Senin 24 Jumadil Ula 1446 - 25 November 2024
Indonesian

Apakah Islam merendahkan perempuan ?

Pertanyaan

Apa hukumnya menghina seorang wanita dan merendahkan derajatnya berdasarkan firman Allah ta’ala: (المال والبنون زينة الحياة الدنيا) (Uang dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia), dan firman-Nya: (وجعل لكم من أزواجكم بنين وحفدة) (menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu), dan firman-Nya: (أمدكم بأنعام وبنين) (Dia telah memberi kamu binatang-binatang ternak dan anak-anak), dan dari Sunnah (disebutkan) bahwa kami (kaum perempuan) adalah mayoritas penghuni Neraka ?, Dulu aku mencintai perempuan, dan aku menjadi takut memuji perempuan karena takut melanggar hukum (syariat) Allah ta’ala, hingga aku mulai merendahkah perempuan karena takut melanggar (bertentangan dengan) ayat. dan aku adalah seorang perempuan, meskipun aku mencintai keponakan-keponakanku yang perempuan dan senang duduk bersama mereka, aku berlindung kepada Allah, aku khawatir aku menganggap mereka sebagai perhiasan kehidupan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengkhususkan anak laki-laki saja. Apakah firman Allah ta’ala: (ولقد كرمنا بني آدم) (Dan Kami telah memuliakan anak Adam) termasuk didalamnya perempuan? Apakah anak keturunan (bani) mencakup kedua jenis kelamin? Atau apakah (kata) banin dan banun hanya mencakup laki-laki (tanpa perempuan) ?

Ringkasan Jawaban

1. Perempuan dalam Islam tidak direndahkan. 2. Apa yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an tentang anak laki-laki (banin) sebagai perhiasan adalah pernyataan tentang realitas manusia, dan tidak mengandung petunjuk tentang kebanggaan terhadap anak laki-laki dan mencintai mereka melebihi anak perempuan. 3. Merendahkan anak perempuan merupakan ciri masyarakat jahiliah (sebelum Islam), bukan ciri masyarakat Islam. 4. Allah memuliakan semua anak Adam yang mencakup perempuan dan laki-laki.

Alhamdulillah.

Saudari yang mulia, apa yang anda sebutkan dalam pertanyaan tentang menghina seorang wanita  dan merendahkan statusnya adalah sesuatu yang tidak benar:

Pertama:

Penjelasan al-Qur’an yang menggambarkan anak laki-laki (banin) sebagai perhiasan kehidupan.

Apa yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang menggambarkan anak laki-laki sebagai perhiasan adalah pernyataan tentang hakikat (realitas) manusia, dan bukan merupakan bentuk  perintah untuk itu. Menjadi kebiasaan di dalam majlis atau pertemuan-pertemuan bahwa setiap orang akan berbangga diri jika memiliki banyak anak laki-laki yang akan menolong dan mendukungnya. Maka Allah ta’ala menyadarkan orang-orang kafir akan nikmat yang besar ini yang harus mereka tanggapi dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan dengan mengingkarinya (kufur).

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

(النحل/72).

“Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar ?” (al-Nahl/72).

Dan firman Allah ta’ala:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً

(الكهف/46)

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (al-Kahfi/46).

Dan firman Allah ta’ala tentang seruan Hud alaihi salam kepada umatnya:

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ، وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ، أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ، وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ، إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

(الشعراء/131 – 135)

“Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. - Bertakwalah kepada (Allah) yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. - Dia (Allah) telah menganugerahkan hewan ternak dan anak-anak kepadamu. - (Dia juga menganugerahkan) kebun-kebun dan mata air. - Sesungguhnya aku takut bahwa kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.” (asy-Syu’ara/131-135).

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

 الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا  “(harta dan anak laki-laki adalah sebagai perhiasan kehidupan dunia ini)” penyebutan anak laki-laki tanpa anak perempuan, adalah dikarenakan sudah menjadi adat bahwa mereka hanya membanggakan anak laki-laki saja, sementara status anak perempuan pada masa jahiliyah (pra-Islam) adalah direndahkan dengan cara serendah-rendahnya, sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

“apabila salah seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah (sedih dan malu)” (an-Nahl/58).

artinya wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan hatinya penuh dengan kehinaan dan kemarahan karena rasa malu memiliki anak perempuan.

Dan firman Allah ta’ala  زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا  “perhiasan kehidupan dunia” artinya seseorang menghiasi kehidupannya dengan mempunyai banyak anak laki-laki, (jika demikian) anda akan dihargai sebagai pembesar suatu kaum, artinya saat anda menerima banyak tamu dan anda memiliki sepuluh anak laki-laki muda yang ikut menyambut para tamu, anda akan mendapati ini sebagai sesuatu yang sangat membahagiakan. Demikian juga ketika anda sedang menunggang kuda dan disekelilingmu ada para pemuda yang mengapitmu dari kanan, dari kiri, depan dan belakang, anda akan mendapati ini (merasa) seakan anda menemukan perhiasan yang sangat indah. Akhir kutipan dari “tafsir Surat Al-Kahfi”,(hlm. 78-79).

Intinya adalah; Ayat-ayat tersebut menjelaskan nikmat Allah atas hamba-hamba-Nya dan tidak memuat tuntunan untuk menyombongkan diri hanya mencintai anak laki-laki saja tanpa (mengecualikan) anak perempuan.

Kedua:

Kasih sayang terhadap anak perempuan dan bersikap baik kepada mereka adalah tuntunan yang diajarkan Islam

Wajib Seorang Muslim untuk menyanyangi anak-anak perempuanya, mencintai mereka dan bersikap baik kepada mereka, karena ini adalah perintah Syariah.

عن عَائِشَةَ، زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: "جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ تَسْأَلُنِي، فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ، فَأَعْطَيْتُهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَدَّثْتُهُ، فَقَالَ: (مَنْ يَلِي مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ شَيْئًا، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ رواه البخاري (5995)، ومسلم (2629).

Dari Aisyah, istri Nabi shallallahu alaihi wasallam, berkata, “Seorang wanita bersama dua anak perempuannya pernah datang kepadaku, dia meminta (makanan) kepadaku, namun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan melainkan satu buah kurma, kemudian aku memberikan kepadanya dan membagi untuk kedua anaknya. Setelah itu, wanita tersebut bangkit  lalu beranjak keluar, kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam datang dan aku pun memberitahukan peristiwa yang baru kualami. Beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu karena keberadaan anak-anak perempuannya lalu ia berlaku baik terhadap mereka maka mereka akan melindunginya dari api neraka’.” HR. Al-Bukhari (5995) dan Muslim (2629).

وعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ. - وَضَمَّ أَصَابِعَهُ -  رواه مسلم (2631).

Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “barang siapa menanggung dua anak perempuan hingga dewasa, pada hari akhir (kiamat) aku dan dia  (seperti dua jari) – dan belia menempelkan jari jari tanganya” HR. Muslim (2631)

Jabir Ibnu Abdullah, berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan, memberinya tempat tinggal, menyayanginya dan menanggungnya maka dia pasti mendapatkan syurga". (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; ada yang bertanya. Wahai Rasulullah, jika hanya dua? (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) menjawab, "Walau hanya dua". (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; maka sebagian kaum berpendapat: jika ada yang bertanya dengan hanya satu, maka beliau akan menjawabnya." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Al-Musnad” (22/150), dan disahkan oleh para pengulas Al-Musnad, dan disebutkan oleh Syekh Al-Albani dalam “Al-Silsilah Al-Sahihah” (6/397).

Dan Allah ta’ala telah memerintahkan kita untuk meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa ta’ala:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

(الأحزاب/21).

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”. Al-Ahzab/21.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyayangi dan mengasihi anak perempuanya.

Dari ummil mukminin Aisyah radhiyallau ‘anha berkata: “Suatu ketika kami para istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berkumpul dan berada di sisi beliau, dan tidak ada seorang pun yang tidak hadir saat itu. Lalu datanglah Fatimah 'alaiha salam dengan berjalan kaki. Demi Allah, cara berjalannya persis dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika melihatnya, beliau menyambutnya dengan mengucapkan: "Selamat datang hai puteriku!" Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau… HR. Al-Bukhari (6285) dan Muslim (2450).

Dalam riwayat At-Tirmidzi (3872) dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: "Saya tidak pernah melihat seorang pun yang menyerupai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baik pada kekhusyu'annya, perilakunya dan pendiriannya ketika berdiri maupun duduknya kecuali Fathimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Aisyah berkata; "(yaitu) apabila ia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau akan menyambutnya, menciumnya dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang beliau tempati,…

At-Tirmidzi berkata: “Ini adalah hadits hasan, shahih, dan gharib dari sudut pandang ini, dan hadits ini diriwayatkan melalui lebih dari satu riwayat dari Aisyah.”

وعَنِ المِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:  فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي، فَمَنْ أَغْضَبَهَا أَغْضَبَنِي  رواه البخاري (3714)، ومسلم (2449)

Dari Al-Miswar bin Makhramah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang membuat marah, maka dia telah membuatku marah.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3714 ) dan Muslim (2449).

Ketiga:

Merendahkan perempuan adalah praktik orang-orang jahiliyah (pra-Islam).

Merendahkan perempuan adalah praktik orang-orang jahiliyah dan bukan merupakan praktik dari umat Islam.

Ibnul Qayim rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ، أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

“Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (Asy-Syura/49-50).

Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa Allah telah menentukan takdir untuk memberikan anak kepada pasangan suami istri, Dia telah memberikannya kepada mereka, dan cukuplah bagi seorang hamba karena mendapat murka-Nya sehingga ia merasa tidak senang dengan apa yang telah diberikan kepadanya.

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala mulai dengan penyebutan perempuan (inas).

Maksudnya adalah bahwa rasa ketidakpuasan terhadap anak perempuan adalah perilaku orang-orang jahiliyah yang mendapatkan murka Allah dalam firman-Nya:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ، يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“apabila salah seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah (sedih dan malu). Dia bersembunyi dari orang banyak karena kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah, alangkah buruk (putusan) yang mereka tetapkan itu!” .

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang perempuan:

فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“..Jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak di dalamnya”.

Dan Demikian pula, bisa jadi bagi seorang hamba kebaikan dunia dan akhirat dari anak perempuan, dan adanya kebencian terhadap mereka (perempuan) sudah cukup baginya (seorang hamba) untuk membenci apa yang diridhai dan telah diberikan Allah kepadanya.

Shaleh bin Ahmad mengatakan: ketika ayahku memiliki anak perempuan, dia berkata: para Nabi adalah ayah-ayah dari anak-anak perempuan…

Yaqoub bin Bakhtan berkata: Tujuh anak perempuan telah lahir untukku,  setiap kali seorang anak perempuanku lahir, aku menemui Ahmed bin Hanbal, dan dia akan berkata kepadaku: Wahai Abu Yusuf! Para nabi adalah ayah dari anak perempuan. Perkataan beliau menghilangkan Kekhawatiran saya.” Akhir kutipan dari Tuhfat al-Mawdud (hlm. 24-31).

Allah ta’ala memerintahkan perlakuan yang adil di antara anak-anak.

Dari Al-Nu'man bin Bashir radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 اتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ  رواه البخاري (2587)، ومسلم (2587).

“Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adil lah di antara anak-anak kalian”. diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2587) dan Muslim (2587).

Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka setara, bahkan ketika mencium sekalipun. Jika mencium salah satu dari mereka, maka dia mencium anak-anaknya yang lain, baik laki-laki maupun perempuan.

Al-Tirmidzi rahimahullah berkata:

Hal ini berdasarkan pendapat sebagian ulama, mereka menganjurkan agar anak-anak (laki dan perempuan) tersebut mendapat perlakuan yang sama, bahkan ada di antara mereka yang berkata: Hendaknya ia menyamakan anak-anaknya bahkan dalam hal memberikan ciuman, dan ada pula yang mengatakan: Ia memperlakukan anak-anaknya secara setara dalam hal kebajikan dan pemberian. Akhir kutipan dari Sunan al-Tirmidzi (3/640).

Mencium anak laki-laki, mencintai mereka, dan bersikap baik kepada mereka, tetapi tidak terhadap anak perempuan, adalah termasuk perbuatan yang dzalim dan tidak mencerminkan perilaku adil.

Keempat:

Penjelasan maksud hadits: bahwa saya melihat kalian adalah mayoritas penghuni Neraka

Adapun pernyataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa wanita adalah mayoritas penghuni neraka, hal ini tidak ada kaitanya dengan tidak mencintai mereka, atau tidak menyukai kelahiran mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hadits ini kepada para sahabat wanita untuk mendorong mereka berbuat baik, dan bukan untuk mencela mereka.

Dalam hadits Abu Saeed Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, "Kenapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang menghilangkan akal seorang lelaki cerdas daripada kalian." Diriwayatkan oleh Bukhari (1462) dan Muslim (80).

Namun jika wanita melakukan amal shaleh, maka baginya dijanjikan surga sebagaiman halnya laki-laki.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا

(النساء /124).

“Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun”. An-Nisa/124

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

(النحل/97)

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” An-Nahl/97.

apakah kemulian yang diberikan Allah ta’ala kepada anak keturunan Adam termasuk perempuan ?

adapun firman Allah ta’ala:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

(الإسراء/70)

“Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” Al-Isra’/70.

Kemulian  (dalam ayat ini) termasuk untuk perempuan, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:   إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ  

“sesungguhnya wanita adalah saudara kandung laki-laki” diriwayatkan oleh Abu Dawud (236) dan Al-Tirmidzi (113), dan dikuatkan oleh Al-Albani dalam “Silsilah Al-Ahadits Al-Sahihah” (6/860).

Al-Khattabi radhiyallahu ‘anhu berkata: “dan sabdanya “sesungguhnya wanita adalah saudara kandung laki-laki” artinya mereka sederajat, dan setara dalam penciptaaan dan tabiatnya, seakan-akan mereka (para wanita) adalah belahan (bagian) dari laki-laki.”

وفيه من الفقه: إثبات القياس، وإلحاق حكم النظير بالنظير، وأن الخطاب إذا ورد بلفظ الذكور، كان خطابا للنساء، إلا مواضع الخصوص التي قامت أدلة التخصيص فيها" انتهى من "معالم السنن" (1 / 79).

Termasuk di dalamnya fikih: pembuktian analogi (qiyas), pelekatan hukum imbangan terhadap imbangannya, dan jika khitabnya diucapkan dalam bentuk laki-laki , maka itu juga ditujukan kepada perempuan, kecuali pada perkara-perkara tertentu yang telah terdapat bukti pengkhususanya. dari “Ma'alim al-Sunan” (1/79).

Fokus martabat (kemuliaan) dalam Islam adalah pada ketaqwaan , bukan pada jenis kelamin, barang siapa yang lebih bertakwa, maka dia lebih mulia di sisi Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

الحجرات/13

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” Al-Hujurat/13.

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: (قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ؟ قَالَ:  أَتْقَاهُمْ  رواه البخاري (3353)، ومسلم (2378).

Dari Abi Hurairah rashiyallahu ‘anhu: “dikatakan, wahai Rasulullah ! siapakah manusia yang paling mulia ?”, beliau menjawab: “yang paling bertawa di antara mereka.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3353), dan Muslim (2378).

Wallahu a’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam