Alhamdulillah.
Selayaknya anda wahai penanya, merasakan nikmat Allah kepada anda dengan diberi taufik agar bertaubat dan konsisten terhadap agama anda sebelum kematian datang dengan tiba-tiba. Maka perbesar syukur anda kepada Allah subhanahu wa ta’ala terhadap nikmat ini. Hal ini dan menjadikan anda semakin semangat dalam ketaatan.
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4836 dan Muslim, no. 2819 dari Mughirah bin Syu’bah berkata:
Nabi sallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak, dikatakan kepada beliau, "Allah telah mengampuni dosa anda kemudian dan masa lalu. Maka beliau bersabda
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَرَّمَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ : غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ : ( أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا )
"Tidakkah bolehkah Aku menjadi hamba yang pandai bersyukur."
Bagaimana jiwa anda ridha mengganti kebaikan dengan keburukan. Anda kembali lagi ke jalan awal setelah anda melewati satu putaran. Alangkah indahnya jika anda kembali ke jalan pertama kali saat istiqomah. Anda telah menyimpang dan menyerong dari jalan setelah Allah memberikan kenikmatan kepada anda berupa istiqomah (konsisten). Biasanya Nabi sallallahu’alaihi wa salam berlindung dari hal semacam ini.
Dalam shahih Muslim, no. 1343 dari Abdullah bin Sarjis berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَافَرَ يَتَعَوَّذُ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمُنْقَلَبِ ، وَالْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْنِ ، وَدَعْوَةِ الْمَظْلُومِ وَسُوءِ الْمَنْظَرِ فِي الْأَهْلِ وَالْمَال
وفي رواية النسائي (5498) وغيره : وَالْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْرِ
“Rasulullah sallallah alaihi wa sallam jika melakukan safar, beliau berlindung dari kepenatan safar dan kejelekan tempat kembali, dari keburukan setelah kebaikan, dari doanya orang yang terzalimi dan buruknya keadaan pada keluarga dan harta." (Dalam riwayat Nasa’i, no. 5498 dan lainnya dengan redaksi, "rusaknya suatu urusan setelah kebaikan.")
Allah ta’ala telah membuat perumpamaan dalam kitab yang Mulia bagi orang yang kembali kepada kondisi yang jelek, menghancurkan setelah apa yang dibangunnya dan berpaling dari jalan petunjuk. Perumpamaan tentang buruknya sikap yang dia pilih seperti itu serta memperingatkan hamba-Nya dari perbuatan tersebut, bahwa hal itu termasuk prilaku orang bodoh.
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ * وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu." (QS. An-Nahl: 91-92)
Syekh Ibnu Sa’dy rahimahullah mengatakan, "Hal ini mencakup semua janji seorang hamba kepada Tuhan-Nya baik berupa ibadah, nadzar, janji-janji yang telah dibuatnya, menunaikannya merupakan suatu kebaikan. Hal ini juga mencakup perjanjian antara dia dengan orang lain, seperti perjanjain di antara dua orang yang membuat kesepakatan. Jangan sampai terjadi ingkar janji lalu menjadi contoh yang terburuk menggambarkan kebodohan orang yang melakukannya. Hal itu seperti orang yang telah menenun dengan tenunan yang kuat, ketika telah berhasil dan hampir sempurna apa yang diinginkannya, kemudian dilepaskan sampai cerai berai, dia lelah-lelah memintalnya, namun kemudian diuraikan kembali. Tidak ada manfaat yang didapat kecuali hanya sekedar angan kosong dan kelelahan serta kebodohan akalnya dan kekurangan pikirannya. Begitu juga orang yang menginkari apa yang dia janjikan, maka dia termasuk orang yang zalim, bodoh, kurang agama dan kehormatannya." (hal. 447).
Maka bersegeralah bertaubat dari kondisi yang anda alami sekarang dan bersegerahlah untuk itu. Karena sesungguhnya meninggalkan shalat itu termasuk dosa dan maksiat yang besar kepada Allah Azza wajallah. Bahkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam menamakan orang yang meninggalkan shalat dengan kekufuran. Seraya bersabda:
العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر
“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Tirmizi, no. 2545 dan Ahmad serta selain dari keduanya dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yang mengherankan adalah bagaimana penanya mengatakan, Aku berusaha agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Kemudian menyebutkan setelah itu, dia banyak sekali meninggalkan shalat. Terus apa gambaran kemaksiatan baginya kalau begitu??!!
Sesungguhnya meninggalkan shalat termasuk dosa yang sangat besar dan berbahaya melebih dari semua kemaksiatan yang anda hindari kecuali kesyirikan kepada Allah ta’ala.
Maka bersegeralah bertaubat dan menyesal berabagai kemaksiatan yang telah lalu, sebelum datang waktu seseorang menyesal di saat sudah tidak bermanfaat lagi penyesalan itu. Adapun perkataan anda bahwa anda mempunyai beban tentang shalat dan merasakan belum terbebas dari beban itu. Ini termasuk hiasan syetan dan upayanya untuk menimbulkan rasa takut darinya. Anda sendiri membantu musuh anda terhadap diri anda jika anda meninggalkan kebaikan menjadikan lalu mengikat hati anda dengan angan-angan dan kemalasan. Lalu anda menjadi lemah semangat dan tidak punya keinginan kuat dalam melakukan kebaikan. Maka bersegeralah membuka ikatan dengan melakukan ketataan kepada Allah ta’ala, dan menjaga wudhu serta bersegera melakuakan shalat-shalat di awal waktu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ مَكَانَهَا عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَان
“Setan membuat ikatan di belakang kepala salah satu di antara kalian, ketika dia tidur terdapat tiga ikatan, setiap ikatan dipukulkan di tempatnya. Malam masih panjang, maka istirahatlah. Kalau dia bangun dan menyebut nama Allah, maka terbuka satu ikatan. Kalau dia berwudhu, akan terlepas satu ikatan lagi. Kalau dia shalat, maka akan terlepas semua ikatannya, sehingga pagi hari dia lalui dalam kondisi semangat jiwa yang baik. Kalau tidak, maka pagi hari kondisi jiwanya buruk dan penuh kemalasan. (HR. Bukhari, no. 3269 dan Muslim, no. 776).
Ibnu Abdul Bar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa setan itu dapat membuat seseorang lebih memilih tidur hingga semakin berat dan malas. Dia berusaha menimbulkan was-was dan kemampuan untuk menggoda dan menyesatkan sertai menghiasi kebatilan dan membantu terciptannya hal itu. Kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas.
Dalam hadits ini, menunjukkan bahwa berzikir dapat mengusir setan. Begitu juga wudhu dan shalat.” (At-Tamhid, 19/45).
Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa shalat itu sendiri dapat menjaga kesehatan tubuh dan dapat meluruhkan segala kotoran tubuh yang tak berguna, hal ini sangat bermanfaat. Selain itu juga dapat menjaga kesehatan keimanan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Begitu juga qiyamullail, termasuk sebab paling bermanfaat dalam menjaga kesehatan dan yang paling bagus dalam menangkal banyak penyakit kronis. Juga termasuk faktor penyemangat untuk tubuh, ruh dan hati sebagaimana yang ada dalam shahihain (dua kitab shahih).” Kemudian beliau menyebutkan hadits ini. (Zadul Ma’ad, 4/225).
Maka jangan lemah wahai hamba Allah di depan musuh anda, jangan berikan dia kesempatan melemahkan diri anda dan mohonlah bantuanlah kepada Allah dan jangan lemah. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi anda alaihis wa sallam. Ketahuilah bahwa "tipudaya syetan itu lemah." (QS. An-Nisaa: 76). Ketahulah bahwa shalat-shalat yang wajib itu ringan, seorang muslim tidak sampai susah payah dalam menunaikan dan menjaganya.
Sementara apa yang anda sebutkan dengan lemahnya semangat, bisa jadi sebabnya adalah kondisi teman-teman pergaulan anda. maka jagalah semampu mungkin untuk menghadiri majlis zikir dan ilmu serta berteman dengan orang-orang baik. Karena ibadah-ibadah itu akan menjadi mudah kepada jiwa ketika melihat seseorang yang dapat diteladani dan bisa membantunya. Seseorang terkadang dihadapkan pada kondisi semangat dan keinginanan besar melakukan kebaikan. Tapi pada kondisi lainnya semangatnya rendah. Akan tetapi jika dia alami kondisi tersebut jangan sampai membuatnya meninggalkan perkara wajib atau terjerumus pada sesuatu yang diharamkan. Dimana Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
"Sesungguhnya setiap amalan itu ada masa semangatnya. Dan setiap semangat ada masa masa jenuh (malas). Siapa yang ketika waktu semangatnya melakukan sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan siapa waktu jenuhnya melakukan selain itu, maka dia telah binasa." (HR. Ahmad, no. 6725 dishahihkan oleh Al-Albani di shahih Jami no. 2151)
Oleh karena itu, nasehat untuk anda wahai saudaraku yang mulia, hendaknya anda membuat program yang tetap untuk diri anda dan jangan keluar dari kegiatan itu, yaitu yang mencakup kewajiban-kewajiban, sunah-sunah yang ditekankan. Kalau pada beberapa kesempatan anda tambah, hal itu merupakan kebaikan yang bertambah di atas kebaikan. Kalau berkurang, maka usahakan jangan sampai berkurang dari melakukan yang wajib.
Adapun mengenai shalat-shalat yang anda tinggalkan, jika terlewat karena ketiduran, anda tidak berdosa tapi anda harus mengqadhanya. Sedangkan jika terlewat tanpa uzur, maksudnya karena malas melaksanakannya sampai keluar waktunya, maka anda harus bertaubat, dan ketika itu tidak bermanfaat dengan mengqadhanya. Selayaknya anda memperbanyak melakukan amalan-amalan sunah dan beristighfar, semoga Allah mengampuni anda. kami telah jelaskan perkataan para ulama dalam jawaban soal no, 197247 silakan merujuknya.
Wallahua’lam