Alhamdulillah.
Disunnahkan bagi seseorang untuk membersihkan kemaluannya sebelum mandi. Sebagaimana hal itu ditunjukkan dalam riwayat Bukhari, no. 276 dan Muslim, no. 317, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dia berkata, Maimunah berkata:
وَضَعْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلاً فَسَتَرْتُهُ بِثَوْبٍ ، وَصَبَّ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ، ثُمَّ صَبَّ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ ، فَضَرَبَ بِيَدِهِ الْأَرْضَ فَمَسَحَهَا ، ثُمَّ غَسَلَهَا ، فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ، ثُمَّ صَبَّ عَلَى رَأْسِهِ وَأَفَاضَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
“Saya meletakkan air mandi untuk Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, lalu saya menutupinya dengan baju. Kemudian beliau menyiram kedua tangannya dan membersihkannya. Kemudian tangan kanannya menuangkan air ke tangan kirinya lalu membersihkan kemaluannya. Lalu beliau menepuk tangannya ke tanah dan mengusapnya, kemudian mencucinya. Kemudian beliau berkumur dan memasukkan air ke hidung, lalu membersihkan wajah dan kedua sikunya. Kemudian menyiram kepalanya dan meratakan (air) ke seluruh tubunnya, kemudian beliau bergeser, lalu membersihkan kedua kakinya.”
Kalau menyentuh kemaluannya setelah itu, atau membersihkannya lagi, maka yang lebih hati-hati hendaklah berwudu setelah mandi. Sebagaimana pendapat kebanyakan ulama bahwa menyentuh kemaluan itu membatalkan wudu. Penjelasan tentang hal itu sudah dijelaskan dalam soal jawab no. 82759.
Wallahu’alam.