Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah, wa ba'du:
Pertama:
Wajib bagi muslim untuk percaya kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ
الشورى/15
(Katakanlah, “Aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah) QS. As-Syura /15
Ini adalah kitab yang tidak diketahui jumlahnya, karena Allah ta’ala menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul dan Nabi, dan kita tidak mengetahui Sebagian besar dari mereka.
Allah ta’ala berfirman:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ
البقرة/213
(Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.) QS. Al-Baqarah /213
Dan Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
الحديد /25
(Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. ) QS. Al-Hadid /25
Dan Allah ta’ala berfirman:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
البقرة /136
(Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” ) QS. Al-Baqarah /136
Dan Allah ta’ala berfirman:
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
آل عمران/84
(Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub beserta anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, serta para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” ) QS. Ali Imran /84
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
Allah ta’ala menuntun hamba-hamba-Nya yang beriman untuk beriman pada apa yang diturunkan kepada mereka secara terperinci melalui perantara Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , dan pada apa yang diturunkan secara global melalui para Nabi terdahulu. Dia menyebutkan beberapa Nabi tertentu secara khusus, dan menyebutkan sisa Nabi-Nabi lainya secara umum, dan Dia memerintahkan kita untuk tidak membeda-bedakan diantara mereka, tetapi sebaliknya mereka beriman kepada mereka seluruhnya”. akhir kutipan dari “Tafsir Ibnu Katsir” (1/448).
Untuk itu kita wajib beriman secara umum kepada kitab-kitab yang kita tidak mengetahui secara pasti jumlahnya, hanya Allah lah yang Maha Mengetahuinya, dan kita juga mempercayai kitab-kitab yang kita ketahui penjelasan rincianya sebatas pengetahuan yang kita dapatkan dari ayat-ayat wahyu.
Muhammad Bin Nasir al-Marwazi rahimahullah ta’ala berkata:
Adapun firman-Nya (dan kitab-kitab-Nya) ialah kamu beriman kepada apa yang telah Allah namakan di antara kitab-kitab-Nya dalam kitab-Nya, yaitu Taurat, Injil, dan khususnya Zabur, dan kamu juga hendaknya mengimani bahwa Allah mempunyai kitab-kitab selain itu, yang diturunkan-Nya kepada para nabi-Nya, dan tidak seorang pun mengetahui nama-nama dan juga jumlahnya, kecuali hanya Dia yang menurunkannya, dan kamu beriman kepada Al-Quran, imanmu kepada Al-Quran tidak seperti imanmu kepada kitab-kitab yang lain.
Keimananmu pada kitab-kitab lain adalah pengakuanmu dengan hati dan lisanmu terhadap kitab-kitab tersebut, dan keimananmu pada Al-Quran adalah pengakuanmu terhadapnya dan mengikuti apa yang ada di dalamnya. Akhir kutipan dari "Ta’dhimu Qadri As-Shalat" (1/393).
Kedua:
Ibnu Hibban meriwayatkan dari hadits Ibrahim bin Hisyam bin Yahya bin Yahya al-Ghasani, yang berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, dari kakekku, dari Abu Idris al-Khawlani, dari Abu Dzar, yang berkata:
“Saya memasuki masjid dan melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, duduk sendirian...”
Aku bertanya: Wahai Rasulullah! Berapa banyak kitab suci yang diturunkan Allah?
Ia berkata: Seratus kitab dan empat kitab: Lima puluh lembaran diturunkan kepada Syits, tiga puluh lembaran diturunkan kepada Akhnokh, sepuluh lembaran diturunkan kepada Ibraham, sepuluh lembaran diturunkan kepada Musa sebelum Taurat, dan diturunkan Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan... Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Sahih-nya, “Al-Ihsaan fi Taqreeb Sahih Ibnu Hibban” (2/76-77).
Di dalam sanadnya ada Ibrahim bin Hisyam, ad-dzahabi rahimahullah ta’ala berkata tentangnya, ia adalah perawi Hadis Panjang Abi Dzar, yang dia riwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya.
At-Tabrani berkata: tidak ada yang meriwayatkan ini dari Yahya kecuali anaknya sendiri, dan mereka terpercaya.
Disebutkannya Ibnu Hibban dalam perawi yang terpercaya, dan ia mentakhrij Hadisnya dalam al-anwa.
Adapun Ibnu Abi Hatim, ia berkata: Aku bertanya kepada ayahku, "Mengapa engkau tidak meriwayatkan dari Ibrahim bin Hisyam Al-Ghassani?" Ia berkata: Aku pergi ke desanya, lalu ia membawakan sebuah kitab yang ia klaim ia dengar dari Saeed bin Abdul Aziz. Aku memeriksanya dan menemukan hadis-hadis Damrah dari Ibnu Syadhab dan lainnya. Aku melihat sebuah hadis dan aku menggolongkannya hasan dari hadis Al-Laits bin Saad dari Aqil, maka aku berkata kepadanya, "Sebutkan ini."
Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Saeed bin Abdul Aziz dari Laith bin Saad dari Aqil, yang mengatakannya dengan kasra.
Aku melihat hadis-hadis di kitabnya yang diriwayatkan dari Suwaid bin Abdul Aziz, dari Mughirah, maka aku berkata: Ini hadis-hadis Suwaid! Ia berkata: Saeed bin Abdul Aziz telah meriwayatkan kepada kami, dari Suwaid.
Abu Hatim berkata: Saya pikir dia tidak menuntut ilmu. Dia pembohong.
Abdurrahman bin Abi Hatim berkata: Abdul Rahman bin Abi Hatim berkata: Aku sampaikan sebagian dari hal ini kepada Ali bin Al-Hussein bin Al-Junayd, lalu dia berkata: Abu Hatim adalah orang yang jujur, dan semestinya ia tidak mungkin meriwayatkan darinya.
Ibnu al-Jawzi berkata: Abu Zur’ah berkata: Dia pembohong. Kutipan akhir dari “Mizan al-I’tidal” (1/72-73).
Tidak diragukan lagi bahwa Abu hateem adalah termasuk ahli ilmu hadis yang memiliki pengetahuan khusus tentang para perawi hadis, sebab-sebab tajrih dan ta’dil, dan diketahui bahwa ia tidak dapat dipercaya dalam meriwayatkan hadis.
Oleh karena itu, sejumlah peneliti menyatakan bahwa hadis ini dhaif. Bahkan, mereka melihat bahwa hadis ini sendiri merupakan bukti kelemahan perawi tersebut.
Ibnu Katsir rahimahullah ta’ala berkata: dan tidak diragukan lagi bahwa sudah lebih dari satu ahli tajrih dan ta’dil yang memberikan kritiknya mengenai hadis ini. Akhir kutipan dari “Tafsir Ibnu Katsir” (2/470).
Diriwayatkan oleh at-Tabrani dalam “at-tarikh” (1/152-153): dari hadis al-Madhi bin Muhammad, dari Abi Sulaiman, beberapa peneliti mentajrih bahwa perawi adalah Ali bin Sulaiman, dari Qasim bin Muhammad, dari Abi Idris al-Khulani, dari Abi Dzar Al-Ghifari berkata:
Aku bertanya: wahai Rasulullah, berapa jumlah kitab yang diturunkan Allah ‘azza wa jalla ?
Beliau menjawab: “100 kitab dan 4 kitab, Allah turunkan 50 lembaran kepada Syits”.
al-Madhi bin Muhammad adalah perawi dhaif menurut para ulama hadis.
Ibnu ‘Adi: “termasuk hadis munkar”, akhir kutipan dari “al-Kamil” (8/183).
Dan Ali bin Sulaiman adalah perawi yang tidak dikenal (majhul), seperti yang dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah ta’ala.
Qasim bin Muhammad Syeikh tentang Ali bin Sulaiman, ia tidak dikenal (majhul). Akhir kutipan dari “taqrib at-tahdzib” (hlm. 401).
Qasim bin Muhamad, Ibnu Hajar rahimahullah ta’ala mengatakan hal itu.
Qasim bin Muhammad Syeikh tentang Ali bin Sulaiman, ia tidak dikenal (majhul). Akhir kutipan dari “taqrib at-tahdzib” (hlm. 402).
Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam “al-mustadrak” (2/597) dan Yahya bin al-Husain as-Syajari dalam “al-amali” (915) dan selain mereka berdua: dari hadis Yahya bin Sa’id as-sa’adi al-basari, Abdul Malik bin Juraij meriwayatkan hadis kepada kami, dari ‘Atha, dari ‘Ubaid al-Laithi, dari Abi Dzar radhiyallahu ‘anhu.
Al-Hakim tetap diam mengenai hal itu, sementara Al-Dzahabi mengomentarinya dengan mengatakan, “Al-Sa’adi tidak dapat dipercaya.”
Ibnu Hibban rahimahullah ta’ala berkata:
“Yahya bin Saeed Al-Syahid: Seorang syekh yang meriwayatkan hadis-hadis terbalik dari Ibnu Jurayj, dan dari perawi-perawi terpercaya lainnya yang meriwayatkan hadis-hadis yang tidak lengkap. Tidak diperbolehkan mengutipnya sebagai dalil jika ia sendiri yang meriwayatkannya”.
Diriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Atha’, dari Ubaid bin Umair, dari Abu Dzar, berkata: “Aku memasuki masjid dan melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk. Beliau berkata kepadaku: ‘Wahai Abu Dzar! Di masjid ini ada penghormatan (tahiyatul masjid), maka berdirilah dan ruku’. Kemudian beliau menyebutkan hadis panjang dalam wasiat Abu Dzar.
Ini bukan dari hadis Ibnu Juraij, Atha’, atau Ubaid bin Umair, dan yang paling mirip dengannya adalah riwayat Abu Idris al-Khawlani. Akhir kutipan dari "al-Majruhin" (3/129-130).
Ibnu ‘Adi berkata:
“Ini adalah hadis munkar dari jalur periwayatan ini, dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha, dari ‘Ubaid bin Umair, dari Abi Dzar”
Hadis ini tidak memiliki rantai periwayatan kecuali melalui riwayat Abu Idris Al-Khawlani dan Al-Qasim bin Muhammad dari Abu Dzar.
Ketiga:
Hadis bin Juraij, ini adalah termasuk Riwayat yang jelas munkarnya. Dan Yahya bin Saad dikenal karena hadis ini. Akhir kutipan dari "Al-Kamil" (9/107).
Kesimpulannya, adalah bahwa hadis ini tidak memiliki sanad yang sah yang dapat dijadikan sandaran.
Ibnu Rajab rahimahullah ta’ala: “telah diriwayatkan dari berbagai sumber, dari Abi Dzar, dan semuanya tidak lepas dari kritik. Akhir kutipan dari “Fathul Bari” (3/274).
Wallahu a’lam.