Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Apakah Dibenarkan Menyucapkan Salam Dengan Lafadz ‘Salamun ‘Alaikum (semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian).

Pertanyaan

Kebanyakan orang islam mengucapkan salam kepada saudara-saudarnya dengan lafadz ‘Salamun ‘alaikum’ apakah kita diperbolehkan mengucapkan hal itu? Kalau sekiranya tidak dibenarkan, apakah pelakunya mendapatkan pahala dari mengucapkan salam itu?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Tidak mengapa orang yang memulai salam mengucapkan dalam salamnya ‘Salamun ‘alaikum’ atau salamun ‘alaika’. Dimana Allah telah menjelaskan bahwa ucapan penghormatan para malaikat kepada penduduk surga adalah ‘Salamun ‘alaikum’. Seraya berfirman:

وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

الرعد/23، 24

“sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” QS. Ar-Ra’du: 23-24.

Dan firman-Nya:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

الزمر/73

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." QS. Az-Zumar: 73

Telah ada ucapan salam dengan teks ini dalam firman-Nya ta’ala:

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

النحل/32

“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." QS. An-Nahl: 32

Dan firman-Nya:

وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ

القصص/55

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil." QS. Al-Qasas: 55.

Dan firman-Nya:

وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

الأنعام/54

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-An’am: 54

Diriwayatkan Ibnu Hibban dalam shohehnya, (493) dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu:

أن رجلا مَرَّ على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو في مجلس فقال : سلامٌ عليكم . فقال: (عشر حسنات ) ثم مَرَّ آخر فقال :  سلامٌ عليكم ورحمة الله . فقال : عشرون حسنة ) ثم مَرَّ آخر فقال : سلامٌ عليكم ورحمة الله وبركاته . فقال: ثلاثون حسنة ) فقام رجل من المجلس ولم يسلم فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ما أوشك ما نسي صاحبكم ، إذا جاء أحدكم إلى المجلس فليسلم ، فإن بدا له أن يجلس فليجلس ، وإن قام فليسلم ، فليست الأولى بأحق من الآخرة ) صححه الألباني في صحيح الترغيب والرهيب (2712

“Bahwa seseorang melewati Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dalam majlisnya dan mengucapkan ‘Salamun ‘alaikum’ maka beliau (Nabi) bersabda,”Sepuluh kebaikan. Kemudian ada orang lain lewat dan mengucapkan ‘Salamun ‘alaikum wa rahmatullah’, maka beliau bersabda,”Dua puluh kebaikan. Kemudian ada orang lain lewat dan mengucapkan ‘Salamun ‘alaikum warahmatullahi wa barokatuhu’, maka beliau bersabda,”Tiga puluh kebaikan. Dan ada seseorang berdiri dari majlis tanpa memberikan salam. Maka Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Apakah teman kamu hampir lupa, kalau salah seorang diantara kalian datang dalam suatu majlis, hendaknya dia memberikan salam. Kalau dia berkeinginan duduk, silahkan duduk. Kalau dia berdiri, hendanya dia memberikan salam. Tidaklah yang pertama itu lebih utama dibandingkan dengan yang lainnya. Dishohehkan oleh Al-Albani di ‘Shoheh At-Targib wat tarhib, 2712.

Dalil-dalil ini dan lainnya, menjelaskan bahwa tidak mengapa seseorang mengucapkan salam dengan teks (Salamun ‘alaikum) dan hal itu akan mendapatkan pahala, dan berhak untuk menjawabnya. Dan para ulama’ berbeda pendapat manakan yang lebih utama (Assalamu’alaikum) atau (Salamun ‘alaikum)? Ataukah keduanya itu sama?

