Kamis 25 Jumadits Tsani 1446 - 26 Desember 2024
Indonesian

Ad-Dahru (Waktu) Bukan Termasuk Diantara Nama-nama Allah

Pertanyaan

Saya membaca hadits, bahwa Allah ta’ala berfirman, “Aku adalah waktu.” Apakah hal itu berarti bahwa dahr (waktu) termasuk di antara nama-nama Allah nan indah?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Hadits yang diisyaratkan penanya adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhori, (4826) dan Muslim, (2246) dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Allah azza wajallah berfirman:

يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ ، وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِي الْأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Anak Adam telah menyakitiku, mencela waktu. Aku adalah waktu, semua urusan ada ditangan-Ku, Aku dapat mengganti malam dan siang.”

Hadits ini tidak menunjukkn bahwa ad-Dahr termasuk di antara nama-nama Allah, akan tetapi maksud hadits itu adalah sesunnguhnya Allah Dialah yang dapat membolak balik (waktu), dan menjauhkannya.

Al-Khattabi berkata, ‘Artinya adalah Saya pemilik waktu, dan pengatur urusan yang didahului oleh waktu. Siapa yang menghina waktu karena dia pelaku semua urusan ini, maka hinaannya akan kembali kepada Tuhannya, karena Dia adalah  penentunya.

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Makna ‘Maka Allah adalah ad-Dahr’ maksudnya pelaku berbagai kejadian dan bencana. Serta pencipta semua yang ada. Wallahu a’lam.”

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ad-Dahr bukan termasuk nama-nama Allah yang indah. Siapa yang mengira hal itu, maka dia telah mendapatkan hukuman karena dua sebab;

Sebab pertama:

Sesungguhnya nama-nama Nya Subhanahu wata’ala itu indah. Maksudnya puncak keindahan dan paling sempurna. Maka seharusnya mengandung sifat dan arti yang lebih indah dari sifat dan arti serta yang menunjukkan kata ini. Oleh karena itu tidak anda dapatkan dalam nama-nama Allah ta’ala dalam bentuk ‘jamid’ (Maksudnya tidak menunjukukkan sifat tertentu). Ad-dahru adalah nama jamid tidak membawa makna kecuali dia adalah nama untuk waktu.

Sebab kedua:

Kontek hadits tidak mendukung hal itu. Karena Allah mengatakan, “Aku yang membolak balik malam dan siang,” sementara malam dan siang keduanya adalah waktu, bagaimana mungkin yang dibolak balik (obyek) itu adalah yang juga yang membolak balik (subyek)?!

Fatawa syekh Ibnu Utsaimin, 1/163.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam