Alhamdulillah.
Segala puji hanya milik Allah semata.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “ Orang-orang yang bodoh tentang Allah, Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya. Menghilangkan hakekat sebenarnya. Menjadikan kebencian Allah kepada makhluk, memutus jalan kecintaannya, dan mendekatkan dengan ketaatan tanpa dia mengetahuinya !!! Dan kami bisa berikan contoh untuk di jadikan pelajaran. Diantaranya mereka menanamkan dalam diri orang-orang lemah bahwa sesungguhnya Allah tidak bermanfaat baginya meskipun dia melakukan ketaatan dalam waktu lama dan bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kekuatan lahir batin. Bahwa seorang hamba tidak mendapatkan kepercayaan, keamanan dari bencana. Akan tetapi urusan Allah mengambil orang yang taat dari mihrob ( tempat Imam di masjid ) ke tempat kemaksiatan. Dari ketauhidan dan bertasbih menjadi kesyirikan dan nyanyian. Merubah hatinya dari keimanan yang bersih menjadi kekafiran. Dengan berdalih ada atsar ( hadits 9 yang shoheh yang dia tidak memahaminya, dan kebatilan yang tidak pernah sama sekali diucapkan Al-Ma’syum ( Rasulullah ) sallallahu’alaihi wasallam dan mereka mengira bahwa ini adalah hakekat tauhid “. ( Al-Fawaid : 159 )
Kemudian beliau sambung lagi : “ Maka kayakinan orang ini bangkrut yang berkaitan dengan amalan itu bermanfaat atau tidak bermanfaa. Tidak melakukan kebaikan yang dia bisa banggakan tidak juga kejelekan yang dia takutkan. Apakah ada pelarian dari Allah dan kemarahan kepada orang-orang lebih dari ini ?. Kalau sekiranya orang atheis berusaha sekuat tenaga untuk memusuhi agama dan lari dari Allah, dia tidak akan bisa mendatangkan yang lebih besar dari pada ini. Orang yang mempunyai pemikiran seperti ini mengira bahwa dia menetapkan tauhid dan Qadar, membanta ahli bid’ah dan menolong agama Allah. Demi Allah musuh yang berakal lebih baik dari pada teman bodoh. Sementara semua Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul sebagai saksi berlainan dengan keyakinan ini terutama Al-Qur’an. Kalau sekiranya para Da’I menapaki jalan Allah dan Rasul-Nya dalam berdakwah kepada manusia pasti akan baik seluruh dunia dan tidak ada kerusakan lagi.
Allah subhanahuwata’al juga telah memberitahukan Dia yang Maha Jujur dan Tepat janji. Dia akan memuamalahi manusia sesuai dengan usahanya. Memberi pahala dari amalan-amalannya, orang yang berbuat baik tidak perlu lagi takut sama sekali kedholiman dan kekurangan. Tidak akan hilang selamanya amalan orang yang berbuat baik meskipun seberat biji atom ( dzarroh ) tidak juga mendholiminya. Firman Allah : “ Kalau engkau melakukan kebaikan, akan dilipat gandakan dan diberikan dari-Nya pahala yang agung “. Meskipun seberat apapun akan diberi pahala tidak akan hilang. Dibalas kejelekan dengan sepadan. Bisa dihilangkan dengan taubat, penyesalan, istighfar ( memohon ampun ) dengan melakukan kebaikan dan dengan musibah. Dibalas kebaikan dengan sepuluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat bahkan berlipat-lipat sampai tidak terhingga !!. Dia Memperbaiki orang yang rusak, menerima hati-hati yang bepaling, menerima taubat orang yang berdosa, menunjukkan orang yang tersesat, menyelamatkan orang yang celaka, mengajarkan orang yang bodoh, menerangi orang yang ragu-ragu, mengingatkan orang yang lupa, memberi tempat orang yang lari. Kalau Dia memberi siksa, dilakukan setelah terjadi pembangkangan dan mengajak hamba-Nya untuk kembali kepada-Nya. Selesai. ( Al-Fawaid : 161 )
Hadits yang agung diriwayatkan Bukhori ( 3208 ) dan Muslim ( 2643 ) dari Ibnu Mas’ud rodhiallahu’anhu. Ada sedikit masalah kepada sebagian orang di sabda Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam : “ Sesungguhnya seseorang diantra kamu beramal sampai antara dia dengan surga tinggal sejengkal, akan tetapi sudah didahului ketetapan ( tulisan ) maka dia beramal amalan ahli neraka. Dan dia beramal sampai antara dia dengan neraka tinggal sejengkal kemudian telah didahului ketetapan sehingga dia beramal amalan ahli surga “. Ini contoh yang telah disebutkan Ibnu Qayyim tadi berkaitan dengan atsar ( hadits ) shoheh tapi tidak bisa memahaminya. Jawabannya adalah dia beramal tanpa keikhlasan dan tanpa keimanan seperti amalan-amalan ahli surga.
( menurut apa yang dilihat manusia ) saja. Sebagaiamana penjelasan di hadits yang lainnya diriwayatkan oleh Bukhori ( 4207 ) dan Muslim ( 112 ) dari Sahl berkata : Rasulullah sallallahu’alaihi wassalam bertemu dengan orang-orang musyrikin dalam sebagian peperangan sehingga saling membunuh. Dai berkata : setiap orang kembali ke campnya. Kemudian di dalam pasukan umat islam ada seorang yang tidak pernah membiarkan orang-orang musyrikin kecuali dia ikut dan tebas dengan pedangnya. Dikatakan kepada Rasulullah sallallahu’alahi wasallam :” Wahai Rasulullah tidak ada yang lebih berani diantara kita daripada fulan ini ? Beliau bersabda : “ Dia termasuk ahli neraka ?! kemudian shahabat berkata : “ Siapa yang lebih pantas untuk jadi ahli surga jikalau orang seperti ini termasuk ahli neraka ?!!. Ada seseorang dari kaum berkata : “ Saya akan ikuti dia dalam setiap gerak geriknya sampai orang itu terluka, dan ingn sekali dia meninggal dunia. Kemudian dia letakkan gagang pedang di tanah dan ujung pedangnya diantara dadanya kemudian dia mencoba membawa dirinya dan dia bunuh diri. Kemudian orang ini datang kepada Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam dan berkata : “ Saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah “. Beliau berkata : “ Ada apa dengan engkau ? “.kemudian dia memberitahukan kejadiannya. Beliau bersabda : “ Sesungguhnya seseorang beramal seperti amalan ahli surga dalam pandangan manusia akan tetapi dia termasuk ahli neraka. Dan seseorang beramal seperti amalan ahli neraka menurut pandangan manusia tapi dia termasuk ahli surga “. Sementara orang yang beramal dengan amalan ahli surga secara benar, ikhlas dan penuh keimanan, maka Allah Maha Adil, Maha Mulia, Maha Penyayang untuk memasukkannya ke dalam surga di akhir hayatnya.
Bahkan ini adalah ahli taufiq dan kebaikan serta tatsbit ( konsisten ). Sebagaimana firman-Nya : “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itudalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki “. Ibrohim : 27. Firman lainnya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik “. Al-Ankabur : 69. Firman-Nya : “Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik". Yusuf : 90. Dan Firman-Nya : “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman “. Ali Imron : 171.
Ibnu Qayyib rahimahullah berkata di bukunya “ Al-Fawaid hal : 163 “ : “ Sementara keberadaan orang yang beramal seperti amalan ahli surga sampai antara dia dengan surga tinggal sejengkal dan didahului oleh ketetapan. Maka amalan seperti amalan ahli surga hanya menurut pandangan manusia saja. Kalau sekiranya dia beramal sholeh yang benar diterima masuk surga, maka Allah akan mencintai dan meredhoi tidak akan membatalkan amalan-amalannya. Perkataan Tidak tersisi antara dia dengan surga tinggal sejengkal ada masalah untuk mentakwilkannya. Dikatakan : ketika amalan itu tergantung dari akhirannya, dia tidak sabar terhadap amalannya sampai bisa menyelesaikannya. Akan tetapi ada cela tersimpan dan kecurangan di akhir umurnya. Sehingga cela tersebut menghianatinya ketika waktu dibutuhkan sekali. Maka dia kembali kepada kewajibannya dan beramal dengan amalannya, kalau sekiranya tidak ada cela dan kecurangan. Maka tidak akan membalikkan keimanannya. Allah mengetahui seluruh hamba-Nya yang mana tidak diketahui sebagian kepada sebagian lainnya “. Selesai.
Ibnu Rajab rohimahullah berkata : “ Perkataan Menurut pandangan manusia memberikan isyarat terhadap sisi batin ( tersembunyi ) berlainan dengan apa yang nampak. Bahwa akhiran yang jelek dikarenakan kejelekan yang ada di dalam ( batin ) kepada hamba tersebut. Yang mana orang-orang tidak mengetahuinya. Mungkin dari amalan yang jelek atau yang semisalnya. Itulah perangai tersembunyi yang menjadikan dia syu’ul khotimah ( akhiran yang jelek ) ketika meninggal dunia. Begitu juga ada orang yang melakukan amalan ahli neraka, akan tetapi dalam hatinya ada perangai tersembunyi yang baik. Sampai perangai tersebut bisa mengalahkan waktu akhir hayatnya sehingga dia mendapatkan husnul khotimah ( akhiran yang baik )
Abdul Aziz bin Abu Rowwad berkata : “ Saya menghadiri seseorang ketika akan meninggal dunia sedang di talqin dengan syahadah “ Lailaha illallah “. Dia diakhir ucapannya : “ Dia kafir terhadap ucapan anda ?”. kemudia dia mati. Kemudian saya bertanya tentang dirinya, ternyata dia ada peminum khomr ( arak / bir ). Kemudian beliau berkata : “ Berhati-hatilah terhadap dosa-dosa, karena ia yang akan menggelincirkannya “.
Secara umum bahwa akhiran adalah warisan dari awalan. Dan semuanya telah ditentukan dalam kitab yang lampau. Dari sini dahulu ulama’ salaf sangat takut akhiran yang jelek ( suul khotimah ), diantara mereka ada juga yang galau mengingat masa lalunya. Dikatakan : “ Sesungguhnya hatinya orang-orang baik ( Abraar ) terikat dengan akhirannya, mereka mengatakan : “ Dengan apa kami diakhir nanti di matikan ?? sementara hatinya orang-orang dekat ( muqarrabin ) terikat dengan masa lalunya. Mereka mengtakan : “ Apa yang telah kami lakukan dahulu ? “. Sahal At-Tastari berkata : “ Murid ( orang yang punya keinginan ) takut di timpa dengan kemaksiatan dan Arif ( orang yang bijak ) khawatir ditimpa kekafiran. Dari sini para shahabat, tabiin dan ulama’ salaf setelahnya takut terhadap dirinya akan kemunafikan. Dengan ketakutan yang sangat. Orang mukmin takut pada dirinya nifak kecil, ditakutkan ia akan mengalahkan ketika di akhir hayatnya sehingga bisa menghantarkan dia menuju nifak besar. Sebagaimana tadi, bahwa perangai jelek yang tersembunyi bisa menghantarkan pada akhir hidup yang jelek. Selesai ( Jami’ al-ulum wal hikam : 1 / 57 – 58 )
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata : “ Sesungguhnya hadits Ibnu Mas’ud ( sampai antara dia dengan surga kecuali sejengkal ), maksudnya bukan amalan yang menyampaikan dia ke tempat sampai tidak tersisi melainkan sejengkal. Karena kalau sekiranya dia beramal seperti amalan ahli surga secara benar dari pertama kali. Allah tidak akan menghinakannya. Karena Allah Maha Dermawan terhadap hamba-Nya. Hamba yang menuju kepada Allah tidak tersisa masuk surga melainkan sejengkal kemudian Allah menghalanginya ??. Ini mustahil terjadi. Akan tetapi maksudnya adalah dia beramal seperti amalan ahli surga menurut pandangan manusia. Sampai ketika sudah tidak ada lagi tinggal ajal yang menjemputnya, hatinya berpaling. Kami berlindung kejelekan kepada Allah – kami memohon kepada Allah kebaikan – ini maksud hadits Ibnu Mas’ud. Jadi tidak tersisa antara dia dengan surga tinggal sejengkal berkaitan dengan ajalnya. Karena memang asalnya dia tidak beramal seperti amalan ahli surga – kami berlindung kepada Allah dari hal tersebut, kami memohon jangan sampai hati kita berpaling – dia beramal tapi dalam hatinya perangai jelek yang disimpan sampai tidak tersisi melainkan sejengkal lagi dan dia mati. Selesai dari “ Liqa’ Syahri : 13 / 14 “
Sesbagian ahli ilmu mengisyaratkan bahwan yang disebutkan dalam hadits melakukan amalan ahli surga dengan benar. Sampai ketika menjelang kematiannya melakukan kejelekan sehingga dia mati dalam kondisi kekafiran atau kemaksiatan. Akan tetapi ini sangat jarang. Hal ini kembali lagi pada perangi jelek yang tersembunyi dalam dirinya, baik keyakinan batil atau melakukan dosa besar yang menjadikan dia akhiran yang jelek. Kami memohon kepada Allah kebaikan. Sehingga hadits ini merupakan peringatan bagi orang yang berbangga diri dengan amalan-amalannya. Mengharuskan kita meminta kepada Allah tsabat ( konsisten ) sampai meninggal dunia. Karena hati diantara jari jemari Ar-Rahman. Bisa membolak balikkan kapan saja.
Imam Nawawi rohimuhullah berkata dalam kitab syarkh Muslim : “ Maksud dari sejengkal adalah perumpamaan kedekatan antara kematian dan memasuki kehidupan setelahnya. Bahwa kehidupan tersebut antara dia untuk bisa sampai kesana sejauh ukuran tanah sejengkal. Maksud dari hadits ini adalah hal ini jarang sekali terjadi pada manusia, tidak banyak orang mendapatkannya. Kemudian karena Kasih Sayang Allah dan keluasan Rahmat-Nya banyak orang berubah dari jelek menjadi baik. Sebaliknya sedikit sekali orang yang berubah darai baik menjadi jelek. Hal ini seperti firman Allah : “ Sesungguhnya Rahmat-Ku mendahului dan mengalahkan kemarahan-Ku “. Hal ini termasuk orang yang berbalik dengan amalan ahli neraka baik dengan kekufuran atau kemaksiatan. Akan tetapi berbeda antara keduanya berkaitan dengan kekal di neraka atau tidak. Orang kafir kekal di neraka, sementara orang yang bermaksiat dan meninggal dunia dalam ketauhidan tidak kekal di dalam neraka seperti yang telah dijelaskan tadi. Dari hadits ini menjelaskan tentang adanya Qadar. Bahwa taubat bisa menghilangkan dosa sebelumnya. Dan barangsiapa yang meninggal dunia, dia bisa dihukumi dengan kebaikan atau kejelekan, kecuali orang yang bermaksiat tanpa kafit dia tergantung Allah nanti di akhirat. Wallahu’alam selesai.
Dan yang seharusnya diperhatikan bahwa masalah dalam hadits ini telah terurai masalahnya. Yang mana tidak hanya mengandung penetapan Qadar, ilmu Allah yang lampau terhadap makhluk, penulisan amalan-amalannya, akan tetapi mengandung itu semua dan yang semisalnya dari nash-nash. Disamping itu juga penetapan perintah dan larangan. Bahwa Allah tidak akan menyiksa dan memberi kenikmatan kepada hamba-Nya hanya sekedar mengetahuinya saja. Akan tetapi berdasarkan amalan dan usaha yang dia lakukan sendiri,
Syekhul Islam berkata : “ Haadits ini dan yang semisalnya ada dua pembahasan
Pertama : Qadar yang lampau yaitu Allah mengetahui ahli surga dan ahli neraka sebelum mereka melakukan amalan-amalan. Hal in benar dan wajib diyakini ( diimani ) bahkan para Imam telah menetapkannya seperti Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bahwa barangsiapa yang mengingkarinya maka dia kafir. Bahkan wajib beriman bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi semuanya dan wajib untuk mengimaninya terhadap apa yang diberitahukan kepada kita. Bahwa hal tersebut telah diberitahukan dan di tulis sebelum terjadi.
Kedua : Sesungguhnya Allah mengetahui semua urusan yang terjadi. Dan Dia menjadikan sesuatu itu ada sebabnya. Sehingga diketahui bahwa hal tersebut terjadi dengan adanya sebab. Sebagaimana Dia mengetahui orang ini akan melahirkan sehingga dia berhubungan badan dan hamil.kalau sekiranya dikatakan : “ Kalau Allah telah mengetahui dia akan melahirkan diriku, tidak perlu dia berhubangan badan “. Maka dia termasuk orang yang bodoh. Karena Allah mengetahui apa yang akan terjadi dengan mentakdirkan dia berhubungan badan. Begitu juga kalau Dia mengetahui tanaman itu akan tumbuh dengan disirami air dan di tabur bibit. Kalau ada yang mengatakan : “ Kalau Dia mengetahui akan tumbuh, tidak perlu lagi menabur bibit, maka dia bodoh dan sesat. Karena Allah mengetahui apa yang akan terjadi setelah itu.
