Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Orang Puasa Tidak Diperkenankan Mencela Seseorang

Pertanyaan

Jika saya berpuasa, lalu saya menghardik seseorang atau berbuat buruk kepada seseorang, apakah hal itu dapat merusak puasaku? Saya ingin tahu jawabannya karena teman-temanku menghardik dan berbuat jelek kepada orang ketika puasa. Dan saya ingin memberitahukan kepada mereka kenapa harus menjauhi kemaksiatan seperti hardikan dan lainnya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Terjerumus dalam kemaksiatan di siang Ramadan seperti menghina dan mencaci tidak merusak puasa. Artinya hal itu bukan termasuk pembatal puasa. Akan tetapi dapat mengurangi pahala puasa. Bahkan kemaksiatan ini dapat menghilangkan semua pahala. Sehingga orang puasa tidak dapat mengambil manfaat dari puasanya kecuali lapar dan haus.

Orang puasa diperintahkan menjaga anggota tubuh dari kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Maksud puasa bukan sekedar menahan makan dan minum. Bahkan maksudnya adalah menahan dari kemaksiatan kepada Allah Ta’ala dan merealisasikan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ   (سورة البقرة: 183)

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ   (رواه البخاري، رقم 1903- 6075)

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari, 1903, 6075)

Perkataan dusta mencakup semua perkataan haram seperti bohong, mengguncing, namimah (mengadu domba), menghina dan menghardik.

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

 إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ  (رواه البخاري، رقم 1894 ومسلم، رقم 1151)

“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Bukhari, no. 1894 dan  Muslim, no. 1151)

Al-Hafidz rahimahullah mengomentari, “Perkataan (فلا ترفث) maksud rafats disini adalah perkataan jorok. Perkataan (Jangan bersikap bodoh) maksudnya adalah jangan melakukan prilaku orang bodoh seperti berteriak, dungu dan semisal itu. Maksud dalam hadits adalah jangan engkau balas prilaku dengan prilaku yang sama, bahkan cukup anda mengatakan ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’.

Jika orang puasa diperintahkan agar tidak membalas orang yang menghardiknya, apalagi  jika dia menyakiti orang lain dan dia yang memulai dengan hardikan?

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa larangan orang puasa dari kata-kata jorok, prilaku bodoh, bertengkar dan saling menghardik tidak dikhususkan padanya. Sesungguhnya setiap orang asalnya dilarang melakukan seperti itu. Akan tetapi bagi orang puasa lebih ditekankan lagi.”

Diriwayatkan oleh Hakim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa salam bersabda:

 ليس الصيام من الأكل والشرب، إنما الصيام من اللغو والرفث، فإن سابك أحد أو جهل عليك فقل : إني صائم ، إني صائم

“Puasa bukan sekedar (menahan diri dari) makan dan minum. Akan tetapi puasa (adalah menahan diri) dari perkataan sia-sia dan jorok. Kalau ada orang yang menghina anda atau berprilaku bodoh kepada anda, maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa. Sesungguhnya saya sedang puasa."

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, 1690 dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلا الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلا السَّهَرُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan dari puasanya selain lapar, dan betapa banyak orang menunaikan shalat malam, tidak mendapatkan dari shalat malamnya selain begadang (semata).”

Silahkan merujuk larangan berbohong dalam puasa soal no. 37989

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam