Rabu 17 Jumadits Tsani 1446 - 18 Desember 2024
Indonesian

Pertanyaan Seputar Kedudukan Wanita, Akalnya yang Kurang dan Tercipta dari Tulang Rusuk

Pertanyaan

Saya tahu bahwa Islam memuliakan wanita. Saya tidak memungkiri hal itu. Akan tetapi, sebagian teks saja yang saya anggap masalah. Misalnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan masalah kurang akal pada wanita dalam hal kesaksian. Mengapa sebagian ulama menyimpulkan wanita kurang akal dalam segala hal, bukan pada masalah kesaksian saja ? Apakah huruf Min dalam sabda Nabi Fadzalika min nuqshani ‘aqliha, Min nuqshani diniha dipahami bahwa ada sisi lain untuk kekurangan selain yang disebutkan dalam hadits ? Bagaimanakah perasaan perempuan Muslimah ketika membaca pendapat seperti misalnya pendapat An-Nawawi dalam syarah (penjelasan) hadits Naqishat ‘aqlin wa dinin (kurang akal dan kurang agama). Beliau mengatakan, “Sabar terhadap kebengkokan akhlaknya.” Seakan-akan semua wanita akhlaknya buruk. “Kemungkinan akalnya lemah.” Begitu pula Ibnu Hajar mengatakan, “Madaratun.” Bahkan lebih dari satu ulama yang mencantumkan bab untuk hadits dengan lafazh Madaratun. Seolah mereka membicarakan manusia yang error akalnya atau gila. Kami berpikir, merenung, mendalami masalah, dan mencari ilmu. Alhamdulillah. Kenapa ada pandangan seperti ini ? Yang masyhur, perempuan banyak yang beradab dan berakhlak. Jelaskanlah kepada saya tentang hadits tulang rusuk. Kalau mereka beradab dan istiqamah, lalu dari sisi apa bengkoknya ? Ada yang mengatakan bahwasanya ini jarang, sedangkan yang jarang tidak bisa dijadikan dasar hukum. Apakah akhlak dan agama pada wanita itu langka ? Dalam sebuah riwayat disebutkan Lan tastaqima ‘ala halin (dan tidak dapat kamu luruskan dengan cara bagaimanapun). Akan tetapi semua manusia begitu. Mereka tidak bisa diluruskan dengan cara bagaimanapun. Lalu mengapa hanya dikhususkan pada wanita saja ? Banyak pertanyaan ini yang sering melintas ketika saya membaca Al-Qur’an dan tafsirnya. Saya berusaha menepisnya, tetapi kembali lagi-kembali lagi. Oleh sebab itulah, saya bertanya supaya saya lega. Dulu saya selalu menolak keraguan-keraguan tersebut. Saya berharap berikanlah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya yang rinci, karena jawaban yang global, tidak menghilangkan masalah saya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama.

Seorang Mukmin harus meyakini bahwasanya Islam memuliakan wanita, berbuat baik kepadanya, memberikan keadilan padanya dan memberikan haknya.

Islam memuliakannya sebagai ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan istri, dinyatakan dalam teks-teks pensyariatan yang jelas.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Sang Maha Pencipta laki-laki dan perempuan. Dia adalah Tuhan yang disembahnya. Dia tersucikan dari kezaliman.

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

فصلت/46، 

“Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).” (QS. Fushilat : 46).

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

الكهف/49 

“Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahfi : 49).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat mengasihi umatnya. Tidak ada bedanya antara kaum pria dan kaum wanita dalam hal ini. Bahkan secara khusus memberikan pesan tentang kaum wanita, karena khawatir mereka dijahati dan dizalimi. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling besar kebaikannya dan pemuliaannya kepada para istrinya. Beliau menganggap manusia yang paling baik adalah yang paling berbuat baik kepada istrinya. Beliau bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا  رواه الترمذي (1082) وصححه الألباني في "صحيح الترمذي" .

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya." (HR. At-Tirmidzi, no. 1082 dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi).

Beliau juga bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي  رواه الترمذي (3895) ، وابن ماجه (1977) وصححه الألباني في صحيح الترمذي.

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR. At-Tirmidzi, no. 3895, Ibnu Majah, no. 1977 dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi).

Beliau juga bersabda,

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا  رواه البخاري (3331) ، ومسلم (1468).  

“Berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan kebaikan.” (HR. Al-Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468).