Begitu juga Dia mengetahui ini bahagia dan ini sengsara di akhirat. Kami katakana, hal itu karena dia melakukan amalan-amalan orang yang sengsara. Allah mengetahui dia sengsara dengan amalan ini. Kalau dikatakan : “ Dia akan tetap sengsara meskipun tidak beramal “, maka ucapan tersebut batil. Karena Allah tikan memasukkan seorangpun ke neraka kecuali atas usahanya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya “. Shod : 58. Dia bersumpah Neraka di penuhi oleh Iblis dan para pengikutnya. Para pengikut Iblis telah berbuat kemaksiatan kepada Allah. Allah tidak akan menghukum seorang hamba terhadap apa yang Allah ketahui sampai dia melakukannya.
Begitu juga Surga Allah ciptakan untuk ahli iman dan ketaatan. Barangsiapa yang di takdirkan masuk di dalamnya, dimudahkan baginya keimanan dan ketaatan. Barangsiapa yang mengatakan : “ Saya masuk surga baik beriman maupun kafir. Kalau dia mengetahui dia termasuk ahli surga, maka dia telah berbohong kepada Allah. Karena Allah mengetahui dia termasuk ahli surga karena keimanannya. Kalau dia tidak beriman, maka Allah mengetahui dia tidak akan masuk surga, karena tidak ada keimanan bahkan kekufuran. Oleh karena itu Allah mengetahui dia termasuk ahli neraka.
Oleh karena itu Allah memerintahkan untuk berdoa, meminta pertolongan kepada Allah dan sebab-sebab yang lainnya. Barangsiapa yang berkata : “ Saya tidak berdoa, tiam meminta karena menggantungkan qadar, maka dia salah juga. Karena Allah menjadikan doa dan meminta sebagai sebab untuk mendapatkan pengampunan, rahmat, hidayah, pertolongan dan rezki-Nya. Kalau seorang hamba ditakdirkan baik, dia akan mendapatkannya dengan berdoa. Tidak akan didapatkan tanpa melalui doa. Dan apa saja yang Allah takdirkan dan Allah ketahui tidak akan terjadi melainkan dengan mentakdirkan sebab agar bisa mendapatkannya. Tidak ada di dunia maupun di akhirat sesuatupun kecuali dengan adanya sebab. Dan Allah yang menciptakan sebab dan hasil dari sebab tersebut.
Dalam masalah ini ada dua kelompok yang tersesat. Kelompok pertama : mereka beriman terhadap qadar dan menyangka cukup untuk mendapatkan maksud. Sehingga mereka tidak mengambil sebab-sebab yang disyareatkan dan melakukan amalan sholeh. Mereka mendapatkan urusannya sampai kepada mengkufuri Kitab-kitab Allah dan Rasul-Nya serta agama-Nya.
Kelompok lain : mereka mengambil dan meminta balasan dari Allah. Seerti pekera meminta upah kepada yang memperkejakannya. Mereka menyandarkan kepada kekuatan dan amalannya. Seperti permintaan para raja. Mereka itu bodoh dan sesat. Karena Allah memerintah hamba-hamba-Nya bukan karena membutuhkan kepadanya. Tidak juga melarangnya karena kekikiran-Nya. Akan tetapi memerintahkan suatu perintah yang membawa kemaslahatan baginya. Dan melarang sesuatu karena ada kerusakannya. Dia Allah subhanahu yang berfirman dalam hadits Qudsi : “ Wahai hamba-Ku, sesungguhnya engkau tidak akan sampai bisa membuat kemudhorotan sampai saya merasa dapat mudhorot. Begitu juga tidak akan sampai membuat manfaat sampai bisa memberi manfaat kepada-Ku “. Barangsiapa yang berpaling dari perintah, larangan, janji dan ancaman karena hanya melihat Qadar, maka dia telah tersesat. Barangsiapa yang meminta untuk melakukan perinta dan larangan dengan berpaling dari Qadar juga tersesat. Akan tetapi orang-orang yang beriman adalah yang mengucapkan : “ Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan “. Dia beribadah karena mengikuti perintah dan memohon pertolongan karena keimanan terhadap Qadar “
Diambil dari beberapa tulisan di kitab Majmu’ Fatawa 8 / 66 dan seterusnya.