Alhamdulillah.
- Telah dketahui dari dalil Syariah dari Quran dan Sunnah bahwa amalan dan ucapan itu sah dan diterima kalau berasal dari aqidah yang benar. Kalau aqidahnya tidak benar, maka akan batal cabang yang bersumber darinya baik berupa amalan maupun perkataan, sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
المائدة/ 5
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” QS. Al-Maidah: 5
Dan Firman Allah ta’ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
الزمر/ 65
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu.” QS. Az-Zumar: 65
Dan ayat-ayat semakna dengan ini banyak sekali.
- Telah ditunjukkan dalam Kitabullah yang jelas dan Sunah Rasul-Nya yang terpercaya dari Tuhannya dengan shalawat serta salam yang terbaik bahwa aqidah yang benar itu teringkas dalam beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta takdir baik dan buruknya. Enam perkara ini adalah pokok aqidah yang benar, karena itu (Allah) turunkan Kitab Allah yang Maha Mulya. Dan diutus seorang utusan-Nya Muhammad sallallahu’alaihi wa salam. Sementara dalil akan enam yang pokok ini dalam Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali. diantara hal itu adalah firman Allah ta’ala:
لَيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
البقرة/ 177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” QS. Al-Baqarah: 177
Dan firman-Nya subhanahu:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ الآية
البقرة / 285
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", QS. Al-Baqarah: 285.
Dan firman-Nya subhanahu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيَ أَنزَلَ مِن قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
النساء / 136
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” QS. An-Nisa’: 136.
Sementara hadits-hadits yang menunjukkan akan pokok-pokok (Aqidah) ini banyak sekali, diantaranya adalah hadits yang shoheh dan terkenal yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shohehnya dari Hadits Amirul Mukminin Umar bin Khottob radhiallahu’anhu sesungguhnya Jibril alaihis salam bertanya kepada Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tentang keimanan, maka beliau memberikan jawaban kepadanya seraya berkata:
الإيمان : أن تؤمن بالله ، وملائكته ، وكتبه ، ورسله ، واليوم الآخر ، وتؤمن بالقدر خيره وشره . الحديث ، وأخرجه الشيخان من حديث أبي هريرة
Keimanan adalah engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan engakau beriman terhadap takdir baik dan buruknya. Alhadits dikeluarkan oleh dua syekh (Bukhori dan Muslim) dari hadits Abu Hurairah.
Enam pokok ini akan bercabang semua hal terkait dengan kewajiban seorang muslim terkait keyakinannya kepada hak Allah subhanahu, dan dalam urusan hari kembali (kiamat), dan selain dari itu dari urusan yang goib.
- Berimana kepada Allah subhanahu itu mencakup keimanan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar dan berhak untuk diibadahi tanpa selain dari-Nya karena Dia adalah pencipta para hamba dan berbuat baik kepadanya. Serta mengatur rezki mereka serta yang Paling mengetahui yang tersembunyi maupun yang nampak. Serta Paling Mampu memberikan pahala bagi yang taat diantara mereka dan memberikan siksaan bagi orang yang bermaksiat. Oleh karena ibadah inilah, Allah menciptakan jin dan manusia serta memerintahkan kepada mereka (untuk beribadah kepada-Nya pent).
Hakekat dari ibadah ini adalah mengesakan Allah subhanhu untuk semua apa yang disembah para hamba kepada-Nya. Baik berupa doa, rasa takut, pengharapan, shalat, puasa, penyembelihan, nazar dan macam-macam ibadah lainnya. Dengan cara tunduk kepada-Nya dan perasaan penuh harap dan takut. Disertai dengan kecintaan yang sempurna kepada-Nya subhanahu dan merasa hina akan keagungan-Nya.
Diantara (kandungan) beriman kepada Allah juga adalah : beriman dengan semua apa yang diwajibkan kepada para hamba-Nya dari rukun-rukun Islam yang lima yang nampak yaitu bersyahadat bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan shalat dan menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan serta menunaikan haji ke baitullah Al-Haram bagi yang mampu diperjalanan. Dan kewajiban-kewajiban lainnya yang telah ada dalam syariat nan suci ini.
Rukun yang paling agung ini adalah kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan sesungghunya Muhammad adalah utusan Allah. Maka kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah itu mengandung keikhlasan beribadah hanya untuk Allah semata dan meniadakan selainnya. Dan ini arti dari ‘Lailaha illallahu ‘. Maka artinya adalah tidak ada sesembahan yang berhak kecuali Alah. Maka semua yang disembah selain Allah baik manusia atau malaikat atau jin atau selain dari itu kesemuanya itu sesembahan batil. Dan sesembahan yang benar hanya Allah semata. Sebagaimana firman-Nya Subhanahu:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
الحج/ 62
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil. QS. Al-Hajj: 62.
Diantara keimanan kepada Allah juga adalah beriman dengan nama-nama-Nya nan indah dan sifat-sifatnya nan mulya yang ada dalam Kitab-Nya nan Mulia. Dan yang telah ada ketetapan dari Rasul-Nya yang terpercaya. Tanpa menyelewengkan, dan peniadaan, juga tanpa membagaimanakan serta tanpa menyamakan. Bahkan harus diyakini seperti apa yang ada, tanpa membagaimanakan disertai beriman dengan apa yang menunjukkan dari arti-arti nan agung yang mana itu adalah sifat-sifat Allah azza wajalla. Harus disifati dengan yang layak tanpa menyamakan dengan makhluknya sedikitpun dari sifat-Nya. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِير
الشورى/ 11
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” QS. As-Syuro: 11
- Beriman kepada para Malaikat, kandungan berimana kepada para Malaikat itu secara global dan terperinci. Maka seorang muslim beriman bahwa Allah memiliki para Malaikat yang diciptakan untuk taat kepada-Nya disifati bahwa mereka adalah para hamba yang dimulyakan, tidak mendahului perkataan-Nya dan melakukan apa yang diperintahkannya. Firman-Nya:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
الأنبياء/ 28
“Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” QS. Al-Anbiya’: 28.
Mereka itu banyak jenisnya, diantara mereka ada yang mewakilnya membawa Arsy (Allah). diantara mereka ada sebagai penjaga surga dan neraka. Diantara mereka yang diwakilkan untuk menjaga amalan para hamba. Dan kita beriman secara terperinci dengan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya beri nama kepada mereka diantaranya Jibril, Mikail, Malaikat penunggu neraka, Isrofil yang diwakilkan untuk meniup sangkakala. Dimana telah disebutkan hal itu dalam hadits-hadits yang shoheh. Telah ada ketetapan yang shoheh dari Aisyah radhiallahu’anha sesungguhnya Nabi sallallahualaihi wa sallam bersabda:
خُلقت الملائكة من نور ، وخُلق الجان من مارج من نار ، وخُلق آدم مما وصف لكم أخرجه مسلم في صحيحه
“Para Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifati untuk kalian semua. Dikeluarkan oleh Muslim dalam shohehnya.
- Beriman terhadap kitab-kitab. Harus beriman secara global bahwa Allah subhanahu telah menurunkan kitab kepada para nabi dan Rasul-Nya untuk menjelaskan hak-Nya dan berdakwah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
الآية الحديد/ 25
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” QS. AL-Hadid: 25.
