Alhamdulillah.
Pertama:
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bahwa:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ * ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
السجدة/5-6
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”. (QS. As Sajadah: 5-6)
Allah Subhanah berfirman:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
الرعد/2 .
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu”. (QS. Ar Ra’du: 2)
Allah Subhanah juga berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
يونس/3
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Yunus: 3)
Kata “Ad Tadbiir” adalah menurunkan urusan sesuai dengan urutannya berdasarkan hukum akibat yang menyertainya.
Baca: At Tafsir al Basith: 11/121
Allah Ta’ala telah menentukan takdir para makhluk sesuai dengan tuntutan hikmah dan didahului oleh kehendak-Nya.
Dan kalimat: “Yudabbirul Amr” adalah mengatur urusan para makhluk dengan aturan yang rinci dan hikmah yang tinggi”.
Kalimat: “Yudabbirul Amr” maksudnya Dia memutuskan dan menentukan kadarnya dengan hikmah”.
Baca: At Tafsir al Wasith – Majma’ Al Buhuts al Islamiyah: (4/50), (4/82), (5/402).
Syeikh As Sa’di –rahimahullah- berkata:
“Allah Ta’ala berfirman dengan menjelaskan Rububiyah, Uluhiyah dan keagungan-Nya:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa”.
Padahal Dia Maha Kuasa untuk menciptakannya dalam sekejap, akan tetapi hal itu karena mengandung hikmah ilahiyah dan lemah lembut dalam perbuatan-Nya.
Di antara sekian banyak hikmah yang terkandung di dalamnya adalah bahwa Dia telah menciptakannya dengan kebenaran, untuk kebenaran, agar dikenal dengan Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya dan di Esakan dalam ibadah.
Kemudian setelah menciptakan langit dan bumi Dia bersemayam di atas ‘Arsy dengan bentuk semayam yang sesuai dengan keagungan-Nya.
Mengatur urusan di alam atas dan bawah dari mematikan dan menghidupkan, menurunkan rizeki mempergilirkan hari bagi manusia, mengangkat bahaya dari orang-orang yang nyaris tertimpa bahaya, mengijabah permintaan mereka yang meminta.
Macam-macam pengaturan turun dari-Nya dan naik kepada-Nya, semua makhluk tunduk kepada kemuliaan-Nya, tunduk kepada keagungan dan kekuasaan-Nya”. (Tafsir As Sa’di: 357)
Kedua:
Termasuk bagian dari Tadbirullah (pengaturan Allah Ta’ala) kepada makhluk adalah ‘inayah (pertolongan-Nya) kepada mereka, petunjuk dari pertolongan tersebut dinamakan petunjuk aturan atau keserasian; karena ia akan membuka bagi seorang hamba jauhnya analisa dan berfikir pada alam semesta dan semua makhluk yang ada di dalamnya dan semua kondisi dan saksi yang menuntunnya; sesuai dengan pertolongan Allah terkait dengan alam semesta ini, pengaturan-Nya kepada makhluk-Nya, Maha suci Allah, dan apa yang menunjukkan kepada ilmu-Nya, hikmah, kekuasaan, dan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
Di antara ayat-ayat Al Qur’an yang tertera sebagai dalil pertolongan-Nya adalah:
وَجَعَلْنَا فِي الأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجاً سُبُلاً لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ, وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفاً مَحْفُوظاً وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ, وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
الأنبياء/31 - 33
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al Anbiya’: 31-33)
Firman Allah Ta’ala yang lain:
وَالأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ, وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ, وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ, وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
الحجر/19 - 22 .
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”. (QS. Al Hijr: 19-22)
Beberapa ayat Al Qur’an di atas yang telah kami sebutkan dan ayat-ayat lainnya yang serupa dengannya masih banyak lagi, mencuri perhatian manusia bahwa di alam semesta ini terdapat keteraturan yang detail, keserasian antar bagian alam semesta yang lain, semua itu menunjukkan dengan pasti atas pertolongan yang sempurna pada alam semesta ini dan apa yang ada di dalamnya, dan bahwa ada Tuhan Yang Esa Yang Maha Kuasa, Dia-lah yang telah mengatur semua apa yang ada di dalamnya dengan aturan yang paling sempurna. Dan bahwa tidak satupun yang ada di alam semesta ini kecuali ada tempatnya yang sesuai dan kadar yang sesuai pula, semua yang ada di dalamnya sesuai dengan hikmah yang tertinggi, pertolongan dan kejelian. Mereka yang melihat ketelitian yang menakjubkan ini dan keteraturan yang dahsyat pada segala sesuatu, di bumi, di langit dan di antara keduanya, bahwa perubahan apapun di dalamnya akan menyebabkan kerusakan dan keruwetan; maka tidak ada ruang baginya kecuali beriman kepada ke-Esaan Allah Ta’ala.
Sungguh kalau kita bertanya kepada ahli ilmu falak, dia akan menjelaskan kepada kita rincian perhitungan tentang astronomi, keteraturan planet-planet, ukurannya, jarak tempuhnya, semua itu akan membingungkan akal.
Kalau kita bertanya kepada pakar anatomi tentang tubuh manusia, pakar binatang tentang macam-macam binatang yang terbang, berenang, berjalan, melata dengan bentuk-bentuknya, warna, karakteristiknya, kehidupan dan keajaibannya; maka pasti kita akan pasrahkan semua itu tanpa ragu-ragu kepada ke-Esaan Allah.
Kalau kita bertanya kepada pakar tumbuhan tentang macam-macamnya, buah-buahannya, daun-daunnya, rasa dan karakteristiknya, maka pasti dia akan menjawab dengan jawaban yang pasti menunjukkan akan ke-Esaan Allah.
Kalau kita melihat pada keteraturan yang detail di bumi, lautan, daratan, gunung-gunung, goa-goa, lembah, bebatuan, pasir, hasil tambang, mata air dan sungai-sungainya, tingkatannya, maka semua itu pasti akan mengantarkan kepada pengakuan kita kepada ke-Esaan Allah.
Sungguh akal yang sehat menolak dengan keras bahwa kalau ada keteraturan pada sesuatu akan terjadi begitu saja karena kebetulan, kalau kita memasuki rumah atau toko yang teratur, maka hal itu pertama kali penglihatan kita akan terbawa pada sosok yang mengatur rumah dan toko tersebut, maka bagaimana dengan alam semesta ini semua yang ada di dalamnya terdapat keteraturan yang terbaik ?”. (Aqidatu At Tauhid fii Al Qur’an Al Karim: 147-149)
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara “inayah” (pertolongan) dan “Tadbiir” (Pengaturan); hanya saja bisa dikatakan bahwa pengaturan itu adalah perkara yang lebih umum dari pada pertolongan.
Yang penting, sepertinya yang pertama kali menggunakan istilah “inayah” dalam masalah ini, dan menamakan berdalil dengan hukum Allah pada alam semesta, dan mengatur urusan makhluk-Nya sebagai “Dalil ‘Inayah” adalah seorang ahli filsafat Andalusia Abu Al Walid Ibnu Rusyd Al Hafiidz pada bukunya yang dikenal dengan “Manahij Al Adillah fii ‘Aqaaid Al Millah”.
Wallahu A’lam