Selasa 11 Jumadil Ula 1446 - 12 November 2024
Indonesian

Kebutuhan Manusai Terhadap Para Rasul

Pertanyaan

Apa kebutuhan manusia terhadap para nabi?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Para Nabi adalah utusan Allah Ta’aa kepada para hamba-Nya menyampaikan kepada mereka perintah-perintah-Nya. Dan memberikan kabar gembira yang telah Allah siapkan mereka kenikmatan bagi orang yang mentaati perintah-Nya dan memberi peringatan kepada mereka dari siksaan yang tetap kalau mereka menyalahi larangan-Nya. Dan mereka juga menceritakan cerita-cerita umat terdahulu dan apa yang menimpa mereka dari siksaan di dunia disebabkan menyalahi perintah Tuhannya.

Perintah dan larangan ilahi ini tidak mungkin hanya akal saja untuk mengetahuinya. Oleh karena itu Allah memberikan syariat dan mewajibkan perintah-perintah dan larangan-laranganya. Sebagai bentuk penghargaan kepada keturunan manusia dan penghormatan kepada mereka dalam rangka menjaga kemaslahatannya. Karena manusia terkadang terseret pada syahwatnya sehingga terjerumus pada sesuatu yang diharamkan dan melampai batas kepada manusia sehingga mengambil hak-hak mereka.

Maka di antara hikmah nan tinggi Allah mengutus kepada mereka dari satu waktu ke waktu seorang utusan untuk mengingatkan perintah-perintah allah dan memberi peringatan jangan sampai terjatuh kepada kemaksiatan. Membacakan kepada mereka nasehat-nasehat untuk mengingatkan mereka kabar umat terdahulu. Karena kabar yang menakjubkan kalau masuk ketelinga, dan dan makna yang agung dapat membangkitkan pikiran. Berikutnya akan menjadi panduang bagi akal, maka akan bertambah ilmunya, dan benar pemahamannya. Orang yang paling banyak yang mendengar berita, maka dia yang paling banyak lintasan pikiran, yang paling banyak lintasan pikiran, dia yang paling banyak berfikir, yang paling banyak berfikir, dia yang paling banyak ilmunya,  yang paling bayak ilmunya, dia yang paling banyak amalnya. Maka tidak ada pilihan lain yang dapat mengganti diutusnya para Rasul.  (A’lamun nubuwwah, karangan Ali bin Muhammad Al-Mawardi hal . 33)

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah–Ahmad bin Abdul Halim bin Abdussalam yang terkenal dengan Ibnu Taimiyah, lahir tahun 661 H dan wafat tahun 728 H, beliau termasuk salah seorang ulama Islam besar mempunyai banyak tulisan nan berharga. Dia berkata, “Risalah kenabian sangat mendesak untuk memperbaiki seorang seorang  hamba baik di dunia maupun akhirat. Tidak ada kebaikan di akhirat kecuali dengan mengikuti risalah. Begitu juga tidak ada kebaikan di kehidupan dunia kecuali dengan mengikuti risalah.  Maka manusia sangat membutuhkan syariat karena dia berada di antara dua gerak; gerak yang dapat mendatangkan manfaat dan gerak yang mencelakannya. Maka risalah kenabian adalah cahaya di muka bumi dan keadilan  di antara hamba-hambanya serta benteng, siapa yang masuk dia menjadi aman.

Maksud dari syariat bukan sekedar membedakan antara yang bermanfaat dan yang mencelakai dari secara iderawi saja, karena hal itu bisa dilakkan oleh hewan. Keledai dan unta dapat membedakan dan memilah antara gandum dan debu. Bahkan maksudnya adalah dapat membedakan antara prilaku yang dapat mencelakai pelakunya di kehidupan dunia dan akhiratnya. Dengan prilaku yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhiratnya. Seperti manfaat iman, tauhid, keadilan, kebaikan, kebajikan, amanah, iffah (manjaga diri), keberanian, ilmu, kesabaran, memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran, menyambung kekerabatan, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada tetangga, menunaikan hak-hak, ikhlas beramal karena Allah, bertawakal kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, ridho terhadap dari kondisi dan takdirnya, berserah sepenuhnya akan hikmahnya, membenarkan dan mengakui para Utusannya dari semua apa yang mereka kabarkan dan selain itu yang bisa memberikan manfaat dan kebaikan seorang hamba di dunia dan akhiratnya. Kebalikan dari itu akan mendapatkan kesengsaraan dan kemudhorotan di dunia dan akhiratnya.

Kalau bukan karena risalah, maka akal tidak akan mendapatkan petunjuk terkait perincian manafaat dan yang membahayakan di kehidupannya. Di antara kenikmatan Allah yang sangat agung terhadap hamba-Nya dan yang paling mulia kenikmatan atas mereka adalah (Allah) mengutus para utusan kepada mereka. Menurunkan kitab-kitabnya, menjelaskan kepada mereka jalan yang lurus. Kalau bukan itu, maka mereka posisinya seperti hewan piaraan dan kondisi yang terjelek.

Siapa yang menerima Risalah Allah dan konsisten atasnya, maka dia termasuk makhluk terbaik. Siapa yang menolaknya dan keluar darinya, maka dia termasuk makhluk terburuk. Lebih buruk kedudukannya dibandingkan dengan anjing, babi dan lebih hina dari semua yang hina. Tidak akan tetap ada di muka bumi ini kecuali dengan dampak adanya risalah yang ada di antara mereka. Kalau pengaruh Risalah telah hilang di muka bumi dan hidayah (petunjuk) tertutupi tanda-tanda, maka Allah akan menghancurkan alam dari atas dan bawah dan terjadilah hari kiamat.

Kebutuhan penduduk bumi kepada Rasul tidak seperti kebutuhan mereka terhadap matahari, bulan, angin, hujan. Tidak juga seperti kebutuhan orang terhadap kehidupan, tidak seperti kebutuhan mata kepada sinar. Kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman bahkan lebih besar dari itu, bahkan kebutuhannya melebihi dari semua apa yang diperkirakan dan yang terlintas dalam pikiran.

Maka seorang Rasul alaihimus salam adalah perantara antara Allah dengan makhluknya dalam perintah dan larangannya. Mereka adalah utusan (Allah) dan hambanya. Pamungkasan para nabi, pemimpinnya yang paling mulia di hadapan Tuhannya adalah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam ajmain. Maka Allah mengutusnya sebagai rahmat seluruh alam dan sebagai hujjah bagi orang-orang yang mendapatinya. Juga sebagai hujjah terhadap seluruh makhluk semuanya.

Maka diwajibkan kepada para hambanya untuk mentaatinya, mencintai dan menghormati serta membantunya serta menunaikan hak-haknya. Berjanji setia dan kuat dengan beriman kepadanya dan mengikuti semua para Nabi dan Rasul. Memerintahkan pengikutinya orang-orang mukmin untuk berpegang teguh dengannya. Sebab beliau di utus dalam rangka memberi kabar gembira dan peringatan. Menyeruh kepada Allah dengan izinnya dan penuh terang benderang. Maka di akhiri risalahnya, memberi petunjuk dari kesesatan, mengajarkan dari kebodohan, dengan risalahnya dapat membuka mata yang buta, telinga yang tuli, serta hati yang tertutup. Maka dengan risalahnya bumi menjadi terang benderang setelah kegelapan. Menyatukan hati setelah bercerai berai, meluruskan agama yang bengkok, menjelaskan dengan penuh hujjah yang putih. Membuka hatinya dan menghilangkan kesalahannya, Namanya beliau diagungkan. Adapun orang yang menyalahi perintahnya menjadi kecil dan hina.

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam diutus ketika terjadi kekosongan dari para rasul, dan pelajaran dari kitab-kitab. Ketika kalimat-kalimat telah diselewengkan. Syariat-syariat diganti, setiap kaum menyandarkan kepada kezaliman pendapatnya dan menghukumi Allah di antara hambanya dengan perkataan yang rusak serta hawa nafsunya. Maka Allah memberikan petunjuk kepada semua makhluk, menjelaskan jalannya, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya (Islam), membedakan antara orang baik dan orang jelek. Siapa yang mengambil petunjuknya, maka dia akan mendapat petunjuk. Dan siapa yang melenceng dari petunjuknya, maka dia akan tersesat dan melampau batas.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada seluruh Rasul dan Nabi.

(Qoidah Fi Wujubil-I’tishom Birrisalah karangan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juz. 19 hal. 99 – 102. Dari Majmu’ Fatawa. Silahkan melihat kitab ‘Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyyah juz. 2 hal. 216, 236)

Kita dapat menyimpulkan kebutuhan manusia terhadap risalah berikut ini:

  1. Manusia adalah makhluk yang diciptakan, maka dia harus mengenal Penciptanya dan mengenal apa yang diinginkan darinya serta kenapa diciptakan. Seseorang tidak mungkin mengenal itu dengan sendirinya dan tidak ada jalan kepadanya kecuali dengan cara mengenal para Nabi dan Rasul dan mengenal apa yang mereka bawa berupa petunjuk dan cahaya
  2. Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Makanan jasad adalah yang mudah dari makan dan minuman. Sementara makanan ruh adalah apa yang telah ditetapkan oleh yang menciptakannya. Yaitu agama yang benar dan amal sholeh. Para Nabi serta Rasul datang membawa agama yang benar dan menunjukkan amal saleh
  3. Manusia itu beragama sesuai fitrahnya, maka dia harus beragama yang dia anut. Dan agama ini harus benar. Tidak ada jalan menuju agama yang benar kecuali dengan beriman kepada para Nabi dan Rasul serta beriman dengan apa yang mereka bawa.
  4. Manusia membutuhkan jalan yang menghantarkan kepada keridhaan Allah di dunia dan menuju ke surga dan kenikmatannya di alam akhirat kelak. Jalan untuk itu semua tidak ada yang dapat menunjukkan kepadanya kecuali para Nabi dan Para Rasul
  5. Sesungguhnya manusia itu lemah pada dirinya dan terancam oleh banyak musuh, baik dari setan yang ingin menyesatkan, teman buruk yang menghiasi keburukan. Nafsu yang mengajak kejelekan oleh karena itu dia membutuhkan apa yang dapat menjaga dirinya dari tipu daya musuh-musuhnya. Dan para Nabi dan Rasul menunjukkan akan hal itu dan menjelaskan dengan sangat gambling.
  6. Manusian itu makhluk sosial dan berkumpul dengan makhluk lainnya serta berinteraksi dengan mereka. Maka harus ada syariat agar manusia dapat menjaga keadilan. Kalau tidak maka kehidupan mereka mirip dengan kehidupan di hutan. Syariat menjadikan semua hak kepada pemiliknya tanpa berlebihan atau berkurang. Tidak ada yang dapat mendatangkan syariat secara sempurna kecuali para Nabi dan Rasul.
  7. Manusia membutuhkan ketenangan dan keamanan jiwa dan menunjukkan kepada sebab-sebab kebahagiaan yang sebenarnya. Hal ini yang ditunjukkan oleh para Nabi dan para Rasul.

Refrensi: Dari kitab Prinsip-prinsip Islam karangan Dr. Muhammad bin Abdullah bin Sjoleh As-Suhaim