Siapa yang meyakini hakikat-hakikat seperti ini, maka ia akan memahami teks-teks syariat yang disebutkan dalam pertanyaan itu sendiri.

Di dalam agama kita (Islam) tidak ada sikap merendahkan wanita dan menghina mereka. Bagaimana tidak. Wanita adalah seorang ibu. Berbakti kepada ibu lebih besar daripada kepada seorang ayah. Wanita adalah istri yang dijadikan oleh Allah sebagai ketenangan dan perhiasan, bahkan sebaik-baik perhiasan dunia. Wanita adalah anak perempuan dan keturunan. Apakah seorang pria rela memiliki istri yang akan menjadi ibu bagi anak-anaknya adalah wanita yang tercela dan terhina?

Penjelasan tersebut bisa dilihat pada jawaban dari pertanyaan no. 132959 seputar pemuliaan Islam terhadap wanita. Lihat juga jawaban dari pertanyaan no. 70042 .

Kedua.

Kurang agama juga sudah dijelaskan, yaitu karena wanita tidak shalat dan puasa ketika haid dan nifas. Tentu ini kekurangan yang tidak tercela. Dia juga tidak bisa menolaknya. Akan tetapi kurang dari sisi pria, karena pria tidak ada halangan untuk shalat dan puasa. Hal ini merupakan kemurahan dari Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Allah telah mendidik orang-orang beriman untuk tidak mengharapkan apa yang telah Allah anugerahkan kepada orang lain. Allah berfirman,

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

النساء/32 .

“Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ : 32).

عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: يَغْزُو الرِّجَالُ وَلَا تَغْزُو النِّسَاءُ ، وَإِنَّمَا لَنَا نِصْفُ المِيرَاثِ"، فَأَنْزَلَ اللَّهُ:  وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ  النساء/32 ، قَالَ مُجَاهِدٌ: " وَأَنْزَلَ فِيهَا  إِنَّ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ الأحزاب/35 رواه الترمذي (3022) ، وصححه الألباني.

Diriwayatkan dari Mujahid, dari Ummu Salamah, ia berkata, “Laki-laki pergi berperang, sedangkan wanita tidak berperang, dan (bagian) kami hanya setengah dari harta warisan.” Lalu Allah menurunkan, ‘Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.’ (QS. An-Nisa’ : 32). Mujahid mengatakan, “Berkenaan dengan hal itu, ayat berikut turun, ‘Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim,’ (QS. Al-Ahzab : 35). (HR. At-Tirmidzi, no. 3022 dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Telah disebutkan penjelasan makna kurang akal dan agama dalam jawaban dari pertanyaan no. 111867. Di dalamnya disebutkan bahwasanya maksud dari kurang adalah kurang dalam masalah yang disebutkan dalam hadits, bukan kurang secara umum.

Dan karena keadaan wanita yang lebih dominan perasaannya dan lemah pengendalian emosinya, kami tidak melihat itu sebagai suatu yang tercela. Justru wanita disiapkan untuk memikul tugas yang besar yang tidak mampu dilakukan oleh pria, di antaranya adalah merawat anak-anaknya dan menanggung beban yang tidak mampu dipikul oleh orang lain. Di antaranya juga kesabarannya atas perilaku suaminya dan tahan menghadapi rasa sakit, serta cepat move on dari rasa sakit.

Ketiga.

Sementara keadaan bahwasanya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya, hal ini merupakan perkara takdir Sang Pencipta yang tidak kuasa ditolak dan ditentang, selama wanita itu adalah wanita Mukminah. Sang Pencipta adalah Tuhan yang Maha Bijaksana atas apa yang diciptakan dan ditakdirkan-Nya.

Pemberitahuan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hal itu (wanita tercipta dari tulang rusuk) adalah untuk memberikan pesan, bersabar atas apa yang kadang muncul dari wanita, bukan berarti Nabi mencela, menghina, atau merendahkan keadaannya.

Al-Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468, meriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ ، فَإِنَّ المَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ .

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “dan berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya dia diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas, jika kamu berusaha untuk meluruskannya, niscaya akan patah, jika kamu membiarkannya, dia akan senantiasa bengkok, maka berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan."

Muslim, no. 1468 meriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ، وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا، كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلَاقُهَا .

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya seorang wanita di ciptakan dari tulang rusuk, dan tidak dapat kamu luruskan dengan cara bagaimanapun, jika kamu hendak bersenang-senang dengannya, kamu dapat bersenang-senang dengannya dan dia tetap saja bengkok, namun jika kamu berusaha meluruskannya, niscaya dia akan patah, dan mematahkannya adalah menceraikannya.’