Dan kita beriman dengan secara terperinci dengan apa yang telah Allah berikan nama seperti Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an Al-Karim adalah yang paling mulia dan yang menjadi penutupnya serta ia yang menguasai atas semuanya. Dan membenarkannya. Dimana ia yang seharusnya semua umat mengikutinya dan berhukum dengannya. Disertai apa yang shoheh dari sunnah dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam karena Allah subhanahu telah mengutus utusan-Nya Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam menjadi seorang utusan untuk semuanya baik jin maupun manusia. Dan menurunkan kepadanya Al-Qur’an ini untuk berhukum diantara mereka dan menjadikannya sebagai obat dalam dada. Serta menjelaskan segala sesuatu serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman. Sebagaimana Firman Allah ta’ala:
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
الأنعام/155
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.QS. Al-An’am: 155
- Beriman kepada para Rasul, harus beriman kepada para Rasul secara global dan terperinci. Maka kita beriman bahwa Allah subhanahu mengutus kepada para hamba-Nya seorang utusan dari kalangan mereka untuk memberikan kabar gembira dan peringatan serta berdakwah kepada kebenaran. Siapa yang mengikutinya, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dan siapa yang menyalahinya, maka dia akan rugi dan menyesal. Dan (Rasul) yang terakhir serta yang paling mulia adalah nabi kita Muhammad bin Abdullah sallallahu’alaihih wa sallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
النحل/ 36
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” QS. An-Nahl: 36.
Siapa yang telah Allah berikan nama diantara mereka atau telah ada ketetapan dari Rasulullah penamaannya, maka kita mengimaninya dengan cara terperinci dan penentuannya seperti Nuh, Hud, Sholeh, Ibrohim, dan nabi lainnya semoga Allah limpahkan kepada mereka dan kepada Nabi kita shalawat yang terbaik dan salam yang terindah.
- Beriman dengan hari akhir (kiamat), sementara beriman dengan hari akhir maka masuk di dalamya semua apa yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya sallallahu’alaihi wa sallam apa yang terjadi setelah kematian, seperti fitnah kubur dan siksa dan kenikmatannya. Dan apa yang terjadi pada hari kiamat dari kegentingan dan kesulitannya. Jembatan, timbangan, hisab dan balasan serta lembaran yang bertebaran diantara manusia. Maka ada yang mengambil dengan tangan kanan dan ada yang mengambil dengan tangan kiri atau dari belakang punggungnya.termasuk dalam hal itu juga beriman dengan telaga yang disediakan untuk nabi kita Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam. Beriman dengan surga dan neraka. Serta orang-orang mukmin yang melihat Tuhannya subhanahu. Dan berbicara dengannya. Dan selain dari itu yang telah ada dalam Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah yang shoheh dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam. Maka harus beriman dengan itu semuanya. Dan membenarkan seperti apa yang telah dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya sallahu ‘alaihis salam.
- Beriman dengan takdir, sementara beriman dengan takdir itu mencakup berimana dengan empat hal: Ilmu, Tulisan, Penciptaan dan Kehendak. Silahkan melihat perinciannya dalam jawaban soal no. (34732) dan (49004 ) dan (20806).
- Termasuk beriman kepada Allah adalah keyakinan bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Dan tidak diperbolehkan menghukumi kafir kepada seorangpun dari kalangan umat Islam dengan suatu kemaksiatan selain dari kesyirikan dan kekufuran. Seperti berzina, mencuri, makan riba, minum yang memabukkan, durhaka kepada kedua orang tua dan dosa-dosa besar lainnya. Selagi dia tidak menghalalkan hal itu. Berdasarkan firman Allah ta’ala:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
النساء/ 48
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” QS. An-Nisa’: 48.
Dan apa yang ada ketetapan dalam hadits mutawatir dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bahwa Allah akan mengeluarkan orang dari neraka yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari keimanan.
- Termasuk beriman kepada Allah adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, berloyalitas karena Allah dan memusuhi karena Allah. maka seorang mukmin mencintai orang-orang mukmin, memberikan loyalitas kepadanya serta membenci orang-orang kafir dan memusuhinya.
Yang pertama kali dari kalangan orang-orang mukmin dari umat ini adalah para shahabat Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam. Maka ahlus sunnah wal jama’aah mencintai mereka dan memberikan loyalitas kepadanya. Meyakini bahwa mereka adalah orang terbaik setelah para Nabi berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam :
خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم متفق على صحته
“Orang yang terbaik adalah pada masaku kemudian masa setelahnya kemudian masa setelahnya. Muttafaq akan keshohehannya.
Mereka meyakini yang terbaik diantara mereka adalah Abu Bakar As-Siddiq, kemudian Umar Al-Faruq, kemudian Utsman pemilih dua cahaya (Dzun nuraini) kemudian Ali yang diridhoi (Al-Murtadho) radhiallahu’anhum ajma’in. setelah mereka adalah 10 orang yang dijamin masuk surga kemudian sisa shahabat lainnya radhiallahu’anhum ajma’in. dan menahan diri dari apa yang mereka perselisihkan diantara mereka. Meyakini bahwa mereka semua berijtihad. Siapa yang benar maka akan mendapatkan dua pahala, dan yang salah akan mendapatkan satu pahala. Mencintai keluarga Rasulullah sallallahu’aliahi wa sallam yang telah beriman dikalangan mereka serta memberikan loyalitas kepada mereka dan memberikan loyalitas kepada para istri Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam para ummahat mukminin dan memberikan keredoan kepada mereka semuanya.
Berlepas diri dari metode orang Rofidoh yang membenci dan mencaci para shahabat Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam. Mereka berlebih-lebihan terhadap keluarga Nabi, mereka memberikan penghormatan melebihi dari penghormatan yang Allah turunkan kepada mereka. Sebagimana berlepas diri dari kalangan Nasibah yang menyakiti keluarga Nabi baik berupa ucapan maupun perbuatan.
- Semua apa yang telah kami sebutkan itu adalah aqidah yang benar dimana Allah mengutus Rasul-Nya Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam. Ia adalah aqidah Kelompok yang diselamatkan (Firqoh an-Najiyah), ahlus sunnah wal jama’ah dimana Nabi sallalahu’alaihi wa sallam bersabda di dalamnya:
لا تزال طائفة من أمتي على الحق منصورة لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله سبحانه
“Ada sekelompok dari umatku senantiasa adalah dalam kebenaran yang ditolong dan tidak ada yang bisa mencelaikanya orang yang membiarknkannya sampai akan datang urusan Allah subhanhu.
Dan Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة ، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة ، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة ، فقال الصحابة : من هي يا رسول الله ؟ قال : من كان على مثل ما أنا عليه وأصحابي
“Orang Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, dan orang Kresten akan berpecah belah menjadi 72 golongan. Dan umat ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu (golongan). Maka para shahabat bertanya,”Siapa golongan itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab,”Orang yang seperti diriku (mengikut sunahku) dan apa yang dilakukan oleh para shahabatku.
Yaitu aqidah yang harus dipegangnya dan komitmen dengannya serta berhati-hati dari penyimpangannya.
- Sementara orang yang menyimpang dari aqidah ini yng berjalan kebalikannya, mereka itu banyak kelompoknya, diantarnya para penyembah berhala, patung, para malaikat, para wali, jin, pepohonan, bebatuan dan lainnya. Mereka semuanya tidak memenuhi seruan (ajakan) para rasul, bahkan mereka menyalahinya, dan membangkangnya. Sebagimana yang dilakukan oleh orang Quraisy dan kelompok-kelompok arab dengan Nabi kita Muhammad sallallhu’aliahi wa sallam. Dimana mereka dahulu meminta kepada sesembahannya untuk memenuhi kebutuhan, menyembuhkan orang yang sakit, menolong dari musuh-musuh. Mereka menyembelih untuknya, ketika Rasul sallallhu’alihi wa sallam mengingkarinya akan hal itu, dan memerintahkan mereka untuk ikhlas beribadah hanya kepad Allah semata, mereka heran dan mengingkarinya seraya mengatakan :
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهاً وَاحِداً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
ص/ 5
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” QS. S-Shd: 5.
Kemudian kondisinya berubah, dan kebodohan lebih dominan pada kebanyakan orang sampai mayoritas kembali kepada agama jahiliyah, dengan berlebih-lebihan kepada para Nabi, para wali, berdao kepadanya, meminta pertolongan dengannya. Dan berbagai macam kesyirikan. Mereka tidak mengetahui arti ‘lailaha illah’ sebagimana yang telah diketahui oleh orang kafir arab. Kesyirikan ini menyebar diantara manusia pada zaman kita sekarang disebabkan oleh banyknya kebodohan, dan jauhnya dari masa kenabian.
- Diantara aqidah kekufuran lawan dari aqidah yang benar serta menyimpang dari apa yang dibawa oleh para Rasul alaihimus salam, apa yng diyakini oleh ‘Markus’ Lenin’ dan selain dari keduanya dari para penyeruh ateisme dan kekufuran. Baik mereka namakan ‘atheis masa kontemporer ini’ dari para pengikut sosialis atau komunis atau Ba’tsiyah atau dengan selain dari nama-nama itu. Karena diantara pokok dari para atheisme itu bahwa tidak ada Tuhan, dan kehidupan itu materi semata, dan diantara pokok (keyakinan) mereka adalah mengingkari hari kebangkitan, mengingkari surga dan neraka. Dan mengingkri semua agama. Siapa yang melihat pada kitab-kitab mereka dan mempelajari yang ada pada mereka, akan diketahui dengan penuh keyakinan, dan tidak ragu bahwa aqidah ini bertolak belakang dengan semua agama langit, dan menjerumuskan pelakunya kepada akibat terjelek di dunia dan di akhirat.
- Diantara aqidah yang bertolak belakang dengan kebenaran adalah apa yang diyakini oleh sebagian kelompok Kebatinan, dan sebagian orang Sufiyah dimana sebagian mereka yang dinamakan dengan para wali. Ikut serta dalam mengatur, dan mengarahkan urusan alam, mereka menamakan para Qutub, dan autad serta agwas dan nama-nama lainnya. Yang mereka buat untuk para walinya. Dan hal ini termasuk bentuk kesyirikan yang paling jelek dalam syirik Rububiyah. Hal ini lebih jelek dibandingkan dengan syirik Jahiliyah arab. Karena orang-orang kafir arab tidak menyekutukan dalam Rububiyah. Cuma mereka menyekutukan dalam beribadah. Dimana mereka melakukan kesyirikan dalam kondisi lapang. Sementara kalau dalam kondisi kesulitan, maka mereka ikhlas dalam beribadah kepada Allah sebagaimana Firman-Nya:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
العنكبوت/ 65
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).QS. l-nkbut: 65
Sementara Rububiyah, mereka mengakui milik Allah semata. Sebagaimana Firman Allah:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
الزخرف/ 87
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah",QS. aZ-Zukhruf: 87.
Dan Firman-Nya:
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
يونس /31
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" QS. Yunus: 31
Yang semakna dengan hal ini banyak sekali.
- Dintara aqidah yang berlawanan dengn aqidah yang benar dalam bab asma’ dan sifat adalah aqidah pelaku bid’ah dari kalangan ‘Jahmiyah, Mu’tazilah dan orang yang mengikuti jalanny dalam meniadkan sifat-sifat Allah azza wajallah. Dan menghilangkan Allah dari sifat yang sempurna. Dan memberikn sifat Allah azza wajallah dengan sifat yang tidak ada, sesuatu benda beku, dan yang mustahil, dan Allah jauh sekali dari ucapan mereka dengan sejauh-jauhnya.
Termasuk dalam hal itu adalah menafikan sebagian sifat dan menetapkan sebagian lainnya seperti asy’ari, maka mengharuskan apa yang mereka tetapkan dari sifat-sifat semacam apa yng mereka lari darinya dari sifat-sifat yang mereka nafikan dan mentakwilkan dalil-dalilnya. Maka mereka menyelisihi hal itu dari dalil sam’iyyah (Qur’an dan Hadits), logika, dan mereka bertolak belakang akan hal itu dengan jelas sekali.
Diringkas dari tulisan ‘al-aqidah as-Sohihah wa ma Yudhoduh’ karangan Syekh abdul aziz bin Baz rahimhullah.
Wallhua’lam