Kamis 20 Jumadil Ula 1446 - 21 November 2024
Indonesian

Apakah Berdoa Pada Hari Arafah Ada Keutamaannya Selain Jamaah Haji

Pertanyaan

Apakah berdoa pada hari Arafah mustajabah bagi selain jamaah haji?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Dari Aisyah radiallahu anha dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ما مِن يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبداً من النار من يوم عرفة وإنه ليدنو ثم يباهي بهم الملائكة فيقول : ما أراد هؤلاء (رواه مسلم، رقم  1348)

“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hambaNya dari neraka selain hari Arafah. Sesungguhnya (pada hari itu) Allah mendekat dan membanggakan mereka kepada para malaikat, seraya berfirman, ‘Apa yang diinginkan mereka.” (HR. Muslim, no. 1348)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radiallahu anhum, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

خير الدعاء دعاء يوم عرفة ، وخير ما قلت أنا والنبيّون من قبلي : لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، له الملك ، وله الحمد ، وهو على كل شيء قدير ) رواه الترمذي، رقم  3585  وحسَّنه الألباني في صحيح الترغيب، رقم 15369)

“Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah. Sebaik-baik apa yang Aku ucapkan dan para Nabi sebelumku: Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in qodiir.” (HR. Tirmizi, no. 3585, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib, no. 1536)

Dari Thalhal bin Ubaid bin Kuraiz, secara mursal, “

أفضل الدعاء دعاء يوم عرفة ) رواه مالك في " الموطأ، رقم 500  وحسَّنه الألباني في " صحيح الجامعـ رقم  1102 )

“Doa yang paling utama adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Malik dalam kitab Al-Muwatha, no. 500, dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 1102)

Para ulama berbeda pendapat tentang keutamaan berdoa pada hari Arafah, apakah khusus hanya berlaku bagi orang yang berada di Arafah ataukah berlaku bagi yang berada di tempat lain? Pendapat yang paling kuat adalah bahwa keutamaan ini bersifat umum, sebab kaitannya dengan hari. Memang, tidak diragukan lagi bahwa siapa yang berada di Arafah, berarti padanya terkumpul dua keutamaan; Keutamaan tempat dan keutamaan waktu.

Al-Baji rahimahullah berkata, ‘Ungkapan ‘Doa yang paling utama adalah doa Arafah’ Maksudnya adalah zikir yang paling banyak barokahnya dan paling besar pahalanya serta paling dekat terkabulnya. Yang dimaksud, boleh jadi khusus jamaah haji, karena makna doa pada hari Arafah terkait dengan mereka adalah benar dan khusus untuk mereka, meskipun harinya secara umum disifati dengan hari Arafah, maka yang dimaksud adalah amalan haji. Wallahu a’lam.”

(Al-Muntaqa Syarhul Muwatha, 1/358)

Terdapat riwayat dari sebagian kalangan salaf, bahwa mereka membolehkan berkumpul di masjid untuk berdoa dan berzikir pada hari Arafah. Di antara yang melakukan hal tersebut adalah Ibnu Abas radhiallhau anhuma. Imam Ahmad juga menyatakan boleh, meskipun dia sendiri tidak melakukannya.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Al-Qadhi berkata, ‘Tidak mengapa berkumpul pada sore hari Arafah di tempat selain Arafah.” Al-Athram berkata, ‘Aku bertanya Abu Abdullah (Imam Ahmad) tentang berkumpul di tempat selain Arafah di masjid-masjid pada hari Arafah. Dia berkata, ‘Saya berharap hal ini tidak mengapa, karena dilaksanakan oleh lebih dari satu.” Al-Athram meriwayatkan dari Hasan, dia berkata, ‘Orang yang pertama mengumpulkan orang adalah Ibnu Abas.’ Ahmad berkata, ‘Orang pertama yang melakukannya adalah Ibnu Abas dan Amr bin Huraits”

Hasan, Bakr, Tsabit, Muhamad bin Wasi berkata, ‘Dahulu mereka berkumpul di masjid pada hari Arafah.’ Ahmad berkata, ‘Tidak mengapa dengan hal itu, karena di dalamnya terdapat doa dan zikrullah.’ Lalu ada yang bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau melakukannya?’ Beliau berkata, ‘Adapun aku, tidak melakukannya.’ Diriwayatkan dari Yahya bin Main bahwa beliau ikut hadir bersama orang-orang pada sore hari Arafah.”

Al-Mughni, 2/129

Hal ini menunjukkan bahwa mereka berpendapat bahwa keutamaan hari Arafah tidak hanya khusus bagi jamaah haji saja. Meskipun berkumpul untu berdoa dan berzikir di masjid-masjid tidak terdapat riwayatnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan karenanya Imam Ahmad tidak melakukannya, akan tetapi perkara ini termasuk yang diberikan keringanan dan tidak terlarang, karena ada riwayat dari sebagian sahabat yang melakukannya seperti Ibnu Abas, Amr bin Huraits radiallahu anhum.

Wallahu a’lam .

Refrensi: Soal Jawab Tentang Islam