Alhamdulillah.
Pertama:
Kata tasbih ‘Subhanallah’ mengandung pilar agung diantara pilar tauhid. Dan pilar mendasar diantara pilar rukun Iman kepada Allah azza wajalla. Yaitu membersihkan aib, kekurangan, angan-angan rusak, dan persangkaan bohong kepada Allah Azza Wajalla. Asal dari sisi bahasa menunjukkan makna itu. Ia diambil dari ‘Sabhu’ yaitu jauh. Allamah Ibnu Faris mengatakan, “Jika Orang Arab berkata, ‘Subhana Min Kadza’ maksudnya sangat jauh sekali dia dari hal itu. Al-A’sya berkata,” Subhana min Alqomah Al-Fakhir’ saya katakan demikian ketika sampai berita kepadaku tentang kesombongannya. Ada kaum yang berpendapat, “Penafsirannya adalah aneh kalau dia itu sombong. Ini maknanya berdekatan dengan sebelumnya. Karena artinya juga menganggap bahwa dia jauh dari kesmobongan. Selesai ‘Mu’jam Maqoyis Lughoh, (3/86).
Maka tasbihullah azza wajallah adalah menjauhkan hati dan fikiran dari pemikiran dan persangkaan kekurangan atau disandarkan kepada-Nya kejelekan. Dan membersihkan dari semua aib yang disandarkan kepada-Nya oleh orang musyrik dan ateis. Dengan arti seperti inilah, ada susunan dalam Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:
( مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ ) المؤمنون/91
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” QS. Al-Mukminun: 91.
( وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ . سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ ) الصافات/158-159
“Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ), Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.” QS. As-Shofat: 158-159.
( هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ) الحشر/23
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” QS. Al-Hasr: 23.
Diantara juga apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad, (5/384) dari Huzaifah radhiallahu anhu – dalam menerangkan bacaan Nabi sallallahu alaihi wa sallam pada shalat malam – berkata, “Kalau melewati ayat yang didalamnya ada pensucian untuk Allah Azza Wajalla, beliau bertasbih.” Dishohehkan Albani di Shoheh Al-Jami, (4782) dan Peneliti Musnad.
Diriwayatkan Tobroni dalam kitab ‘Doa’ sekumpulan atsar dalam penafsiran kata ini. Dikumpulkan dalam bab ‘Tafsir Tasbih’ (hal/ 498-500). Diantara yang ada adalah
Dari Ibnu Abbas radhiallahunhuma ‘Subhanallah’ adalah mensucikan Allah Azza Wajalla dari semua kejelekan.
Dari Yazin bin Ashom berkata, “Seseorang mendatangi Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dan bertanya, “Lailaha Illallahu ‘ kita mengetahauinya tiada tuhan selain-Nya. Dan ‘Alhamdulillah’ kita mengatahuinya bahwa semua kenikmatan dari-Nya. Dan Dia yang dipuji. ‘Allah Akbar’ kita mengetahuinya bahwa tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Apa ‘Subhanallah’, maka beliau menjawab, “Kata yang Allah Azza Wajallah redo untuk diri-Nya, dan diperintahkan kepada para Malaikat-Nya serta menakutkan bagi hamba pilihan. Dari Abdullah bin Buraidah memberitahukan bahwa seseorang bertanya kepada Ali radhiallahu anhu tentang ‘Subhanallah’ maka beliau menjawab, “Mengagungkan Kebesaran Allah.
Dari Mujahid berkata, “Tasbih adalah menahan untuk Allah dari semua kejelekan.
Dari Maimun bin Mahran berkata, “Subhanallah adalah pengagungan Allah, nama yang Allah mengagungkan dengannya.
Dari Hasan berkata, “Subhanallah adalah nama yang terlarang tidak seorang pun makhluk yang memakainya.
Dari Abu Ubaidah Ma’mar bin Mutsanna berkata, “Subhanallah adalah membersihkan dan melepaskan Allah (dari kejelekan).
Tobroni mengatakan, kami diberitahu oleh Fadhl bin Habbab berkata, saya mendengar Ibnu Aisyah berkata, “Orang Arab kalau mengingkari sesuatu dan mengagungkannya berkata ‘Subhanallah’ seakan mensucikan Allah Azza Wajalla dari segala kejelekan yang tidak layak diberi sifat tanpa sifat-Nya dan dinasabkan dengan makna tasbihan lillah (pujian untuk Allah).
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Perintah dengan bertasbih kepada-Nya mengandung (makna) juga membersihkan dari semua aib dan kejelekan. Dan menetapkan sifat kesempurnaan untuk-Nya. Karena tasbih mengandung pensucian, pengagungan. Dan pengagungan melazimkan penetapan pujian yang dipuji untuknya. Dan hal itu mengandung pensucian, pujian, takbir dan tauhid kepada-Nya.’ Selesai ‘Majmu Fatawa, (16/125).
Kedua:
Sementara makna ‘Wabihamdihi’ adalah –secara ringkas- maksudnya menggabungkan antara tasbih dan pujian. Mungkin dari sisi kondisi atau dari sisi atof (mengikuti) ungkapannya adalah saya bertasbih kepada Allah Ta’ala dalam kondisi memuji kepada-Nya atau saya bertasbih kepada Allah Ta’ala dan saya memuji-Nya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Ungkapan ‘Wabihamdihi’ dikatakan huruf ‘wawu’ untuk hal (kondisi) takdirnya adalah saya bertasbih kepada Allah disertai dengan pujianku kepada-Nya (maksudnya menjaga dan perbegang teguh) untuk mendapatkan taufik-Nya.
Dikatakan, atifah (mengikuti) takdirnya adalah saya bertasbih kepada Allah dan saya juga memuji kepada-Nya.
Ada kemungkinan huruf ‘Ba’ terkait dengan sesuatu yang dihilangkan sebelumnya. Takdirnya adalah saya menyanjung dan memuji kepada-Nya. Sehingga subhanallah menjadi kalimat tersendiri dan ‘Bihamdihi’ kalimat lain.
Khotobi mengatakan dalam hadits
سبحانك اللهم ربنا وبحمدك
“Maha Suci Engkau, Ya Allah Engkau Tuhan kami dan dengan pujian kepada-Mu.
Maksudnya dengan kekuatan merupakan nikmat yang mengharuskan untuk memuji kepada-Mu, kesucian-Mu. Bukan daya dan kekuatanku. Seakan dia menginginkan hal itu, menggantikan sebab tempat musabab.” Selesai ‘Fathul Bari, (13/541) silahkan melihat ‘An-Nihayah Fi Gorib Hadits, karangan Ibnu Atsir, (1/457).
Ketiga:
Sementara pertanyaan tentang makna basmalah ‘Bismillah’ telah ada penjelasan dan keterangannya dalam jawaban soal no. 21722.
Wallahu a’lam .