Senin 22 Jumadits Tsani 1446 - 23 Desember 2024
Indonesian

10 Nasehat Bagi Orang Yang Kehilangan Harta Mereka Pada Perusahaan Investasi

Pertanyaan

Nasehat apa yang disampaikan kepada seseorang yang kehilangan hartanya di perusahan investasi ?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

  1. Sebaiknya bagi seorang muslim agar berusaha untuk mengembangkan hartanya di ranah yang mubah, tidak pada yang haram, dan menjauhi yang syubhat.
  2. Hendaknya memilih yang kuat dan amanah, mampu untuk mengelola harta dan mengembangkannya, ahli melihat sisi fluktuasinya.
  3. Hendaknya akad bagi hasil dan investasinya benar dan syar’i, tidak ada syarat-syarat yang batil dan haram, maka tidak boleh masuk pada akad yang di dalamnya ada jaminan modal atau dana tertentu dari keuntungan, dan wajib prosentase para pihak diketahui, dan seterusnya.
  4. Bagi Pembagi hasil dan investor hendaknya bertaqwa kepada Allah Ta’ala di dalam mengelola harta banyak orang, tidak mengambil apa yang ia tidak punya kuasa untuk mengelolanya, dan tidak menerima harta dari seseorang yang diketahui bahwa ia akan mengurangi investasinya, dan ia wajib berkomitmen dengan syarat-syarat bagi hasil, dan jika ada syarat bagi pemilik modal untuk menginvestasikan harta di negara tertentu, maka tidak boleh keluar darinya, dan jika ada syarat menginvestasikan pada bidang tertentu maka tidak boleh melampauinya, dan tidak boleh menipu orang dengan menganggap ia sedang untung padahal sedang tidak untung, dan termasuk dosa besar dengan memberi keuntungan kepada para investor lama dari modal mereka yang baru, dan ia tidak mempunyai bisnis nyata yang mengembangkan harta di dalamnya, dan tidak boleh menipu orang dengan ditawari prosentase keuntungan tinggi dan ia tahu dengan yakin bahwa ia tidak ada bisnis yang menghasilkan sebesar prosentase keuntungan tersebut. 
  5. Ia wajib takut kepada Allah dalam mengelola harta banyak orang, dengan memenuhi staf administrasi dan keuangan dan orang-orang yang berpengelaman, yang mampu untuk mengembangkan harta yang diserahkan oleh banyak orang ini.

Pada saat terjadi kerugian:

  • Diwajibkan bagi pengelola untuk jujur dapat dipercaya dengan menyampaikan kepada banyak orang dengan apa yang terjadi sebenarnya.
  • Dan jika terjadi di luar batas kewajaran, maka ia wajib mengganti atas keteledorannya, dan menanggung kerugian yang dihasilkan dari kesalahan dan kelalaiannya.
  • Bagi investor jika rugi hendaknya ridho dengan takdir Allah, dan berusaha untuk meringankan musibah dan mengobati dampaknya dan menyelamatkan apa yang mungkin diselamatkan dari modal yang ada dengan semua cara yang mubah dan sesuai syari’at.
  • Sungguh ridho dengan qadha’ dan qadar akan menjauhkan dari kerugian materi dan kejiwaan dan psikis yang drop, maka tidak akan terkena stres atau gagal jantung, atau bunuh diri sebagaimana yang terjadi kepada sebagian orang yang tidak sabar. Dan karenanya hendaknya ia mengingat beberapa kenyataan berikut ini:

Musibah yang menimpa manusia pada dirinya, harta atau pada keluarganya, atau pada masyarakatnya bukan keburukan murni, yang menjadikan seseorang tidak sabar, namun sebuah kebaikan bagi orang yang beriman jika ia baik dalam menerimanya dan berinteraksi dengannya, maka:

  1. Menjadi sebuah kebaikan baginya, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ رواه مسلم (2999) .

“Urusan seorang mukmin itu menakjubkan, sungguh semua urusannya baik, dan tidaklah hal itu dimiliki kecuali bagi orang yang beriman, jika ia mendapatkan kebahagiaan ia bersyukur, maka hal itu lebih baik baginya, dan jika ia tertimpa musibah ia bersabar, maka hal itu lebih baik baginya”. (HR. Muslim: 2999)

  1. Semoga Allah menginginkan baginya kebaikan, Bukhori (5645) telah meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Barang siapa yang Allah menginginkan kebaikan kepadanya, maka Dia akan meraihnya”.

Al Hafidz berkata: “Abu Ubaid Al Harawi berkata: “artinya adalah ia akan mengujinya dengan musibah untuk memberinya pahala atas musibah tersebut”.

  1. Dan semoga Allah mencintainya:

إِذَا أَحَبَّ اللَّه قَوْمًا اِبْتَلاهُمْ , فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْر ، وَمَنْ جَزَع فَلَهُ الْجَزَع وَرُوَاته ثِقَات

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka, maka barang siapa yang sabar maka baginya kesabaran, dan barang siapa yang tidak sabar maka baginya ketidaksabaran”. (Perawinya bisa dipercaya)

Dan dari Syakhbarah bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ , وَابْتُلِيَ فَصَبَرَ , وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ , وَظُلِمَ فَغَفَرَ , أُولَئِكَ لَهُمْ الأَمْن وَهُمْ مُهْتَدُونَ أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ بِسَنَدٍ حَسَن اهـ كلام الحافظ .

“Barang siapa yang telah diberikan lalu ia bersyukur, dan diuji lalu ia bersabar, dan berlaku dzolim lalu ia beristighfar, dan didzolimi lalu ia memaafkan, bagi mereka ini keamanan dan mereka mendapatkan petunjuk”. (HR. Thabrani dengan sanad yang hasan. Selesai. Ucapan Al Hafidz)

  1. Allah telah menjelaskan di dalam kitab-Nya cara untuk merehatkan hati, menenangkan gelora jiwa, yaitu dengan sabar dan dikembalikan kepada Allah, dan hal itu akan diiring dengan balasan yang sempurna dari Allah, dan pahala yang Allah akan mengangkat derajat orang yang sabar dan mengevaluasi diri, hal itu merupakan janji dari Allah yang akan ditunaikan oleh-Nya subhanahu, sebagaimana di dalam firman-Nya:

وبشّر الصابرين الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون

البقرة/155-157 .

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al Baqarah: 155-157)

Al Qurthubi berkata:

“Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan kalimat istirja’/kembali kepada Allah yaitu ucapan orang yang tertimpa musibah: إنا لله وإنا إليه راجعون “sesungguhnya kita milik Allah dan sungguh kita akan kembali kepada-Nya” adalah tempat kembali bagi orang-orang yang terkena musibah, dan menjadi penjagaan bagi mereka yang diuji dengan syetan, agar syetan tidak menguasai orang yang terkena musibah, lalu mengganggunya dengan fikiran hina, sehingga menggerakkan apa yang tenang, dan nampak apa yang tersembunyi; karena jika ia kembali dengan kalimat ini yang menggabungkan antara banyak makna kebaikan dan keberkahan. Karena ucapannya: innalillahi “sungguh kami ini milik Allah” adalah pengakuan akan ibadah, kepemilikan, dan pengakuan seorang hamba kepada Allah dengan apa yang telah menimpanya, dan seorang raja melakukan sesuatu bagaimanapun sesuai dengan kehendak-Nya, dan ucapan: wa inna ilaihi raji’un “dan sungguh kita akan kembali kepada-Nya” adalah pengakuan bahwa Allah akan menghancurkan kita kemudian akan membangkitkan kita, maka bagi-Nya hukum sejak azali dan kepada-Nya akan kembali di akherat, dan di dalamnya juga mengandung harapan pahala dari sisi Allah.

Dan termasuk keberkahan dari segera beristirja’ ini (ucapan innalillahi), apalagi ditambah dengan apa yang telah disebutkan tadi, apa yang diriwayatkan dari Ummu Salamah –radhiyallahu ‘anha- bahwa ia berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ما من مسلم تصيبه مصيبة ، فيقول ما أمره الله به : إنا لله وإنا إليه راجعون ، اللهم أجرني في مصيبتي ، وأخلف لي خيراً منها ، إلا أخلف الله خيراً منها .

“Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tidaklah ada seorang muslim yang terkena musibah, dan berucap apa yang telah Allah perintahkan kepadanya: “Sungguh kami ini milik Allah dan sungguh kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah pahala dari musibahku, dan gantikanlah untukku yang lebih baik darinya”, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi”.

  1. Ia merupakan kaffarat (penghapus) bagi banyak keburukan, berdasarkan riwayat Bukhori dan Muslim dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- bahwa ia berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا رواه البخاري ومسلم

“Tidaklah sebuah musibah menimpa seorang muslim, kecuali dengannya Allah akan mengampuninya, sampai sebuah duri yang menancap dikakinya sekalipun”. (HR. Bukhori dan Muslim)

  1. Yang diminta adalah tegar dan sabar saat pertama kali mendengar keburukan, dan datangnya kabar bangkrutnya perusahaan investasi misalnya, hal ini akan menjaga dari kebekuan darah dan serangan jantung, dan ambruknya psikis dan otot fisik, ditambah lagi bahwa kesabaran yang berpahala bagi seseorang adalah pada saat awal benturan terjadi, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى رواه البخاري (1238) ومسلم (926) .

“Sungguh kesabaran itu pada saat benturan pertama kali”. (HR. Bukhori: 1238 dan Muslim: 926)

An Nawawi berkata:

“Artinya adalah kesabaran yang sempurna yang menyebabkan adanya pahala yang besar karena banyaknya kesulitan yang dialami di sana”. Selesai.

  1. Seorang hamba jika interaksinya baik dengan musibah maka akan menjadi kenikmatan baginya, karena dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan mengangkat derajatnya. Bisa jadi Allah akan memberi nikmat dengan musibah meskipun besar, dan Allah akan menguji sebagian kaum dnegan kenikmatan.
  2. Diwajibkan bagi seorang muslim untuk meyakini bahwa hilangnya harta bukan menjadi dalil bahwa Allah menghinakannya, karena Allah telah menyampaikan bahwa kekayaan dan kemiskinan ladang ujian. Allah subhanahu berfirman:

فَأَمَّا الإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

الفجر / 16

“Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”, Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.” (QS. Al Fajr: 15-16)

  1. Diwajibkan bagi seorang muslim pada saat terkena musibah untuk berqudwah kepada orang-orang sholeh terdahulu yang mendapatkan musibah, Allah Ta’ala berfirman saat memberikan jalan keluar bagi Nabi Ayyub –alaihis salam-:

رحمة من عندنا

  • sebagai suatu rahmat dari Kami ”. (QS. Al Anbiya’: 84)

Yaitu; kami angkat darinya deritanya dan Kami singkap darinya bahaya yang merupakan bentuk rahmat, kasih sayang dan ihsan Kami kepadanya.

وذكرى للعابدين

  • dan pengingat bagi semua yang menyembah (Kami).”. (QS. Al Anbiya’: 84 )

Yaitu; menjadi pengingat bagi orang yang diuji fisiknya, harta, atau anaknya, maka ia bisa berqudwah kepada Nabi Ayyub yang telah Allah uji dengan yang lebih berat dan beliau bersabar dan mengharap ridho Allah sampai Allah berikan jalan keluar kepadanya.

Dan telah ada orang tua yang datang kepada Al Walid bin Abdul Malik dari Abas, ia seorang yang buta, pada saat beliau duduk di suatu sore, ia bertanya kepada Al Walid tentang keadaannya ?, dan berkata: “Wahai Amirul mukminin, pada suatu malam, tidak lah ada di Abas orang yang lebih banyak hartanya dari pada saya, kuda, onta, anak, juga tidak ada orang yang lebih mulia dari pada saya, dan paling banyak kedudukannya.

Lalu ada banjir menerjang kami membawa keluarga, anak dan harta saya, tidak tersisa kecuali seorang pembantu yang masih remaja, dan anak onta kecil, lalu saya mengarah ke seorang anak itu dan membawanya, kemudian saya mengejar anak onta itu, pada saat saya tidak mampu mengejarnya, saya letakkan si anak ini di atas tanah, dan saya berjalan di belakang anak onta tersebut, lalu saya mendengar tangisan anak tersebut, pada saat saya kembali ternyata ia sudah dimakan serigala, lalu saya mengejar onta tadi, pada saat saya memegangnya, ia menendang muka saya, sehingga mata saya menjadi buta, dan saya pingsan. Pada saat saya sadar, saya pada sore hari saya termasuk pemilik harta benda, uang halal, anak, kedudukan dan kehormatan di kabilah, dan sekarang pada pagi hari saya dengan kedua tangan kosong, tidak punya mata juga, anak, keluarga, dan tidak juga harta. Maka aku memuji Allah dengan semua itu”. Al Walid berkata: “Bawalah orang ini ke Urwah bin Zubair, bahwa di dunia ini ada orang yang lebih banyak ujiannya dari pada dia, dan lebih tegar dan sabar”.

Jika anda diuji dengan ujian, maka bersabarlah dengan kesabaran orang yang dermawan, karena hal itu akan lebih menguatkan.

Dan jika anda diuji dengan musibah, maka pakailah pakaian diam, karena hal itu lebih selamat.

Janganlah mengeluh kepada sesama hamba, karena anda mengeluh kepada penyayang yang tidak menyayangi

Dan berapa banyak ujian itu menjadi nikmat bagi orang yang mengalaminya, dan berapa banyak seorang hamba, kemiskinan dan sakit lebih baik baginya, kalau saja dia sehat badannya dan banyak hartanya maka ia akan menjadi sombong dan memberontak.

ولو بسط الله الرزق لعباده لبغوا في الأرض

الشورى / 27

“Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi.”. (QS. Asy Syuro: 27)

Berpalinglah dari kerisauannmu dan semua urusan (kembalikan) kepada takdir

Dan berbahagialah dengan kebaikan saat ini, yang dengannya anda akan lupa dengan apa yang telah lalu.

Berapa banyak perkara yang menjadikanmu benci, namun pada akhirnya anda ridho

Dan bisa jadi anda berada pada kesulitan yang berat, dan bisa jadi suatu saat menjadi luas seperti angkasa.

Allah yang melakukan sesuai dengan kehendak-Nya, maka janganlah kamu menentang-Nya.

Allah yang akan menggantimu dengan kebaikan, maka analogikanlah atas apa yang telah lalu.

  1. Bahwa ambruknya perusahaan investasi, tidak berarti semua hartanya tidak ada yang kembali, akan tetapi bisa jadi akan kembali setengahnya atau lebih banyak atau lebih sedikit. Sehingga kalaupun rugi semuanya maka bukanlah hal itu menjadi akhir dunia, dan kehilangan semua harapan, bahkan bisa jadi Allah akan memberikan rizeki dengan harta yang lain pada masa depan dan menggantinya jika ia bersabar.
  2. Diwajibkan bertaubat kepada Allah atas segala kebohongan pada informasi, anda mengisukan kepada orang lain dengan sesuatu yang tidak sebenarnya, atau menggunakan bisikan dan tambahan (info) atau mengambil harta orang untuk dikembangkan dengan perkara tertentu, kemudian menipu mereka dengan menaruhnya pada perusahaan investasi yang sedang ambruk, dan membagi keuntungan antar mereka.

Demikian juga dengan orang yang berpetualang dengan harta orang lain, atau dengan simpanan saudari, ibu atau istrinya dan tidak menjelaskan kepada mereka apa yang akan dilakukan sebenarnya dengan hartanya, demikian juga orang yang berhutang dengan riba, untuk masuk ke perusahaan investasi ini, dan bisa jadi dengan tersingkapnya apa yang sebenarnya terjadi menjadi pelajaran besar dan hikmah yang diambil manfaatnya.

  1. Sebaiknya bagi para penasehat dan orang-orang yang pernah punya pengalaman untuk memperingatkan banyak orang dari petualangan seperti ini, agar mereka mengetahui bahwa tidak ada kebahagiaan pada kondisi seperti ini dan bahwa hendaknya mereka berusaha dengan semua sarana untuk meringankan musibah, dan hiburan dari kesedihan dan memberikan berbagai bantuan bagi orang-orang yang terdampak.
  2. Bahwa agama Islam dan pemeluknya yang jujur dan berpegang teguh dengannya mereka tidak mampu menanggung dengan berbagai kondisi hasil dari aktifitas bohong apapun, kecurangan, penambahan, pengkhianatan, buruknya prilaku, atau petualangan harta yang tanpa petunjuk, dan gambling, dan menyetorkannya ke ranah yang merugikan, atau mengeksposnya untuk penipuan, akan tetapi ia akan mampu menanggung setiap orang berdosa dan kelewatan batas yang akan menyeret dia sendiri, dan tidak boleh dibebankan kepada orang lain, karena hasil dari ketidakbijaksanaanya dan tanggung jawabnya dengan prilaku buruk, atau dusta dan penipuannya, Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

  • Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. ”. (QS. Fathir: 18)

Dan firman Allah:

وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا

  • Apabila kamu berbicara, lakukanlah secara adil”. (QS. Al An’anm: 152)

Dan firman Allah:

اعدلوا هو أقرب للتقوى

  • Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa.”. (QS. Al Maidah: 8)

Dan firman Allah:

كونوا قوامين بالقسط

  1. jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, ”. (QS. An Nisa’: 135)
  2. Diwajibkan untuk menjalani jalan-jalan yang sesuai syari’at pada saat terjadi kerugian, dan sisa hartanya dibagi setelah mengalami kerugian dari para pemilik modal, maka mereka menjadi teladan dan diberikan kepada mereka sesuai dengan prosentase sisa hartanya, sesuai dengan prosentase modal aslinya.

Dan pasar calo yang haram tidak boleh membeli hutang dan harta yang belum selesai belum selesai diraihnya dengan harga yang lebih murah, karena hal itu akan menggabungkan antara riba fadhal dengan riba nasi’ah, dan riba termasuk dosa terbesar.

  1. Sebaiknya bagi umat Islam sebagian mereka lapang dada kepada sebagian lainnya, maka tidak ada ruang untuk saling mencela, mencaci, talak istri, durhaka, memutus silaturrahim atau memusuhi orang lain
  2. Sebaiknya bagi orang yang mampu dari umat Islam bisa membantu sebisanya untuk mengganti para pemilik modal dari kalangan mereka yang miskin dan orang-orang lemah, anak-anak yatim dan para janda, orang-orang tua, dan para penerima gaji yang terbatas dan mereka yang telah menjual rumah mereka, mobil-mobil mereka, dan mereka yang menjernihkan perdagangan mereka karena kondisi investasinya yang rugi, dan menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan dari harta sosialnya yang diletakkan sebagiannya secara dzolim dan permusuhan pada bagi hasil ini tanpa izin dari para nasabah dan suara belakang yang meminta dan menuntuk haknya.

Dan kepada para pengacara muslim harus berusaha untuk membantu mereka yang lemah untuk mendapatkan hak mereka dan mengharap pahala dari menolong harta sosial, dan membebaskan mereka orang-orang yang tidak bersalah, dan mengajukan usulan dan nasehat dalam agama.

Semoga Allah mengganti mereka yang terdampak dan menggangi mereka dengan kebaikan dari sisi-Nya, dan memberikan rizeki kesabaran kepada mereka, atas apa yang telah menimpa mereka, karena Allah adalah sebaik-baik Pemberi rizeki.

Refrensi: Syekh Muhammad Sholeh Al-Munajid