Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah
Agar seorang Muslim ikhlas dalam keislamannya, ia harus mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Alhamdulillah, mudah bagi saya untuk mencintai saudara sedarah (saudaraku) sebagaimana saya mencintai diri sendiri, namun sulit sekali bagi saya terhadap saudara-saudaraku yang Muslim, kecuali beberapa di antara mereka. Sebabnya, ketika saya melihat saudara-saudara saya yang beragama Islam yang lebih baik dari saya dalam segala hal, saya merasa cemburu, dan menurut saya itu suatu kesombongan. (Saudaraku, aku berdoa kepada Allah agar aku diampuni, karena aku menemukan perasaan itu). Namun, ketika saya melihat mereka lagi, saya menemukan perasaan yang sama lagi.
Saya ingin merasa bahagia jika melihat saudara-saudara saya sukses. Dan saya merasa sedih saat melihat mereka bersedih. Tetapi, setiap kali saya melihat orang memuji mereka, saya merasa cemburu.
Saya juga merasa ingin saudara-saudara saya yang beragama Islam masuk surga. Namun, setiap kali seorang saudara saya yang beragama Islam memberitahu sesuatu yang bermanfaat bagi agama saya, saya ingin melaksanakannya, namun setan datang dan membisikkan bahwa jika saya melaksanakan apa yang diberitahukan saudara saya itu, maka dia akan menerima pahala yang sama dengan saya. Oleh karena itu, derajatnya di surga akan lebih tinggi dari saya. Terkadang jiwa saya jatuh ke dalam perangkap ini. Saya ingin tahu bagaimana saya bisa sembuh sepenuhnya dari masalah ini ?
Alhamdulillah.
“Kewajiban seorang Muslim, sebagaimana telah Anda sebutkan, adalah mencintai kebaikan pada saudaranya seperti halnya ia mencintai kebaikan pada dirinya sendiri dan membenci keburukan pada saudaranya sebagaimana halnya ia membenci keburukan pada dirinya sendiri. Hal ini tidak bertentangan dengan mencintai dirinya sendiri sepertinya halnya yang dia cintai untuk orang lain. Adapun jika dia melihat kebaikan pada saudara-saudaranya yang tidak dia miliki, kemudian ia mengharapkannya, itu termasuk Ghibthah. Kecuali jika dia menghendaki agar kenikmatan itu hilang dari saudaranya, maka itu disebut dengki (Hasad).
Seorang Muslim harus berjuang dengan dirinya sendiri sampai hatinya suci terhadap saudara-saudaranya yang Muslim. Jika cintanya kepada saudara-saudaranya tulus, maka banyak masalah yang dideritanya akan hilang. Ketika seorang Muslim mengetahui keistimewaan dan status apa yang dimilikinya ketika dia mencintai saudara-saudaranya dan mencintai mereka dengan baik, dan ketika dia mengetahui pahala apa yang dia dapatkan jika dia berbuat baik kepada mereka, hal ini akan mendorongnya untuk berbuat baik kepada mereka dengan segala jalan, dan berusaha untuk memberikan manfaat kepada saudara-saudaranya daripada disibukkan dengan rasa iri dan memikirkan apa yang akan mereka dapatkan tanpa dirinya.” (Syaikh Muhammad Ad-Duwaish).
Hendaknya engkau merenungkan dalam-dalam apa yang difirmankan oleh Allah Ta’ala,
ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ
“Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Ma’idah : 54).
dan firman Allah Ta’ala,
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
“Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain.” (QS. Az-Zukhruf : 32).
Iri hati menyebabkan kerugian besar di dunia dan di akhirat. At-Tirmidzi meriwayatkan,
عن الزبير بن العوام أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، هِيَ الْحَالِقَةُ ، لَا أَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّيْنَ ، وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يَثْبُتُ ذَلِكُمْ بَيْنَكُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ حديث حسن ( جامع الترمذي / 2434 ) .
Dari Az-Zubair bin Al-Awwam, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong. Aku tidak mengatakan memotong rambut, akan tetapi memotong agama. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang akan menguatkan kecintaan di antara kalian ? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (Hadits hasan. Jami’ At-Tirmidzi, no. 2434).
“Mengenai makna memotong agama, At-Thibi mengatakan, ‘Artinya, kebencian menghilangkan agama seperti pisau cukur menghilangkan rambut.” (Tuhfat Al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ At-Tirmidzi).
Saudaraku, tampaknya Anda mempunyai pengetahuan tentang hukum tersebut dan mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, dan Anda menginginkan solusi terhadap sifat tercela ini. Berikut ini kami berikan kepada Anda beberapa solusinya :
وَاهْدِ قَلْبِي وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِي
“Tuntunlah hatiku, dan keluarkan kedengkian dalam dadaku.”
Maknanya tuntunlah hatiku ke jalan yang lurus, dan keluarkanlah kedengkian dan kecemburuan dalam dadaku.
اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hud : 114).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ (رواه البخاري / 2033)
“Sesungguhnya Allah membiarkan (mengampuni) kesalahan dari umatku akibat kekeliruan dan lupa serta keterpaksaan.” (HR. Al-Bukhari, no. 2033).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ (رواه مالك في الموطأ / 1413).
“Hendaklah kalian saling berjabat tangan, niscaya maka akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, no. 1413).
Karena iri hati timbul dari kebencian, dan lawannya adalah cinta, lalu jalannya adalah pemberian hadiah dan menebar salam, sesuai dengan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم / 81).
“Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang jika kalian amalkan maka kalian akan saling menyayangi ? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim, no. 81).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam bukunya yang berjudul Amradh Al-Qulub, “Barangsiapa mendapati dirinya dengki terhadap orang lain, maka hendaklah ia bertakwa dan bersabar terhadap dirinya, karena ia membenci hal itu dari dirinya sendiri. Sedangkan orang yang memusuhi seseorang dengan ucapan atau perbuatannya, maka dia akan mendapatkan siksa Allah. Siapa yang bertakwa dan bersabar, serta tidak masuk ke dalam golongan orang-orang yang zalim, maka Allah akan memberikan manfaat kepadanya melalui ketakwaannya.”
Wallahu A’lam.