Ahad 28 Jumadits Tsani 1446 - 29 Desember 2024
Indonesian

Bagaimana Seseorang Menjaga Dirinya Dari Fitnah Agama ?

Pertanyaan

Bagaimana seseorang bisa menjaga diri dari fitnah di dalam agamanya ?, jika dia terjerumus di dalamnya maka apa yang wajib dilakukannya untuk mencegah fitnah itu terjadi ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Alhamdulilah

Pertama:

Sungguh kebaikan agama seseorang di dunia adalah kebahagiaannya dan kesuksesannya di akhirat, modal utama seorang muslim adalah agamanya. Barang siapa yang menyia-nyiakannya dan mengarahkannya kepada fitnah maka dia telah gagal dan merugi, namun barang siapa yang menjaga dirinya dan berusaha untuk menguatkannya maka dia telah beruntung dan berhasil, oleh karenanya termasuk doa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- :

( اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ ) . رواه مسلم ( 2720(

“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi penjaga urusanku, dan perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupan ini menjadi tambahan setiap kebaikan dan jadikanlah kematian menjadi tempat istirahat dari setiap keburukan”. (HR. Muslim: 2720)

Al Manawi –rahimahullah- berkata:

“اللهم أصلح لي ديني الذي هو عصمة أمري adalah Dzat yang telah menjaga segala urusanku, karena barang siapa yang agamanya rusak maka akan rusak semua urusannya, dan dia akan gagal dan rugi di dunia dan akhirat”. (Faidhul Qadir: 2/173)

Kedua:

Seorang muslim mampu –dengan petunjuk dari Allah- untuk menjaga agamanya dari banyak fitnah, hal ini dengan meniti jalannya orang-orang beriman dengan wasiat mereka dalam banyak urusan, di antaranya adalah:

1.      Menjauhi lingkungan yang agama dan akhlaknya rusak, maka menjauhi untuk bertempat tinggal di daerah yang penuh dengan kekufuran, menjauhi pergaulan dengan orang-orang fasik, dan barang siapa yang menjauhi dari sarana-sarana kerusakan maka dia akan menjaga agamanya dari kerusakannya dengan izin Allah, lingkungan penuh kekufuran dan berbaur dengan penduduknya hampir-hampir akan mampu mempengaruhi masyarakat muslim yang bertempat tinggal di dalamnya. Kami telah melihat dan mendengar dan menyesakkan dada jika ada yang berbalik ke belakang dengan menjual agamanya dengan kenikmatan dunia yang fana yang disebabkan karena dia terbiasa mengikuti lingkungan kufur dan penduduknya, hatinya pun mati karena bertempat tinggal di tengah-tengah mereka atau berbaur dengan mereka.

Dan yang serupa dengan di atas adalah menjauh dan tidak terlibat dalam khilafiyah di antara umat Islam, khususnya jika perbedaan tersebut akan menyebabkan keterputusan, saling membelakangi dan peperangan.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:

“Barang siapa yang menelaah keadaan fitnah yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, akan menjadi jelas bahwa tidak lah seseorang pun yang masuk di dalamnya, akan dipuji setelah dia memasukinya; karena akan membahayakan agama dan dunianya. Oleh karenanya termasuk yang dilarang dan menahan diri termasuk yang diperintahkan sebagaimana yang telah Allah firmankan:

( فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم(

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. An Nur: 63)

(Minhajus Sunnah An Nabawiyah: 4/410)

2.      Termasuk yang akan mampu menjaga agama seseorang adalah dengan memperkuat keimanannya dengan mengerjakan ketaatan yang wajib dan meninggalkan kemungkaran yang diharamkan. Dan termasuk ketaatan wajib yang paling besar adalah mendirikan shalat, hendaknya seorang muslim menjaga shalatnya dan dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan, dengan syarat-syarat, rukun dan kekhusu’annya, Allah berfirman:

( وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ) العنكبوت/ من الآية 45 .

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. (QS. Al Ankabut: 45)

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah memberikan wasiat untuk mmengerjakan ketaatan secara umum agar selamat dari fitnah agama, dan mewaspadai fitnah dunia, seperti; harta, wanita, kedudukan untuk menjadi penyebab menjual agama. Beliau juga mengabarkan bahwa bisa jadi seseorang itu pada malam harinya sebagai seorang muslim dan telah murtad pada siang harinya, atau menjadi muslim pada siang hari, dan berubah menjadi murtad pada malam harinya.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا ، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا ) . رواه مسلم ( 118 (

“Bersegeralah kalian dalam beramal shaleh (sebelum datangnya) fitnah, seperti potongan malam yang gelap, seseorang menjadi mukmin pada pagi harinya dan menjadi kafir pada sore harinya, atau sebagai mukmin pada sore harinya dan berubah menjadi kafir pada pagi harinya, ia menjual agamanya dengan secuil dunia”. (HR. Muslim: 118)

Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin –rahimahullah- berkata:

“Yang penting bahwa Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah memperingatkan kepada kita tentang fitnah yang sama dengan potongan malam yang gelap, seseorang menjadi mukmin pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore hari –na’udzu billah- satu hari saja berubah menjadi murtad dari Islam, keluar dari agama. Kenapa bisa seperti itu ? –semoga Allah menyelamatkan kita semuanya- ia menjual agamanya dengan secuil dunia, jangan dikira bahwa secuil dunia itu adalah harta, semua kenikmatan dunia adalah perhiasan dunia, baik berupa harta, kedudukan, kekuasaan, wanita, atau yang lainnya. Semua yang ada di dunia adalah kenikmatan dan sebagai perhiasan dunia. Sebagaimana firman Allah:

( تبتغون عرَض الحياة الدنيا فعند الله مغانم كثيرة )

“Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)”. (QS. Al Anfal: 27)

Maka semua yang ada di dunia adalah perhiasan dunia.

Mereka orang-orang yang beriman di pagi hari dan menjadi kafir pada malam hari atau sebaliknya, maka mereka semuanya telah menjual agama mereka dengan perhiasan dunia.

Semoga Allah melindungi kami dan kalian semuanya dari fitnah dan selalu mintalah pertolongan dari fitnah.

(Syarah Riyadhus Shalihin: 2/20)

Baca juga jawaban soal nomor: 34171 untuk menguatkan iman seorang muslim.

3.      Di antara yang akan menguatkan agam seseorang adalah doa, Allah –ta’ala- telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita semuanya, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun telah mengajarkan kepada kita doa-doa beliau yang jami’ (kalimat sedikit dengan maknanya luas), seperti firman Allah Ta’ala:

( اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيم ) 

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”. (QS. Al Fatihah: 6)

Setiap satu rakaat. Di antara doa lainnya adalah:

( اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ ... ) - رواه والترمذي ( 464 ) وحسَّنه ، وأبو داود ( 1425 )

“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku sama dengan seseorang yang telah Engkau berikan hidayah kepadanya, dan sehatkanlah diriku seperti orang yang telah Engkau berikan kesehatan kepadanya, dan cukupkanlah urusanku seperti orang yang telah Engkau cukupkan urusannya, berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jagalah diriku dari keburukan yang telah Engkau putuskan..”. (HR. Tirmidzi: 464 dan dia menyatakan sebagai hadits hasan, dan Abu Daud: 1425)

Ini adalah doa qunut yang dibaca oleh seorang muslim pada saat shalat witir. Dan masih banyak lagi yang menunjukkan permintaan pertolongan kepada Allah agar berkenan memberikan hidayah kepada orang yang berdoa (agar diberi) agama dan jalan yang lurus dan agar Dia (Allah) menetapkannya dan memberikan petunjuk kepada jalan yang terbaik dan tercepat yang akan menjadikannya sampai kepada ridho-Nya.

4.      Menjauhi pertemanan yang buruk:

Dari Abu Hurairah dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

)الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ ( رواه أبو داود ( 4833 ) والترمذي ( 2378 ) وحسَّنه .

“Seseorang itu sesuai dengan agama temannya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia ajak berteman”. (HR. Abu Daud: 4833 dan Tirmidzi: 2378 dan dia menyatakan sebagai hadits hasan)

Al Khithabi –rahimahullah- berkata:

“Janganlah kamu berteman kecuali orang yang kamu ridho kepada agama dan amanahnya, karena kalau kamu tetap menjadikannya teman, maka dia akan menuntunmu kepada agama dan madzhabnya, maka janganlah terpedaya dengan agamamu dan jangan terbawa dengan kejiwaanmu hingga kamu berteman dengan orang yang kamu tidak ridho kepada agama dan madzhabnya”. (Al ‘Uzlah: 141)

5.      Belajarlah ilmu syar’i, dan merujuk kepada para ulama yang terpercaya

Di antara cara yang paling bagus untuk menolak fitnah di dalam agamanya adalah ilmu syar’i, oleh karenanya orang yang bodoh rentan untuk termakan fitnah di dalam agamanya, maka lihatlah mereka yang melakukan thawaf di kuburan, dan mereka yang meyakini bahwa orang yang sudah meninggal mampu memberikan manfaat dan madharat, jika anda memperhatikan kondisi mereka anda akan melihat rata-rata mereka adalah orang yang tidak berilmu, dan jika ada di antara mereka yang berilmu maka dia temasuk mereka yang menjual agamanya dengan kenikmatan dunia yang sesaat.

Ketiga:

Barang siapa yang terjerumus kepada fitnah agama, maka:

1.      Maka bersegeralah untuk keluar darinya dan menjauhkan diri darinya secara keseluruhan, bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha, dan menyesali keteledoran dirinya di sisi Allah, dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi selamanya.

2.      Merubah lingkungannya menuju lingkungan yang suci dan bersih.

3.      Berdoa kepada Allah –Ta’ala- dengan jujur dan ikhlas agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut

4.      Mengganti setelahnya dengan amal sholih dan memperbanyak jumlahnya sekuat tenaga. Allah berfirman: 

( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ * وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ ) سورة هود/114-115

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Huud: 114-115)

5.      Hendaknya seseorang memahami duduk permasalahan urusannya, mengenali aibnya, tahu dari mana asalnya, dan bagaimana syetan bisa menguasai dirinya; jika dia terfitnah dengan syahwat kemaluan, maka hendaknya berusaha keras untuk menjaga dirinya dengan menikah, namun jika tidak mampu maka dengan memperbanyak puasa, karena puasa akan menjadi pemecah syahwatnya sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

An Nawawi –rahimahullah- berkata:

“Maksudnya adalah bahwa puasa di sini akan memutus syahwat dan memutus keburukan mani, sebagaimana yang dilakukan oleh pisau”.

Jika fitnahnya tentang hal lainnya dari syahwat atau syubhat, maka bersegeralah untuk mengobatinya dengan kebalikannya. Apa yang telah disebutkan sebelumnya tentang sebab-sebab penjagaan dari fitnah sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Wallahu A’lam .

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam