Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

APA DALIL PEMBAGIAN TAUHID MENJADI TIGA BAGIAN

26338

Tanggal Tayang : 28-03-2012

Penampilan-penampilan : 56596

Pertanyaan

Terkait dengan pembagian tauhid menjadi tiga bagian, apakah ada dalil tentang hal itu?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pembagian ini disimpulkan berdasarkan kajian dan perenungan. Karena ketika para ulama mengkaji  nash-nash yang ada dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam, mereka melihat hal itu. Sebagian lain menambahkan macam yang keempat yaitu Tauhid Al-Mutaba’ah. Semuanya ini lewat sebuah kajian (istiqra).

Tidak diragukan lagi orang yang mentadaburi Al-Qur’an Al-Karim didapatkan ayat-ayat yang memerintahkan untuk ikhlas dalam beribadah kepada Allah semata, inilah Tauhid Uluhiyah. Lalu didapatkan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rizki dan Dia adalah Pengatur segala urusan, inilah Tauhid Rububiyah yang mana orang-orang musyrikin juga mengakuinya akan tetapi tidak masuk Islam. Sebagaimana juga didapatkan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Dia mempunyai nama-nama nan indah dan sifat nan mulya. Bahwa Dia tidak ada yang menyerupai dan tidak ada yang setara, inilah Tauhid Asma Wa sifat  yang diingkari oleh kelompok ahli bid’ah dari kalangan Jahmiyah, Muktazilah dan Musyabbihah serta orang yang mengikuti jalan mereka.

Terdapat juga ayat-ayat yang menunjukkan kewajiban mengikuti Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan menolak apa yang menyalahi syariat. Inilah Tauhid Mutaba’ah.  Pembagian ini diketahui setelah menggali ayat-ayat serta mendalami sunnah.

Di antaranya firman Allah subhanahu wa Ta'ala,

"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 4)

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 21)

"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 163)

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan." (QS. Adz-Dzariyat: 56-57)

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-A’raf: 54)

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.’ (QS. As-Syura: 11)

‘Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali Imran: 31)

"Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS. An-Nur: 54)

Dan ayat-ayat yang menunjukan pembagian tadi banyak sekali.

Di antara hadits, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Muaz radhiallahu’anhu yang disepakati keshahihannya oleh Bukhori, no. 2856 dan Muslim, no. 30.

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا ِبهِ شَيْئاً

“Hak Allah terhadap para hamba adalah disembah dan tidak disekutukan dengan apapun."

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ (رواه البخاري، رقم  4497 و مسلم، رقم 92)

“barangsiapa yang meninggal dunia dalam kondisi menyembah kepada selain Allah sebagai sekutu-Nya, maka dia akan masuk neraka." (HR. Bukhari, no. 4497 dan Muslim, no. 92)

Jawaban Beliau sallallahu’alaihi wa sallam kepada Jibril ketika ditanya tentang Islam, ‘Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sedikitpun juga, menunaikan shalat wajib, mengeluarkan kewajiban zakat." (Muttafaq alaihi; Bukhori, no. 50 dan Muslim, no. 9)

Sabda beliau sallallahu’alaihi wa sallam, ‘Barangsiapa mentaati diriku, maka dia telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang membangkang dariku, maka dia telah membangkang kepada Allah.’ (Muttafq  alaih; Bukhori, no. 2957, dan Muslim, no. 1835)

Sabda Beliau sallallahu’alaihi wa sallam, ‘Setiap umatku akan masuk surga kecuali orang yang tidak mau. Dikatakan, ‘Siapa yang tidak mau wahai Rasulullah? Beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang mentaatiku, akan masuk surga. Dan barangsiapa yang membangkangku, maka dia tidak mau.’ HR. Bukhori di shohehnya, 7280. Hadits dalam bab ini banyak sekali.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

"Al-Ilah adalah yang disembah dan yang ditaati. Karena al-ilah adalah yang disembah (Al-Ma’luh). Kata ‘Al-Ma’luh’ adalah yang berhak disembah. Berhak disembah karena Dia mempunyai sifat-sifat yang selayaknya paling dicintai dan paling ditaati."

Beliau juga berkata, "Sesungguhnya Tuhan adalah yang disenangi, disembah yang hati menyembahnya dengan penuh kesenangan, tunduk kepadanya dengan perasaan rendah, ditakuti, diharapkan, tempat mengadu dalam kondisi sulit, jika berkepentingan berdoa kepadanya, dalam kemaslahatan bertawakal kepadanya, kembali kepadanya dan tenang dengan mengingatnya, tenang dengan kecintaannya. Semua itu hanya boleh terhadap Allah semata. Oleh karena itu tidak ada tuhan melainkan Allah, yang paling jujur perkataannya. Sehingga orangnya adalah termasuk hamba Allah dan golongan-Nya. Orang yang mengingkarinya adalah yang mendapatkan murka dan kemarahan-Nya. Kalau dia jujur, maka semua masalah, kondisi dan perasaan akan benar. Tapi kalau sang hamba tidak jujur, maka kerusakan akan menyertainya pada ilmu dan amalannya.."

Kami berdoa kepada Allah agar umat Islam diberi taufik semuanya baik para penguasa maupun rakyat untuk menguasai agama dan konsisten di dalamnya, memberikan nasehat karena Allah untuk para hamba-Nya. Hati-hati dari penyimpangan itu. karena sesungguhnya Dia kekasih dan mampu akan hal itu. shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi, keluarga dan seluruh shahabatnya.

Refrensi: Silahkan lihat Majmu Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syekh Ibn Baz, 6/215