Alhamdulillah.
Sungguh anda telah bertanya dengan pertanyaan nan agung, urusan nan mulia, tidak ada yang dapat menggapainya melainkan diantara hamba-hamba yang sholeh.
Cinta kepada Allah adalah posisi yang orang-orang pada berlomba-lomba. Kepadanya orang-orang bekerja dan orang menyingsingkan baju untuk menggapai ilmunya, kepadanya berbagai macam cara (dilakukannya) dengan ruh nan harum orang-orang ahli ibadah merasa tenang. Ia adalah bekal hati dan makanan ruh. Pelipur mata dan orang-orang yang tercinta.
Ia adalah kehidupan, barangsiapa yang terhalang (untuk mendapatkannya) maka dia termasuk kategori orang yang mati. (Ia adalah) Cahaya barangsiapa yang kehilangan, maka dia di lautan kegelapan. Ia obat barangsiapa yang tidak mendapatkannya, maka dihatinya banyak penyakit. Ia adalah kenikmatan, berangsiapa yang tidak mendapatkannya, maka seluruh kehidupannya adalah gelisah dan sakit.
Dan ia adalah ruh keimanan dan amal perbuatan, posisi dan kondisi. Kapan saja ia hilang darinya, maka bagaikan tubuh tanpa ruh. Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Anda cintai.
Kecintaan kepada Allah ada tanda dan sebab-sebabnya bagaikan kunci untuk pintu, diantara sebab-sebab itu adalah:
1. Mengikuti petunjuk Nabi sallallahu’alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman dalam KitabNya nan Mulia, ‘Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ SQ. Ali Imron: 31.
2-5. Tunduk terhadap orang-orang mukmin dan merasa jaya terhadap orang-orang kafir serta berjihad di jalan Allah dan tidak takut melainkan kepadaNya Subhanahu. Allah telah menyebtkan sifat-sifat ini dalam satu ayat. Allah berfirman:
يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم يحبهم ويحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” SQ. Al-Maidah: 54.
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan sifat-sifat kaum yang dicintai. Sifat pertama adalah tawadhu’ (rendah hati) dan tidak sombong kepada orang Islam. Dan mereka merasa jaya (lebih tinggi) kepada orang-orang kafir. Jangan hina dan merendah kepada mereka. Mereka berjihad di jalan Allah. Berjihad kepada syetan, orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang fasik, jihad pada diri sendiri. Dan mereka tidak takut terhadap celaan orang yang mencela. Ketika telah menunaikan perintah-perintah agamanya, maka tidak terpengaruh siapa yang menghina atau mencelanya.
6. menunaikan yang sunnah-sunnah. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi: ‘Dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnah-sunnah sampai Saya mencintainya.’ Diantara yang sunnah-sunnah itu adalah sunnah shalat, shadaqah, umrah, haji dan puasa.
7-10. cinta, saling mengunjungi, saling memberi dan saling memberi nasehat karena Allah.
Telah ada sifat-sifat ini dalam satu hadits dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Tuhannya Azza Wa Jalla berfirman: “Telah terealisasi kecintaan-Ku untuk orang-orang yang mencintai karena-Ku. Telah terealisasi kecintaan-Ku bagi orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku. Dan telah terealisasi kecintaan-Ku kepada orang yang saling memberi karena-Ku, dan telah terealisasi kecintaan-Ku bagi orang-orang yang saling menyambung karena diri-Ku.’ HR. Ahmad, 4/386. Dan 5/236. Dan ‘Tanasuh karangan Ibnu Hibban, 3/338. Dan dishohehkan kedua hadits Syekh Al-Bany di shoheh At-Targib wa At-Tarhib, 3019, 3020, 3021.
Makna ‘Al-Mutazawirina fiyya’ yakni berkunjung sebagian kepada sebagian lainnya dikarenakan untukNya, mencari keredoanNya dikarenakan kecintaan kepadaNya atau saling membantu dalam ketaatan-Nya.
Ungkapan firman tabaroka Wa Ta’ala ‘Wal mutabazilin Fiyya’ yakni mengdermakan dirinya dalam menggapai keredoanNya. Dengan sepakat berjihad kepada musuh-Nya atau selain dari itu dari apa yang diperintahkannya. Selesai dari kitab ‘AL-Muntaqa Syarkh Al-Muwato’ hadits no. 1779.
11. Ujian, musibah dan cobaan untuk seorang hamba. Ia adalah merupakan tanda kecintaan Allah kepadanya. Yang mana ia seperti obat, meskipun pahit, akan tetapi anda hidangkan kepada pahitnya itu kepada orang yang anda cintai. –Maha suci Allah dari contoh yang agung- dalam hadits shoheh:
" إنَّ عِظم الجزاء من عظم البلاء ، وإنَّ الله عز وجل إذا أحب قوماً ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط " رواه الترمذي ( 2396 ) وابن ماجه ( 4031 )
“Sesungguhnya agungnya balasan dari besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla ketika mencintai suatu kaum, maka Dia akan diujinya. Barangsiapa yang redo, maka dia mendapatkan keredoaan. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapatkan kemurkaan. HR. Tirmizi, 2396 dan Ibnu Majah, 4031 dan dishohehkan oleh Al-Albany.
Turunnya ujian itu kebaikan untuk orang mukmin daripada disimpan untuk siksaan di akhirat. Bagaimana tidak, karena di dalamnya dapat meninggikan derajat dan menghapus kesalahan. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبـــه حتى يوافيه به يوم القيامة " رواه الترمذي (2396) و صححه الشيخ الألباني
“Kalau Allah menghendaki kebaikan kedapa hambaNya, maka akan disegerakan hukumannya di dunia, kalau mengingikan kepada hambaNya kejelekan, maka ditahan (siksanya) dikarenkan dosanya sampai terpenuhi nanti di hari kiamat.” HR. Tirmizi, 2396. Dishohehkan oleh Syekh AL-Albny.
Ahli ilmu menjelaskan bahwa siksa yang ditahan adalah orang munafik, karena Allah menahannya di dunia agar ditunaikan secara sempurna dosanya nanti di hari kiamat. Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Anda cintai.
Kalau Allah telah mencintai anda, maka anda jangan bertanya kebaikan yang akan anda peroleh. Keutamaan yang akan anda dapatkan. Cukup bagi anda bahwa anda termasuk kekasih Allah. Diantara buah yang agung kecintaan Allah kepada hambaNya adalah berikut ini:
Pertama, kecintaan orang kepadanya dan mendapatkan penerimaan di bumi. Sebagaimana dalam hadits Bukhori, 3209.
إذا أحبَّ الله العبد نادى جبريل إن الله يحب فلاناً فأحببه فيحبه جبريل فينادي جبريل في أهل السماء إن الله يحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل السماء ثم يوضع له القبول في الأرض "
“Kalau Allah mencintai seorang hamba, Jibril menyeru ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka penduduk langit mencintainya. Kemudian ditaruh baginya penerimaan di bumi.”
Kedua, apa yang disebutkan oleh Allah Subhanahu dalam hadits Qudsi dari keutamaan-keutamaan nan agung yang didapatkan oleh orang dicintainya.
فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ " رواه البخاري 6502
“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Saya izinkan kepadanya untuk memeranginya. Dan apa yang (dipersembahkan) hambaKu dengan mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Saya cintai dari apa yang Saya wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasas mendekatkan diri kepada-Ku dengan (ibadah-ibadah) sunnah sampai Saya mencintainya. Kalau sudah Saya cintai, maka Saya (memberikan taufik) kepada pengdengarannya yang digunakan untuk mendengar. Dan penglihatannya yang digunakan untuk melihat. Tangannya yang digunakan untuk memukul. Dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Kalau dia meminta kepadaKu, (pasti) akan Saya beri. Kalau dia meminta perlindungan kepadaKu, pasati akan Saya lindungi. Dan Saya tidak mengakhirkan serta berhenti seperti berhenti keraguan dalam urusan Saya yang melakukannya kecuali ketika mencabut jiwa hambaKu orang mukmin, (Saya berhenti agar mudah dan hatinya condong untuk rindu menggapai jalan orang-orang yang mendekatkan diri di golongan orang-orang tinggi (kedudukannya). Dan Saya tidak ingin menyakitinnya (dengan mencabut nyawanya agar mendapatkan rakmat dan pengampunan dan menikmati kenikmatan surga). HR. Bukhori, 6502.
Hadits Qudsi ini mengandung berbagai macam manfaat terkait kecintaan Allah kepada hambaNya:
1.Saya pendengarannya yang digunakan untuk mendengar, maksudnya adalah tidak mendengarkan kecuali apa yang dicintai oleh Allah.
2.‘Dan penglihatannya yang digunakan untuk melihat’ yakni tidak melihat kecuali apa yang dicintai oleh Allah
3.‘Tangannya yang digunakan untuk memukul’ yakni tangannya tidak digunakan kecuali apa yang Allah redoi
4.‘Kakinya yang digunakan untuk melangkah’ maka tidak pergi kecuali apa yang Allah cintai
5.‘Kalau dia memintaku, pasti akan Saya berikan’ maka doanya di dengarkan dan permintaannya akan dikabulkan
6.‘Kalau dia meminta perlindunganKu, maka akan Saya lindungi’ dia terjanga dengan penjagaan Allah dari segala kejelekan.
Kami memohon kepada Allah agar mendapatkan taufik dan keredoan-Nya.
Wallahu’alam .