Kamis 18 Jumadits Tsani 1446 - 19 Desember 2024
Indonesian

HAKEKAT TAUHID RUBUBIYAH DAN YANG MENYIMPANG DARINYA

Pertanyaan

Apa hakekat tauhid Rububiyah?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam pekerjaan-Nya seperti mencipta, menguasai, mengatur, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan dan semisal itu. maka seorang hamba tidak sempurna tauhidnya sampai mengakui bahwa Allah Ta’ala itu Tuhan segala sesuatu, Pemilik, Pencipta, Pemberi rizki, bahwa Dia Yang Menghidupkan dan Mematikan, Pemberi Manfaar dan Mudharat, Satu-satunya yang mengabulkan doa. Milik-Nya semua masalah, ditangan-Nya semua kebaikan, Dia Yang Maha Mampu atas segala sesuatu. Termasuk dalam hal ini keimanan terhadap takdir,  baik maupun buruk.

Tauhid macam ini tidak diingkari orang-orang musyrik saat Rasul sallallahu’alaihi wa sallam diutus pada mereka, bahkan mereka mengakuinya secara global.

Sebagaimana Firman Allah:

ولئن سألتهم من خلق السماوات والأرض ليقولن خلقهن العزيز العليم   سورة الزخرف: 9

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Az-Zukhruf: 9)

Mereka mengakui bahwa Allah adalah yang mengatur semua urusan. Ditangan-Nya semua kekuasaan langit dan bumi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pengakuan terhadap Rububiyah Allah Ta’ala tidak cukup bagi seorang hamba untuk menunjukkan keislamannya, bahkan dia harus mewujudkan  sesuatu yang harus menyertainya sekaligus kandungannya, yaitu Tauhid Uluhiyah; Mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah.

Tauhid ini –yakni tauhid rububiyah- tidak ada yang mengingkari mereka yang tahu dari kalangan bani Adam. Tidak ada seorang pun dari makhluk mengatakan, ‘Bahwa alam ini ada dua pencipta yang sama. Tidak seorang pun yang mengingkari tauhid rububiyah. Kecuali yang terjadi pada Fir’aun, maka dia mengingkari karena kesombongan dan pembangkangan. Bahkan dia (semoga Allah melaknatnya) mengaku sebagai Tuhan. Allah berfirman menceritakan tentang dia.

"(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (QS. An-Nazi’at: 24)

"Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku." (QS. Al-Qashash: 38)

Ini adalah bentuk kesombongan darinya, karena dia tahu bahwa Tuhan adalah selain dia. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلماً وعلواً  سورة النمل: 14

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. An-Naml: 14)

Allah berfirman bercerita tentang Nabi Musa ketiak berdialog dengannya,

"Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi.” (QS. Al-Isra: 102)

Padahal diri sendiri mengakui bahwa Tuhan adalah Allah Azza Wa jalla.

Sebagaimana pengingkaran tauhid rububiyah dengan cara menyekutukan dilakukan kaum Majusi. Mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya alam ada dua pencipta yaitu kegelapan dan cahaya. Meskipun begitu tidak menjadikan dua pencipta ini sama. Mereka mengatakan, ‘Bahwa cahaya itu lebih baik dari kegelapan. Karena ia menciptakan kebaikan, dan kegelapan menciptakan kejelekan. Yang menciptakan kebaikan itu lebih baik dibandingkan yang menciptakan keburukan. Begitu juga kegelapan itu tidak ada dan tidak menyinari, sementara cahaya itu ada dan menyinari. Maka ia lebih sempurna pada zatnya.

Pengakuan orang-orang musyrik dengan tauhid rububiyah tidak berarti bahwa mereka telah mewujudkan keimanan yang sempurna. Mereka memang mengakui secara global sebagaimana yang diceritakan tentang mereka dalam banyak ayat tadi. Akan tetapi mereka terjerumus dalam keyakinan dan perbuatan yang membatalkannya. Di antara hal itu adalah menyandarkan hujan ke bintang-bintang. Serta keyakinan mereka kepada dukun dan tukang sihir yang mengaku mengetahui perkara ghaib atau perkara kesyirikan dan rububiyah lainnya. Keyakinan rububiah mereka tinggal sedikit dan sangat terbatas jika dibandingkan kesyirikan mereka dalam uluhiyah dan ibadah.

Kami memohon kepada Allah agar menguatkan kita dalam agaman-Nya sampai bertemu dengan-Nya. Wallahu’alam

Silahkan lihat kitab ‘Taisir Al-Azizi Al-Hamid, hal.33, dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/14.

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam