Alhamdulillah.
Pertama:
Abu Dawud (5096) meriwayatkan dari jalan Syuraikh bin Ubaid dari Abu Malik Al-Asy’ary berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallalm bersabda:
إِذَا وَلَجَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَوْلَجِ ، وَخَيْرَ الْمَخْرَجِ ، بِسْمِ اللَّهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ
“Kalau seseorang masuk rumahnya, hendaklah dia berdoa seraya mengatakan “Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu kebaikan tempat masuk dan kebaikan tempat keluar. Dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar. Hanya kepada Allah Tuhan kami dan kami bertawakal. Kemudian memberi salam kepada keluarganya.
Hadits ini lemah, karena ada keterputusan antara Syuraih bin Ubaid dan Abu Malik radhiallahu anhu. Abu Hatim mengomentari, “Syuraih bin Ubaid dari Abu Malik Al-Asy’ary itu mursal (Terputus antara tabiin dengan shahabat). Tahzib, (4/329).
Dahulu Syekh Albani menshohehkan hadits ini, ketika jelas bagi beliau ada keterputusan, maka beliau menghukumi lemah (dhoif). Beliau rahimahullah mengatakan, “Dahulu saya sebutkan hadits ini di ‘Shohehah’ dengan no. 225. Kemudian sebagian murid-murid – saya ucapkan terima kasih- telah memberikan peninjauan ulang pada diriku bahwa di dalamnya ada keterputusan (sanad) antara Syuraih dan Abu Malik. Saya ingatkan hal itu pada hadits lain. dimana saya juga menguatkan hadits yang disebutkan tadi dalam ‘Shohehah’ dengan no. 1502. Maha suci Allah yang tidak sesat dan tidak lupa. Saya memohon kepada Allah agar tidak menghukum saya di dunia dan di akhirat. Yang menjadi patokan utama dalam hal itu adalah perkataan Ibnu Abi Hatim dalam kitab ‘Marosil hal. 60-61 dari ayahnya, “Syuraih bin Ubaid Hadromi tidak mendapatkan Abu Umamah, Harits bin Harits dan Miqdam. Sementara dia dari Abu Malik Al-Asy’ari itu mursal (terputus). Hal itu dikuatkan Al-‘Allai dalam ‘Jami’ Tahsil, (237/283).
Perkataan seperti itu yang dikatakan oleh Muhammad bin Auf ketika ada orang yang bertanya kepadanya, “Apakah Syuraih mendengarkan salah seorang shahabat Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Beliau mengatakan, “Saya kira tidak (mendengarkan). Karena dia tidak mengatakan apapun tentang hal itu. Saya mendengar dia terpercaya. Sebagaimana dalam ‘Tahzib’. Selesai dengan ringkasan dari ‘Silsilah Ahadits Dhoifah, (12/731-732).
Meskipun begitu, hadits ini telah dihasankan tidak hanya seorang dari kalangan ahli ilmu seperti Ibnu Muflih dalam ‘Adab Syariyyah, (1/400), Syekh Ibnu Baz dalam fatawanya, (26/35). Siapa yang mengambil pendapat menghasankan hadits dan mengamalkannya, tidak boleh diingkarinya. Karena menshohehkan atau melemahkan dalam perkara seperti ini adalah termasuk masalah ijtihad. Dimana masing-masing ada yang mengatakan dari kalangan ahli ilmu. Meskipun yang kuat dalam hadits itu adalah lemah. Seperti itu juga kalau mengamalkan hadits dimana kedudukan hadits tidak terlalu lemah. Atau menunjukkan ada asalnya terkait hadits keutamaan zikir kepada Allah ketika memasuki rumah. Itulah alasan dan uzur syar’I yang layak. Silahkan melihat jawaban soal no, 44877.
Kedua:
Yang telah ada ketetapan dalam sunah, dan perkataan ahli ilmu. Dengan mengucapkan nama Allah ketika masuk dan mengingat Allah kemudian memberi salam meskipun tidak ada seorangpun dalam rumah. Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dianjurkan ketika memasuki rumah mengucapkan ‘Bismillah’, memperbanyak zikir kepada Allah. dan memberi salam baik di dalam rumah ada orang atau tidak. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
فإذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتاً فَسَلِّمُوا على أنْفُسِكُمُ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
النور 61 " انتهى من "الأذكار" (ص 23
“Hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” QS. AN-Nur: 61
Selesai dari ‘Al-Qur’anAzkar, hal. 23.
Telah ada dalam ‘Mausuah Fiqhiyyah, (8/92), “Para ulama fikih telah bersepakat, bahwa membaca bismillah itu dianjurkan untuk setiap perbuatan yang sering dilakukan. Baik itu ibadah maupun lainnya. Selesai silahkan melihat ‘Tafsir Ibnu Katsir, (1/120).
Telah diriwayatkan Muslim dalam shohehnya, (2018) dari Jabir bin Abdillah bahwa beliau mendengar Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
“Kalau seseorang memasuki rumahnya dan berzikir kepada Allah ketika masuk dan makan, maka syetan mengatakan, “Kamu semua tidak mempunyai tempat tidur malam dan tidak ada makan malam. Kalau seseorang masuk dan tidak berzikir kepada Allah ketika memasukinya, maka syetan mengatakan, “Kamu semua mendapatkan tempat tidur malam. Kalau dia tidak berzikir ketika makan, dia mengatakan, “Kamu semua mendapatkan tempat tidur dan makan malam.”
Qori rahimahullah dalam ‘Mirqotul Mafatih, (7/2693) mengatakan, ”Qodi mengatakan, “Yang diajak bicara adalah teman-temannya. Maksudnya tidak ada bagian dan kesempatan untuk kamu semua malam ini dari pemilik rumah ini. Karena mereka telah membentengi diri dan makanannya dari kamu semua. Realisasi akan hal itu adalah bahwa syetan telah mempergunakan kesempatan manusia ketika lalai dan lupa mengingat Allah. kalau seseorang itu sigap dan senantiasa zikir kepada Allah dalam kondisinya secara umum, maka syetan tidak akan mampu menggoda bahkan dia akan berputus asa darinya. Selesai
Silahkan untuk tambahan bisa melihat jawaban soal no. 20818 dan 77208.
Wallahu a’lam