Ahmad, no. 20093 dan Hakim, no. 7333, meriwayatkan,

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإنَّكَ إِنْ تُرِدْ إِقَامَة الضِّلَعِ تَكْسِرْهَا فَدَارِهَا تَعِشْ بِهَا وصححه محققو المسند، والألباني في "صحيح الجامع" (1944).   

Dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya perempuan tercipta dari tulang rusuk. Jika kamu ingin meluruskan tulang rusuk itu, maka berarti mematahkannya, pergauilah dengan lembut, niscaya kamu dapat hidup bersamanya.’” (Dinilai shhaih oleh para pentahqiq Musnad, dan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 1944).

Wanita diciptakan dengan karakter lemah, cenderung lemah dan sangat cemburu dan perasaan dominan. Siapa yang tidak memperhatikan sisi ini dan memaafkan kesalahan, maka hidupnya akan tenang bersama dengan wanita. Siapa yang mempermasalahkan hal-hal kecil dan ingin meluruskan semua masalah, maka akan sempit hidupnya, pria tidak tenang hidup bersama wanita, dan hal itu menyebabkan perceraian.

Siapa yang menantang masalah ini, hal itu karena ia tidak merenungkan keadaan kaum wanita bersama dengan pasangan mereka.

Hal ini merupakan masalah yang sama-sama diketahui oleh pasangan, dan orang yang pernah menyelesaikan masalah-masalah mereka. 

Terkadang pria berbuat baik kepada wanita setahun lamanya. Tapi, karena sekali berbuat buruk kepadanya, si wanita berkata, “Aku tidak melihatmu berbuat baik sama sekali.”

Mengingkari kebaikan suami termasuk ke dalam jenis seperti ini. Mengingkari kebaikan pasangan ada juga pada diri lelaki. Tetapi pada wanita lebih banyak. Inilah termasuk yang dinamakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai bengkok, dan beliau perintahkan untuk sabar dalam menyikapinya.

Anda sudah jelas bahwa lafazh Madaratun adalah lafazh yang disebut oleh Nabi dan bukanlah dibuat oleh para ulama. Al-Madarat adalah mengabaikan masalah yang telah kami sebutkan, dan tidak berarti bahwa wanita selalu mengidap kegilaan dan kerusakan pada akalnya, seperti yang Anda sebutkan.

Sedangkan akhlak yang bengkok dan ungkapan-ungkapan lainnya, maksudnya bukanlah semua wanita pasti begitu, atau akhlak wanita seperti itu. Namun maksudnya adalah akhlak yang timbul dari kesalahan (kekhilafan) dan apa saja yang muncul dari pengaruh emosional yang cepat, dan semisalnya.

Semua ucapan boleh diterima dan boleh ditolak, kecuali ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang Ma’shum.

Renungkanlah ucapan Anda, “Banyak pertanyaan ini yang sering melintas ketika saya membaca Al-Qur’an dan tafsirnya.” Ucapan ini sepertinya berlebihan dan terburu-buru dalam memberikan hukum, yang sering mendominasi kaum wanita. Lalu, apakah yang Anda dapatkan di dalam Al-Qur’an yang sejenis dengan apa yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda ?!

Sesungguhnya hati kita menolak terhadap pertanyaan yang di dalamnya terdapat penentangan terhadap firman Allah atau sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti ini. Kita sangat heran kepada orang yang keteguhan iman berada di dalam hatinya yang tidak menyibukkan diri dengan masalah seperti ini.

Cukuplah seorang Mukmin dan Mukminah itu bersungguh-sungguh dalam beramal shalih agar ia mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

النحل/97 .

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang Mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنْ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا

النساء/124 .

“Siapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun.” (QS. An-Nisa’ : 124).

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ

آل عمران/195 .

“Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain.” (QS. Ali Imran : 195).

Mendekatlah pada ibadah dan ketaatan Anda kepada Allah. Tinggalkanlah was-was dan keraguan. Dunia adalah negeri untuk beramal shalih dan akhirat kelak semua jiwa akan mendapatkan apa yang diusahakannya. Oran-orang yang bercocok tanam akan memanen apa yang mereka tanam.

Kami memohon kepada Allah agar melapangkan dada Anda, memudahkan urusan Anda dan menjaga Anda dari bisikan-bisikan setan.

Wallahu A’lam.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam