Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

Kenapa Orang Bisa Mati Kelaparan Padahal Rezeki Itu Telah Ditentukan?

Pertanyaan

Kalau Allah telah menetapkan rezeki bagi seseorang, kenapa orang bisa mati kelaparan?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Al-Hamdulillah. Sesungguhnya Allah itu Maha Pemberi rezeki. Dia adalah sebaik-baiknya yang memberikan rezeki. Rezeki yang Allah berikan itu tidak terdorong oleh ketamakan seseorang dan tidak pula terhalangi oleh kebencian seseorang. Termasuk kebijaksanaan Allah untuk membeda-bedakan antara rezeki seorang hamba yang satu dengan yang lain, sebagaimana Allah juga membedakan bentuk tubuh dan akhlak mereka. Allah Ta'ala selalu membentangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Kuasa memperluas rezeki satu kaum, dan juga Mampu menyulitkan rezeki yang lain. Allah yang menjamin rezeki para hamba-Nya sesuai dengan ilmu Allah Yang Tak Berawal dan takdir-Nya. Allah telah menetapkan bahwa ada di antara hamba-hamba-Nya yang diperluas rezekinya, dan ada pula yang dipersempit oleh-Nya. Dalam hal itu, Allah memiliki hikmah yang dalam, tak bisa dicerna oleh akal. Di antara hikmah dalam perluasan dan penyempitan soal rezeki, adalah sebagai cobaan dari Allah kepada para hamba-Nya tersebut, melalui nikmat dan musibah. Allah berfirman:

"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata:"Rabbku telah memuliakanku" (Al-Fajr : 15)

Allah juga berfirman:

"Dan Kamipun mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan bagimu.."

Yakni bahwa hakihat persoalannya tidaklah sebagaimana yang diperkirakan oleh manusia. Bahkan tidak sekali-kali:

"Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:"Rabbku menghinakanku".

Segala kenikmatan dan kesempitan yang Allah berikan hanyalah sebagai cobaan semata, bukan sebagai penghormatan atau penghinaan. Dengan cobaan itu, akan tampak orang yang bersyukur dengan orang yang bersabar, atau kebalikannya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Refrensi: Jawaban ini dikirimkan kepada kami oleh Syaikh kami Abdurrahman Al-Barrak