Al-Mardawi dalam kitab ‘Al-Inshof’, (2/563) mengatakan,”Kalau memberikan salam kepada orang yang hidup, yang benar dalam madzhab adalah dia boleh memilih antara yang ta’rif (yang telah dikenal dengan menambahkan alif lam) dan tankir (umum tanpa ada tambahan alif lam di depannya). Hal itu telah disebutkan dalam kitab ‘Al-Furu’. Dan disebutkan bukan hanya satu orang saja. Kemudian menyebutkan riwayat dari Ahmad, bahwa ta’rif itu lebih utama daripada yang tankir. Sementara Ibnu Uqail menyebutkan lebih utama tankir dibandingkan dengan ta’rif.

An-Nawawi dalam kitab ‘Al-Adzkar, hal. 356-358 mengatakan,”Ketauilah, bahwa yang lebih utama bagi orang muslim itu mengucapkan ‘Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuhu. Dengan mempergunakan dhomir (kata ganti) jama’ (plural) meskipun yang diberi salam itu hanya satu orang. Dan orang yang menjawab mengatakan,”Wa’alaikum salam warahmatullah wabarokatuhu.

Rekan-rekan kami mengatakan,”Kalau orang yang memulai itu mengucapkan ‘Assalamu’alaikum’ maka telah mendapatkan ucapan salam. Kalau dia mengucapkan ‘Assalamu’alaka’ atau salamun ‘alaika’ juga telah mendapatkan salam.

Sementara menjawabnya, minimal mengucapkan ‘wa’alaikas salam’ atau wa’alaikumus salam. Kalau dihilangkan huruf ‘wawu’ dengan mengucapkan ‘Alaikumum salam’ hal itu diterima. Dan itu termasuk jawaban (dari salam).

Kalau orang yang memulai mengucapkan ‘Salamun ‘alaikum’ atau mengucapkan ‘Assalamu’alaikum’. Maka orang yang menjawab dalam dua teks tadi dengan ucapan ‘Salamun ‘alaikum’ dan dia boleh mengucapkan ‘Assalamu’alaikum’. Allah ta’ala berfirman:

قالُوا سَلاماً قالَ سَلامٌ

“mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," QS. Hud: 69

Imam Abul Hasan Al-Wakhidi dari rekan kami mengatakan,”Anda boleh memilih dengan menta’rifkan salam atau menakirohkannya. Saya (Nawawi) mengatakan,”Akan tetapi adanya alif dan lam (ma’rifah) itu lebih utama. Selesai dengan diringkas.

Kedua:

Yang dimakruhkan bagi orang yang memulai itu mengucapkan ‘Alaikas salam’ atau ‘Alaikumus salam’ karena teks itu adalah ucapan selamat bagi orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, telah diriwayatkan oleh Abu Daud, (5209) dan Tirmizi, (2722) dari Abu Juray Al-Hujaimi radhiallah’anhu berkata,

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ : عَلَيْكَ السَّلَامُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ : ( لا تَقُلْ عَلَيْكَ السَّلامُ ، فَإِنَّ عَلَيْكَ السَّلامُ تَحِيَّةُ الْمَوْتَى ) والحديث صححه الألباني في صحيح أبي داود.

“Saya mendatangi Nabi sallallahu’alalihi wa sallam dan saya mengucapkan ‘Alaikas salam’ wahai Rasulullah, maka beliau bersabda,”Jangan mengatakan ‘Alaikas salam’. Karena sesungguhnya perkataan ‘Alaikas salam’ itu ucapan selamat bagi orang yang telah meninggal dunia. Hadits dishohehkan oleh Al-Albani di ‘Shoheh Abi Daud.

Maksud dari sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ‘Sesungguhnya perkataan ‘Alaikas salam’ adalah ucapan selamat bagi orang yang telah wafat’ mengisyaratkan kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan tukang syair dan lainnya, bahwa teks salam seperti ini itu diucapkan kepada orang-orang yang telah wafat. Kalau tidak, maka yang sesuai sunnah Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dalam memberikan salam kepada orang mati itu seperti sunnah memberikan salam kepada orang yang masih hidup dengan mengucapkan ‘Assalamu’alaikum’.

Ibnu Qoyyim rahimahullah menjelaskan hal itu seraya mengatakan,”Biasanya termasuk petunjuk Nabi dalam memulai salam adalah mengucapkan ‘Assalamau’alaikum warahmatullah’ dan beliau tidak menyukai (makruh) bagi orang yang memulai mengucapkan ‘Alaikas salam’ Abu Jariy Al-Hujaimi mengatakan,”Saya mendatangi Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan saya mengatakan ‘Alaikas salam’ wahai Rasulullah. Maka beliau bersabda,”Jangan mengatakan ‘Alaikas salam’ karena perkataan ‘Alaikas salam’ adalah ucapan selamat untuk orang yang sudah wafat. Hadits soheh. Sebagian kelompok mempunyai masalah dan mereka menyangka bahwa ada kontradiksi dengan apa yang telah ada ketetapan dari Nabi sallalahu’alaihi wa sallam terkait memberikan salam kepada orang yang sudah wafat dengan teks ‘Assalamu’alaikum’ dengan mendahulukan ‘Assalamu’ mereka menyangka bahwa sabda beliau (Sesungguhnya ‘Alaikas salam’ itu adalah ucapan selamat bagi orang yang telah wafat. Itu sebagai berita tentang yang disyareatkan. Mereka sangat salah sekali sehingga menyangka ada kontradiksi. Sesungguhnya arti dari sabdanya ‘sesungguhnya ‘Alaikas salam’ itu adalah ucapan selamat bagi orang yang sudah wafat’ adalah pemberitahuan akan realita yang ada bukan suatu pensyareatan. Maksudnya bahwa para tukang syair dan lainnya mereka memberikan ucapan selamat kepada orang yang sudah wafat dengan teks ini. Seperti perkataan mereka:

عليكَ سلامُ الله قيسَ بن عاصمٍ ورحمته ما شاء أن يترحما

فما كان قيسٌ هُلْكُه هُلكَ واحدٍ ولكنّه بنيان قومٍ تهدّما

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurahkan kepada Qais bin ‘Ashim yang memohon rahmat sekehendaknya

Kematian Qais bukanlah kematian satu manusia biasa, namun seperti bangunan suatu kaum hancur tak tersisa

Maka Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tidak menyukai (makruh) memberikan ucapan selamat dengan ucapan selamat untuk orang yang telah wafat. Selesai dari ‘Zaadul Ma’ad, (2/383).

Ketiga:

Salam yang paling sempurna adalah mengucapkan ‘Assalamau’alaikum warahmatullah wabarokatuhu’ atau ‘Salamun ‘alaikum warahmatullahi wa barokatuhu’. Sebagaimana yang tadi disebutkan dalam hadits Ibnu Hibban dan diriwayatkan oleh Abu Daud (5195) dan Tirmizi, (2689).

Dari Immron bin Husain radhiallahu’anhu berkata, ada seseorang mendatangi Nabi sallallahu’alaih wa sallam dan mengatakan,”Assalamu’alaikum’. Kemudian beliau membalasnya kemudian dia duduk. Maka Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Sepuluh. Kemudian datang orang lain dan mengucapkan ‘Assalamu’alaikum wa rahmatullah’ maka beliau membalas salamnya kemudian duduk. Dan beliau bersabda,”Dua puluh. Kemudian ada orang lain datang dan mengucapkan ‘Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuhu’ maka beliau menjawab salam. Dan dia duduk. Dan beliau sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tiga puluh. Dishohehkan oleh Al-Albani di shoheh Abu Daud.

Sementara tambahan (Wamagfiratuhu) atau (Waridwanuhu) tidak shoheh dari Nabi kita sallallahu’alaihi wa sallam. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Qoyyim dalam ‘Zaadul Ma’ad, (2/381) dan Al-Albani di ‘Dhoif Abi Daud, (5196).

Wallahua’lam

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam