Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Melewati Miqat Tanpa Ihram Bagi Orang Yang Ingin Haji Dan Umrah

Pertanyaan

Seseorang datang dari negaranya ke Jedah, sedangkan dia berniat haji dan umrah. Akan tetapi dia tidak ihram dari miqat , tapi ihram dari airport Jedah. Apa hukumnya?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Syekh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menetapkan tempat-tempat khusus bagi orang yang hendak memulai ihram jika dia hendak melakukan haji dan umrah. Dia tidak boleh melewati tempat tersebut sebelum ihram. Karena melewatinya tanpa ihram, merupakan bentuk melampaui batas atas ketetapan Allah Ta’ala. Sedangkan Allah Ta’ala berfirman, 

ومن يتعد حدود الله فأولئك هم الظالمون (سورة البقرة: 229)

“Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” SQ. Al-Baqarah: 229

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

ومن يتعد حدود الله فقد ظلم نفسه (سورة الطلاق: 1)

“Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah. Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” SQ. At-Tolaq: 1

Dalam kitab Ash-Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim) dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi w sallam, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وقّت لأهل المدينة ذا الحليفة ، ولأهل الشام الجحفة ، ولأهل نجد قرن المنازل ، ولأهل اليمن يلملم ، وقال : هن لهن ولمن أتى عليهن من غير أهلهن لمن كان يريد الحج أو العمرة ، ومن كان دون ذلك فمهله من أهله ) رواه البخاري، رقم  1524  ومسلم، رقم 1181)

“Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menetapkan bagi penduduk Madinah Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam Al-Juhfah, bagi penduduk Najed, Qarnal Manazil, bagi penduduk Yaman, Yalamlam. Dia berkata, “Tempat-tempat itu untuk mereka (penduduk tersebut) dan siapa saja yang datang dari arah tersebut dari luar penduduk tempat tersebut, jika mereka hendak haji atau umrah. Siapa yang tinggalnya setelah itu (miqat) maka tempat ihramnya dari tempat keluarganya.” (HR. Bukhari, no. 1524 dan Muslim, 1181)

Terdapat juga dari riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مُهَلُّ أهل المدينة من ذي الحليفة ) رواه مسلم‘ رقم 1183)

 “Tempat ihram bagi penduduk Madinah adalah Dzulhulaifah.” (HR. Muslim, no. 1183)

Hadits ini berbentuk berita bermakna perintah. Disampaikan dalam bentuk berita untuk memastikan pengamalannya.

Dari Aisyah radhiallahu anha, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menetapkan miqat bagi penduduk Irak; Dzatu Irq (HR. Abu Daud, no. 1739, dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud, no. 1531)

Dalam shahih Bukhari, no. 1531, “Sesungguhnya penduduk Kufah dan Bashrah mendatangi Umar bin Khatab radhiallahu anhu, mereka berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menetapkan Qarn (Al manazil) sebagai miqat bagi penduduk Najed, sedangkan dia menyimpang jauh dari jalur kami, jika kami harus ke Qarnal Manazil, maka sulit bagi kami.’ Maka beliau berkata, ‘Perhatikan tempat yang sejajar (dengan miqat) dari jalur kalian.”

 Orang yang hendak haji atau umrah, jika dia melakukan ihram, harus dilakukan di miqat yang dia lewati, atau tempat yang sejajar dari miqat. Baik lewat darat, laut ataupun udara.

Jika dia melalui jalur darat, hendaknya dia singgah jika melewatinya atau melewati tempat yang sejajar dengan miqat, lalu dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang yang sedang ihram, seperti mandi, memakai wewangian dan mengganti dengan baju ihram. Lalu dia mulai ihram sebelum meninggalkan miqat.

Jika dia melewati laut, jika kapal lautnya berhenti pada posisi sejajar dengan miqat, hendaknya dia mandi, memakai wewangian dan memakai pakaian ihram saat berhenti, kemudian dia ihram sebelu kapal berangkat. Jika kapalnya tidak berhenti di tempat yang sejajar dengan miqat, hendaknya dia mandi dan memakai wewangian dan memakai kain ihram sebelum tiba di tempat yang sejajar dengan miqat, kemudian apabila telah tiba di tempat yang sejajar, hendaknya dia mulai ihram.

Jika datang melalui udara, hendaknya dia mandi sebelum naik pesawat, memakai wewangian dan memakai kain ihram sebelum sampai di tempat sejajar dengan miqat. Kemudian dia ihram sesaat sebelum tiba di tempat sejajar dengan miqat. Karena pesawat terbang cepat dan tidak ada kesempatan. Jika dia ihram sebelum miqat untuk kehati-hatian, maka tidak mengapa.

Refrensi: (Dalli Al-Akhtha Allati Yaqau Fiiha Al-Haj wal Mu’tamir)