Sabtu 11 Syawal 1445 - 20 April 2024
Indonesian

Petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Dalam Hal Berpakaian

Pertanyaan

Apa gerangan pakaian-pakaian yang biasa dikenakan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ? saya berharap disebutkan dalil dan sumbernya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Terdapat dalam sunnah dan atsar yang teramat banyak tentang baju atau pakaian yang dahulu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengenakannya. Di antara hadits-hadits tersebut adalah sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengenakan pakaian yang sederhana dan lumrah dipakai oleh kaumnya, beliau tidak pernah menolak apa yang sudah ada dan mempersulit diri mencari-cari yang tidak ada, tidak mengenakan pakaian yang berbeda dengan manusia pada umumnya serta tidak terbatas dengan satu macam jenis kain saja. Bahkan beliau mengenakan semua jenis atau semua macam kain kecuali kain yang terbuat dari sutra. Bahkan di antara macam-macam pakiannya ada  bersifat menutup  sekaligus indah.

Al Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah telah menghimpun intisari hadits-hadits yang membicarakan tentang sifat pakaian-pakaian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Kami kutip di sini dengan sedikit ringkas, karena kami tidak ingim memperpanjang perbincangan untuk para pembaca yang budiman dengan menyebutkan semua hadits-hadits yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebab masalahnya tempatnya terdapat dalam kitab-kitab hadits, dapat  dirujuk pada bab pakaian dan perhiasan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

Beliau memiliki imamah [yaitu, sesuatu yang melilit atau melingkar di atas kepala, sebagaimana pakaian tradisonal di sebagian negara saat ini seperti Yaman dan Sudan]. Disebut As-Sahaab, beliau pernah memakaikan Ali dengannya. Beliau pun mengenakannya, dibawahnya beliau memakai kopiah. Kadang beliau mengenakan imamah tanpa kopiah. Apabila mengenakan imamah, beliau menjulurkan ujung sorbannya di antara dua pundak beliau, sebagaimana riwayat Muslim dalam kitab shahihnya:

Dari Amr bin Harits dia berkata,

رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم على المنبرِ وَعَلَيهِ عِمَامَة سَوْدَاءُ قَدْ أرخَى طَرفَيهَا بينَ كَتِفَيْهِ

“Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di atas mimbar dan di atas kepala beliau ada sorban hitam yang kedua ujung sorban tersebut beliau julurkan di antara kedua pundak beliau ),

Dalam riwayat Muslim, juga dari Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :

دَخَلَ مَكَّة وَعَلَيْهِ عمَامَةٌ سَودَاء

“Beliau memasuki kota Makkah dan diatas kepala beliau ada sorban hitam.”

Di dalam hadits Jabir tidak disebutkan ada bagian sorban yang menjulur di antara kedua pundak beliau. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kedua ujung dari sorban beliau tidak selalu beliau julurkan di antara kedua pundak beliau.

Dalam riwayat yang lain disebutkan : sesungguhnya beliau memasuki kota Makkah sedangkan di atas kepala beliau ada penutup kepala – yang terbuat dari kulit – untuk berperang dan baju besi berantai. Jadi, beliau mengenakan pakaian dengan disesuaikan kondisi beliau.

ولبس صلى الله عليه وسلم القميص

“Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengenakan gamis.”  

Yaitu, sebagaimana baju yang kita kenal saat ini, dan di sebagaian negara disebut dengan    “Jilbab” atau “Jalabiyah”]. Pakaian seperti itu merupakan pakaian yang sangat disukai oleh beliau, panjang lengannya sampai ke pergelangan tangan.

ولبس الجُبَّةَ

“Beliau mengenakan jubah.”

Yaitu: pakaian longgar, yang kedua lengannya pun longgar, bagian depannya terbelah, biasa dipakai diatas baju atau gamis. Di zaman kita saat ini sebagaimana jubah kehormatan yang biasa dipakai oleh ulama Al Azhar. Lihat, “Al Mu’jam Al Wasith” (1/104)].

والفَرّوج

Yaitu menyerupai pakaian luar [ merupakan pakaian yang biasa dipakai diatas pakaian, yang menjadikannya sebagai ikat pinggang. Lihat : “ Al Mu’jam Al Wasith ” ( 2/713 ) ].

والفرجية

Yaitu, pakaian longgar yang kedua lengannya panjang, yang biasa dikenakan oleh para ulama islam. Lihat “Al Mu’jam Al Wasith” (2/679)

ولبس في السفر جُبة ضَيِّقَةَ الكُمَّين

Saat sedang bepergian atau safar beliau biasa mengenakan baju atau jubah yang sempit di pergelangan tangannya.

ولبس الإِزار والرداء

Beliau mengenakan izaar (sarung bagian bawah) dan ridaa (kain untuk menutup bagian atas).

Yaitu, sejenis pakaian yang saat ini biasa dipakai oleh orang-orang yang sedang beribadah ihram.

Al Waqidi berkata, dahulu sarung dan burdah –kain bergaris yang diselimutkan pada badan – Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam panjangnya enam hasta dengan lebar tiga jengkal. Hasta adalah, dari ujung jari tengah sampai ujung siku. Satu jengkal adalah, dari ujung ibu jari sampai ke ujung jari kelingking. Selimutnya terbuat dari tenunan negeri Oman, panjangnya empat hasta dan sejengkal, lebarnya dua hasta sejengkal.

ولبس حُلة حمراء

Beliau mengenakan Hullah yang berwarna merah. Hullah adalah kain penutup badan dan selimut atau pakaian sejenis jubah. Tidaklah disebut Hullah melainkan nama untuk dua jenis baju sekaligus.

Keliru orang yang beranggapan bahwa warna baju beliau hanya merah semata tanpa bercampur dengan warna yang lain, sesungguhnya itu adalah hullah merah yang merupakan  kain penutup badan dan selimut atau pakaian sejenis jubah yang keduanya berasal dari negri Yaman, ditenun dengan benang merah bercampur hitam sebagaimana pakaian orang Yaman pada umumnya, biasa disebut al Burud al Yamaniyyah. Sebutan ini sudah lazim diberikan karena dalam kain tersebut terdapat benang-benang merah. Jika tidak demikian, maka kalau hanya warna merah saja maka warna tersebut sangatlah dilarang.

ولبس الخميصة المُعْلَمَةَ والساذَجَة

Beliau mengenakan baju bermotif lagi sederhana.

ولبس ثوباً أسود

Beliau mengenakan baju yang berwarna hitam.

ولبس الفَروة المكفوفة بالسندس

Beliau mengenakan pakaian sejenis jubah dari bulu unta yang pinggirnya di jahit dengan kain sutra tipis.

Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Abu Daud dengan sanad dari keduanya dari Anas bin Malik:

أن ملك الروم أهدى للنبي صلى الله عليه وسلم مُسْتَقَةً مِنْ سُنْدُسٍ ، فلبسها ، فَكأَنِّي أنظرُ إلى يَدَيْه تَذَبْذَبانِ  
“Sesungguhnya  Raja Romawi memberikan hadiah kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sebuah jubah yang dari bulu onta yang dipinggirnya berjahitkan sutra tipis, lalu beliau mengenakannya, maka seakan-akan saya melihat kepada kedua tangan beliau berayun-ayun.”

Al Ashma’i berkata: Al Masatiq adalah jubah yang terbuat dari bulu unta yang memiliki lengan yang panjang. Al Khaththabi menambahkan: Jubah yang terbuat dari bulu unta ini menyerupai jubah yang pinggiran kainnya berjahitkan kain sutra tipis, karena tenunan dari bulu binatang bukanlah berupa sutra tipis.

واشترى سراويل

Beliau membeli celana. Yang tampak secara zahir, beliau membelinya untuk dikenakan. Terdapat riwayat selain hadits ini, bahwa beliau memakai celana,  dan mereka memakai celana-celana panjang dengan seizin beliau.

ولبس الخفين

Beliau memakai khuf (sepatu terbuat dari kulit). Beliau mengenakan sandal yang dinamakan At Taasumah.

ولبس الخاتم

Beliau memakai cincin. Beberapa hadits berbeda-beda apakah beliau mengenakannya ditangan kanan atau tangan kiri beliau. Kesemua hadit tersebut sanadnya shahih.

ولبس البيضة

Beliau memakai pelindung kepada, disebut Khaudzah.

ولبس الدرع

Beliau memakai baju besi yang dinamakan Az Zardiyyah. Hal ini tampak pada saat perang Uhud beliau mengenakan dua baju besi.

وفي " صحيح مسلم " عن أسماء بنت أبي بكر قالت : هذه جبة رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فأخرجت جبةَ طيالِسة كَسِروانية لها لبنةُ دِيباج ، وفرجاها مكفوفان بالديباج ، فقالت : هذِهِ كانت عند عائشة حتى قُبِضَت ، فلما قبضت قبضتُها ، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يلبَسُها ، فنحنُ نَغْسلهَا للمرضى تسْتَشفى بها .

Dalam Shahih Muslim dari Asma binti Abu Bakar dia berkata, “Ini merupakan jubah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,. Lalu dia mengeluarkan jubah bersorban dari negeri Kisra. Padanya terdapat anyaman kain sutra. Keduanya dipisahkan dengan renda atau berjahitkan pinggir dengan kain sutra. Lalu dia berkata, “Ini semua dahulu ada pada Aisyah sampai dia wafat. Maka ketika dia wafat akulah yang merawatnya. Kesemua pakaian tersebut dahulu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengenakannya. Lalu kami mencelupkannya untuk orang yang sakit seraya berharap kesembuhan dengannya.”

وكان له بردان أخضران

Beliau memiliki dua kain penutup badan yang keduanya berwarna hijau.[Burdah adalah kain penutup badan yang bergaris-garis, terbelah bagian depannya diletakkan diatas kedua pundak seperti mantel akan tetapi dia lebih kecil. Orang yang mengenakannya biasanya menyelimutkannya atau menggeraikannnya kebawah. Makna yang mendekati adalah semacam kain yang digunakan dengan berselimut]. Dapat berbentuk kain hitam atau kain merah yang bermotif atau bercampur dengan warna lain, atau kain yang terbuat dari bulu binatang.

Dahulu gamis beliau terbuat dari kapas atau kain katun, yang ukurannya tidak terlalu panjang dengan kedua lengan yang pendek. Adapun baju-baju yang berlengan panjang dan longgar ini yang menyerupai warna hitam putih binatang, maka beliau sama sekali tidak pernah memakainya demikian juga shabat-sahabatnya. Karena hal itu bertentangan dengan sunnahnya. Adapun pendapat yang membolehannya layak dikritisi, karena sesungguhnya hal itu termasuk jenis dari keangkuhan dan kesombongan.

وكان أحبَّ الثياب إليه القميصُ والحِبَرَةُ

Pakaian yang paling beliau sukai adalah gamis dan Al Hibarah, yaitu semacam kain yang diselimutkan dikedua pundak yang didalamnya terdapat warna merah. Dan warna-warna pakaian yang paling beliau sukai adalah warna putih sebagaimana sabda beliau,

 هي مِنْ خَيْرِ ثِيَابكُمْ ، فَالبسوها ، وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكمْ

“Warna putih adalah sebaik-baik warna baju kalian, dan kafanilah orang-orang yang meninggal dengan warna tersebut.”

Dan dalam kitab As-Shahih (Bukhari atau Muslim), dari Aisyah sesungguhnya dia mengeluarkan kain yang bertambal dan izar dan kain sarung yang kasar, seraya berkata :

قُبِضَ روح رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم في هذين

‘Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam wafat dalam dua baju tersebut.”

Adapun Atthoilasan adalah semacam selimut atau kain penutup yang biasa ditutupkan di atas kepala dan kedua pundak, atau hanya di atas kedua pundak saja. Pada saat ini banyak dipakai oleh para pendeta atau uskup dan para rahib yahudi.” (Lihat “Al Mu’jam al Wasith”, 2/553).

Tidak ada hadits serta tidak pula salah seorang sahabat beliau yang menyebutkan bahwasannya beliau memakainya sebagai baju, bahkan terdapat riwayat dalam Shahih Muslim,

Dari hadits Anas bin Malik dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sesungguhnya beliau menyebutkan tentang Dajjal sabda beliau,

يخْرُجُ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفاً مِنْ يَهُودِ أَصْبِهَانَ عَلَيْهِمُ الطَّيالِسَةُ

 “Akan keluar bersamanya tujuhpuluh ribu orang yahudi Isfahan, di atas kepala mereka terdapat thayalisah (kain yang diselendangkan sampai menutupi kedua pundak/thailasan).”

Sahabat Anas melihat sekelompok orang yang di atas kepala mereka ada kain penutup, lalu dia berkata, ‘Apa yang mereka lakukan menyerupai orang Yahudi Khaibar.”

Berdasarkan hadits ini, sejumlah kalangan salaf dan khalaf berpendapat makruh mengenakannya.

Kebanyakan yang beliau dan para sahabat kenakan adalah pakaian atau baju dari tenunan kapas, dan bisa jadi mereka memakai baju yang ditenun dari bahan dasar wol dan nilon,

Diriwayatkan bahwa Syekh Abu Ishaq Al Ashbahani menyebutkan dengan sanad yang shahih dari Jabir bin Ayyub ia berkata: AsShalt bin Rasyid masuk menemui Muhammad bin Sirin sedang beliau mengenakan jubah dan sarung yang terbuat dari wol, sorban juga dari wol. Lalu Muhammad bin Sirin berdecak kagum, seraya berkata,

“Aku mengetahui satu kaum, mereka mengenakan kain wol, lalu mereka mengatakan, ‘Kain wol adalah jenis kain yang dipakai oleh Isa bin Maryam.’ Telah menyampaikan kepadaku perawi yang tidak aku tuduh (lemah), bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memakai baju yang berbahan dasar bulu onta, wol dan kapas. Sunah Nabi kita lebih berhak untuk diikuti.”

Maksud dari Ibnu Sirin adalah, banyak orang menganggap bahwa selalu mengenakan wol lebih utama dari pakaian lainnya. Mereka memilih wol dan menjauhkan diri mereka dari mengenakan yang selainnya. Mereka lebih memilih hanya mengenakan satu jenis pakaian saja dan memilih bentuk  atau ciri-ciri serta berpendapat bahwa selain  dari itu adalah sebuah kemungkaran. Padahal justeru kemungkaran adalah apabila dengannya dan selalu mengenakannya serta tidak ingin berlepas darinya.

Yang benar dan jalan yang paling utama untuk diikuti adalah jalan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah beliau sunahkan, perintahkan dan motifasi untuk dilaksanakan dan senantiasa kontinyu dalam menjalankannya. Petunjuk beliau dalam hal berpakaian adalah agar mengenakan pakaian yang mudah untuk dipakai, kadang terbuat dari wol, kapas, katun dan mengenakan selendang dari Yaman, selendang atau kain yang berwarna hijau, mengenakan jubbah, gamis, mantel, celana, kain sarung, khuf atau sepatu yang menutupi dua mata kaki, sandal dan terkadang menjulurkan ujung sorban beliau kebelakang di antara dua pundak, terkadang meninggalkannya, kadang beliau melilitkan sorban dibawah leher. Jika beliau memiliki baju baru, beliau menamainya dengan nama beliau, seraya berdoa :

اللَّهمَّ أَنتَ كَسَوتَنِي هذا القَمِيصَ أَو الرِّدَاءِ أَوِ العِمَامَةَ ، أَسْألُكَ خَيرَهُ وَخَيرَ مَا صنعَ لَهُ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ ما صنعَ لَهُ

“Ya Allah Engkaulah yang telah memberikan kepadaku pakaianku, baju atau sarung atau sorban ini, aku memohon kepada Engkau kebaikannya dn kebaikan apa yang diciptakan untuknya, dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan keburukan apa yang diciptakan untuknya.”

Apabila mengenakan pakaian gamis, beliau memulainya dengan mendahulukan anggota tubuh bagian kanan.

Dan beliau mengenakan kain dari bahan bulu hitam, sebagaimana riwayat Muslim dalam kitab  Shahihnya,

Dari A’isyah dia berkata :

خرج رسول اللّه صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّل مِنْ شَعَر أَسْوَدَ .

“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluar dengan mengenakan kain untuk bepergian terbuat dari bahan berbulu hitam.”

Dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Qatadah kami bertanya kepada Anas, ‘Pakaian apakah yang paling disukai oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam?’ Dia menjawab, ‘Al Hibaroh.’

Al Hibaroh adalah semacam selendang atau kain buatan negri Yaman. Kebanyakan pakaian mereka berasal dari Yaman., karena negeri Yaman lebih dekat dengan mereka. Kadang  mereka memakai yang didatangkan dari negeri Syam dan Mesir, seperti al Qobathi yang ditenun dari bahan dasar katun yang ditenun oleh orang Qibthi.

Dalam Shahih An Nasai, dari Aisyah, sesungguhnya dia membuatkan untuk Nabi Shallallahu alaihi Wasallam kain burdah dari wol, lalau beliau mengenakannya maka tatkala beliau berkeringat beliau mencium bau wol, kemudian beliau menanggalkannya, karena beliau menyukai bau wangi.

Dalam Sunan Abu Daud dari Abdillah bin Abbas dia berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengenakan pakaian hullah terbaik.”

Dalam Sunan Nasai dari Abu Rimtsah dia berkata, “Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sedang berkhuthbah dan beliau mengenakan dua selendang yang keduanya berwarna hijau.”

Dan maksud dari selendang hijau adalah kain yang didalamnya terdapat garis-garis hijau, seperti halnya hulah mera. Maka siapa yang memahami bahwa hullah ini hanya berwarna murni merah saja, maka pasti dia akan mengatakan bahwa  selendang hijau ini warnanya murni hijau. Hal ini tak seorang pun mengatakan demikian.” (Dikutip secara ringkas dari kitab Zaadul Ma’aad,  1/135-145)

Lihat juga ringkasan tentang hukum-hukum berpakaian pada web kami yaitu jawaban soal no 36891. Siapa  yang ingin menelaah bentuk nama-nama pakaian yang tadi sudah disebutkan, dia dapat merujuk kitab “Al Libaas waz Zinah minas Sunnati Al Muthohharoh”, karangan Muhammd Abdul Karim Al Qadli. Begitupula untuk mengetahui perincian bentuk pakaian-pakaian ini, sila merujuk kitab “Al Mu’jam Al Arabi Li Asmail Malabisi”, karangan Rajab Ibrahim, dan kitab, “Al Mu’jam Al Mufashshal Bi Asmaail Malabisi Indal Arab”, karangan seorang oreantalis Doozi Rienhart. Kami telah merujuk kitab tersebut dan mensadurnya apa yang mungkin bisa menjelaskan bentuk pakaian secara nyata.

Wallahu A’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam