, “Jawabannya adalah azab kubur itu ada dua jenis.
Jenis yang terus-menerus, kecuali dalam beberapa hadits yang menyebutkan bahwa azab tersebut diringankan di antara dua tiupan sangkakala (yakni antara tiupan yang mematikan dan membangkitkan). Maka ketika mereka dibangkitkan dari kuburnya, mereka berkata,
يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا
"Celakalah kami, siapa yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami?" (QS. Yasin : 52).
Yang menunjukkan bahwa azab itu terus berlangsung adalah firman Allah Ta‘ala,
النَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Neraka diperlihatkan kepada mereka pagi dan petang.” (QS. Ghafir : 46).
Begitu pula ditunjukkan oleh hadits Samurah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari tentang mimpi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang di dalamnya disebutkan sabda beliau,
فَهُوَ يَفْعَلُ بِهِ ذَلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Dia melakukan yang demikian itu hingga Hari Kiamat.”
Hadits Ibnu Abbas tentang dua orang yang dikubur lalu Nabi menancapkan dua pelepah kurma di atas kubur mereka, beliau bersabda,
لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا
“Semoga diringankan dari mereka selama pelepah ini belum kering.”
menjadikan pengurangan azab itu terkait pada saat basahnya pelepah saja.
Dalam hadits dari Ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-‘Aliyah, dari Abu Hurairah, disebutkan, “Kemudian beliau melewati suatu kaum yang kepala-kepala mereka dihancurkan dengan batu. Setiap kali kepala mereka dihancurkan, maka ia kembali seperti semula, dan hal itu terus-menerus terjadi pada mereka tanpa henti.” Dan hadits ini telah disebutkan sebelumnya.
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan kisah orang yang memakai dua burdah dan berjalan dengan sombong, lalu ditelan bumi, dan dia terus-menerus terjerumus di dalamnya sampai Hari Kiamat.
Dalam hadits Al-Bara’ bin Azib tentang orang kafir yang dibukakan pintu neraka di kuburnya, dan dia melihat tempat duduknya dalam neraka sampai Hari Kiamat. (HR. Imam Ahmad). Dan dalam sebagian jalur riwayat disebutkan, “Lalu dibuatkan celah (lubang) menuju neraka, sehingga datang kepadanya panas dan asapnya sampai Hari Kiamat.”
Jenis kedua, jenis yang sampai waku tertentu kemudian terputus, yaitu bagi sebagian pelaku maksiat yang dosanya tidak terlalu berat (ringan). Mereka akan diazab sesuai kadar dosa mereka, kemudian azabnya diringankan, seperti halnya azab neraka yang menimpa sebagian kaum Muslimin lalu mereka dikeluarkan darinya.
Azab ini kadang bisa berhenti karena doa, sedekah, istighfar, atau pahala haji. Pahala ini terkirim kepadanya dari sebagian keluarganya atau orang lain.” (Kitab Ar-Ruḥ, hal. 89).
Dalam pernyataan terakhir Ibnu Al-Qayyim itu sudah terkandung jawaban dari bagian kedua pertanyaan Anda.
Kami memohon kepada Allah agar melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad.